Extra chapter

4.5K 348 13
                                    

Di bawah panas teriknya matahari, membuat Ketiga pemuda yang sedang duduk santai di pinggir sungai, sambil memandang air sungai yang bening di depannya. Salah satu dari mereka sudah tak sabar berendam di sungai yang begitu jernih.

"Kalau lompat kira-kira bakal kena batu enggak ya?" ucap Arga menoleh pada kedua sepupunya. Mereka sedang libur di puncak bersama dengan keluarga besarnya. Dia sudah tak sabar ingin sekali loncat ke dalam air jernih itu.

Danish berpikir sejenak, dia memikirkan bagaimana caranya dia bisa mengurungkan niat Arga untuk mandi di sungai. Buka apa-apa, mandi di sungai memang sangat menyenangkan. Tapi yang jadi masalah jika nanti Papa-nya Arga tahu, pasti semuanya akan mendapatkan hukuman. Belum hukuman dari Daddy-nya dan juga Kakek-nya. Membayangkannya saja sudah cukup melelahkan, apa lagi menjalaninya.

"Kok pada diam aja? Jadi mandi enggak? Mumpung semua orang pada sibuk, masa iya. Udah susah-susah kabur dari vila enggak jadi main. Enggak jadi senang-senang, rugi lah." Arga bangkit dari duduknya, napas bajunya melemparnya ke sembarang.

"Tunggu dulu Ar-" Danish menghentikan ucapannya ketika melihat Arga sudah menceburkan dirinya ke dalam air sungai. Anak itu dengan gembiranya berendam di sungai, melambaikan tangannya memintanya untuk ikut berenang.

"Ayo buruan turun airnya segar, dingin enak." ucap Arga lalu menenggelamkan kepalanya di dalam air sungai yang begitu jernih.

Dengan senang hati Nizam melompat ke dalam air sungai. "Ikut aja lah, masalah di marahin urusan nanti." pungkas Daisha ikut menceburkan dirinya ke dalam sungai.

"Gila sih, aku kayanya betah tinggal di sini. Setiap hari aku bakal mandi di sungai setiap hari." ucap Arga mendudukkan dirinya di atas batu besar yang ada di tangan-tangan sungai.

"Habis ini kita bakalan di marahin." ujar Danish. Dia tidak bisa tenang, hatinya gelisah tak jelas karena takut nanti saat pulang akan di hukum karena kabur dari vila dan bermain di sungai. Kali ini dirinya pasti akan habis-habisan di marahi.

"Kamu jadi cowok jangan penakut Danish, ingat kata Kakek. Kita sebagai generasi penerus keluarga, harus memiliki jiwa pemberian. Tak pernah kenal rasa takut sedikitpun." ucap Arga tersenyum dengan sombong pada Danish.

"Kalian tenang aja, di sini aku yang bakal melindungi kalian berdua dari hukum orang-orang di rumah. Gak usah takut, ayo kita nikmati kesenangan ini." ucap Arga lalu kembali menceburkan dirinya kedalam air.

"Gak yakin dia bakal melindungi kita, yang ada kita yang bakal jadi tameng dia." gumam Danish sambil melihat Arga berenang seperti katak, loncat sana, loncat sini. Dari batu, ke batu yang lain.

"Kan udah biasa, dia yang ngajak kita kabur. Tapi pas di hukum dia juga yang kabur duluan dengan bilang. Papa kepala aku pusing, rasanya mau mati." sahut Nizam sambil berendam di dalam air.

Dia sudah hapal dengan sifat sepupunya itu, ketika di hukum pasti ada saja alasannya agar tidak jadi di hukum. Dan tentu saja dia mendapatkan apa yang di inginkan, secara dia adalah anak kesayangan Papa-nya.

"Tapi kali ini kita kaburnya kejauhan Zam, pasti Daddy aku juga bakal marah."

"Gak perduli sih aku, Papi aku lagi enggak ada di sini. Jadi aman."

Di saat mereka sedang asyik berendam, tiba-tiba saja Arga menyudahi acara berenangnya. Anka itu tiba-tiba saja naik ke atas, memakai bajunya lalu pergi begitu saja tanpa pamit.

"Kenapa tuh anak?" heran Nizam bergegas naik ke atas untuk menghampiri sepupunya.

"Arga-"

"Aku pulang dulu." ucap Arga memotong ucapan Nizam, tanpa menoleh pada Nizam dia segera pergi dari sana.

ARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang