14

11K 771 11
                                    

Pagi ini kembali seperti bisa seolah semalam tidak terjadi sesuatu di antara mereka, Alya yang sedang sibuk menyiapkan sarapan, Bara yang sedang duduk dengan membaca dokumen kantornya sedangkan kedua anak mereka belum turun ke bawah.

Alya melihat jam di dinding ruang makan jam sudah menunjukkan 6:30 "Kenapa belum ada yang turun ke bawah?" gumam Alya lalu bersiap untuk memanggil kedua anaknya.

"Selamat pagi" sapa Gavin saat Alya baru saja ingin pergi ke kamarnya.

''Pagi, di mana adikmu dia gak ikut turun juga? Atau belum bangun?" tanya Alya biasanya mereka berdua akan turun bersama, tapi pagi ini hanya Gavin yang turun ke bawah.

"Adek demam Bu," jawab Gavin dia baru saja ke kamar adiknya, dan adiknya masih terlelap dalam tidurnya saat ingin membangunkan adiknya dia merasakan suhu tubuh adiknya yang panas.

"Kamu sarapan dulu nanti Ibu yang urus adik kamu" balas Alya lalu menyiapkan sarapan untuk Gavin dan Bara. Setelah menyiapkan sarapan untuk mereka Alya pergi ke kamar Arga.

"Arga, ayo bangun sarapan dulu, nanti lanjut tidur lagi" ucap Alya menepuk-nepuk pipi Arga.

"Taruh aja di situ nanti aku makan" gumam Arga dengan mata terpejam.

"Bangun dan makan sekarang atau kita pergi ke rumah sakit," ancam Alya menarik tangan Arga untuk duduk bersandar di kasurnya.

"Kenapa harus bubur gak ada makanan yang lain apa Bu?" protes Arga saat melihat isi mangkuk yang Alya bawa untuk sarapan dirinya.

"Mau apa nasi?" tawar Alya memberikan segelas air putih untuk Arga.

"Mie goreng kayanya enak Bu" balas Arga menatap Alya dengan mata sayu.

"Di ganti mie aja boleh kan bu?" sambungnya lagi.

"Gak boleh kalau mau, gantinya nasi di rumah juga gak ada mie" ujar Alya lalu menyuapi anaknya. "Ayo buka mulut kamu"

"Aku gak suka bubur Bu" tolak Arga mendorong tangan Alya.

"Kenapa Bu?" tanya Gavin yang baru saja masuk ke dalam kamar adiknya.

"Abang aku gak mau makan itu, aku mau mie" ucap Arga menatap Gavin yang berdiri di belakang Alya.

"Biar aku aja Bu yang suapin Arga, Ibu turun aja ke bawah tadi Ayah nyariin Ibu," ujar Gavin mengambil alih mangkuk bubur dari tangan Alya.

"Habis sarapan kasih obat ini buat Arga" titah Alya lalu pergi keluar dari kamar Arga.

"Ada apa? tadi Gavin bilang kamu cari aku" tanya Alya menghampiri Bara yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.

"Ikut dengan ku pergi ke kantor temani aku meeting" ucap Bara lalu bangkit dari duduknya.

"Aku tunggu di mobil" sambungnya lagi lalu pergi keluar lebih dulu.

Alya segera pergi ke kamarnya untuk bersiap-siap, sebelum pergi dia menyempatkan dirinya untuk memeriksa keadaan Arga. "Ibu mau ke mana?" tanya Gavin melihat penampilan rapi Alya.

"Ibu mau ke kantor nemenin Ayah meeting, gimana buburnya habis?" tanya Alya menempelkan punggung tangannya di dahi Arga.

"Gak habis cuma makan sedikit" jawab Gavin.

"Ibu mau ke kantor dulu mau titip sesuatu nanti pas ibu pulang?" tawar Alya pada Arga.

Arga hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, Alya beralih menatap Gavin "Ibu udah panggil dokter ke rumah kalau ada apa-apa langsung telpon Ibu" ucap Alya pada Gavin.

"Iya Bu," patuh Gavin, setelah itu Alya keluar dari kamar Arga dan pergi ke kantor untuk menemani Bara meeting di kantornya.

........

Sore ini setelah di periksa dokter, demam Arga juga sudah turun, anak itu sedang duduk di sofa ruang keluarga bersama dengan Gavin yang sedang menyuapinya buah.

"Kapan Ibu pulang?" tanya Arga menerima suapan buah yang di berikan Gavin.

"Abang gak tau? Kamu mau apa biar Abang buatin" jawab Gavin mengusap rambut adiknya.

"Gak, cuma tumben aja sore gini belum pulang biasanya kalau nemenin Ayah meeting cuma sebentar, siang udah pulang" balas Arga.

"Mungkin macet di jalan atau ada urusan lain" ujar Gavin bangun dari duduknya membawa piring bekas makannya ke dapur.

Sementara itu di kantor Alya dan Bara baru saja selesai bertemu dengan rekan bisnis Bara, setelah rekan bisnis suaminya pulang Alya pun bersiap-siap untuk segera pulang ke rumah. "Kenapa kamu begitu buru-buru?" tanya Bara menyandarkan tubuhnya di kursinya.

"Arga sedang sakit, Gavin juga butuh istirahat" balas Alya lalu bangkit dari duduknya.

"Gavin, bukan Gavin yang butuh istirahat kamu yang ingin buru-buru pulang untuk melihat anak itu" ucap Bara bangun dari duduknya menarik lengan Alya agar lebih dekat dengan dirinya.

"Pernikahan kita hanya karena bisnis keluarga jika kamu melakukan kesalahan seperti tadi kamu akan melihat anak itu sekarat untuk ke dua kalinya," bisik Bara dengan senyum miringnya, karena Alya tidak fokus pada pembahasan tentang kerja sama hampir saja kerja sama perusahaan mereka batal, tentu saja hal itu membuat Bara sangat kesal pada sang istri yang hampir mengacaukan bisnisnya.

Alya mendongakkan kepalanya menatap suaminya. "Anak-anak bukan lagi anak kecil seperti dulu terutama Gavin" balas Alya melepas paksa cengkraman tangan Bara.

Bara melepas cengkeramannya dengan kasar. "Wanita seperti mu ingin menggertak ku hmmm? Kamu sama saja seperti Ibu mu" ucapnya.

"Ayo kita pisah, Gavin sudah besar kamu tidak perlu repot-repot untuk mengurusnya lagi dan Arga kamu gak perlu khawatir aku akan membawanya pergi" ucap Alya, ini bukan pertama kalinya dirinya meminta pisah dengan Bara, dia juga pernah mendaftarkan dirinya ke pengadilan agama mengajukan perceraian dengan suaminya, sayang itu semua gagal karena Bara yang mengatakan jika rumah tangga-tangga baik-baik saja, dan Bara juga mengatakan tidak ingin berpisah dengan istrinya apa lagi waktu itu Bara juga membawa Arga yang masih bayi.

"Anak itu yang sakit kamu yang bicara melantur ke mana-mana" ucap Bara menepuk pipi Alya.

"Jangan bermimpi untuk bebas Alya begitu saja setelah apa yang Ibu mu lakukan" sambungnya lagi.

"Itu kecelakaan Ibu mu meninggal karena takdir"

"Takdir kata mu? Jika Ibu mu tidak mengajak Ibu ku pergi maka semuanya itu tidak akan pernah terjadi, dan Ibu ku masih hidup sampai detik ini. Ibu mu sudah menghancurkan kehidupan orang lain apa kamu tau apa yang di lakukan Ibu mu agar aku setuju untuk menikah dengan mu?" marah Bara menarik rambut Alya dengan kasar.

"Wanita licik itu sudah menipu ku agar aku setuju untuk menikah dengan mu" ucapnya mendorong tubuh Alya, pernikahannya dengan Alya karena perjodohan, pada awalnya Bara tidak menerima perjodohan yang di lakukan oleh kedua orangtuanya karena dia sudah memiliki kekasih begitu juga dengan Alya.

Awalnya kedua keluarga itu tidak masalah dan membiarkan anak-anak mereka untuk memilih pasangan hidupnya masing-masing, namun hari itu ibu Alya datang ke rumah Bara dengan menunjukkan foto-foto kekasih Bara dengan laki-laki lain di sebuah hotel, orang tua Bara tentu tidak setuju jika anaknya memiliki hubungan dengan wanita seperti dia, dan Bara sendiri yang sudah di liputi rasa cemburu dan amarah di hari itu juga dia setuju untuk menikah dengan Alya dan dia juga meminta pernikahan itu di lakukan secepatnya.

Setelah menikah selama dua tahun Bara juga sudah memiliki anak yaitu Gavin, tanpa sengaja dia bertemu dengan mantan kekasihnya yang menjadi salah satu pasien di rumah sakit, dia mendengar wanita yang yang dulu pernah menjadi kekasihnya itu menderita penyakit parah, karena merasa iba Bara pun datang menemui wanita itu, dan sebelum wanita itu pergi dia menceritakan semua kejadian dulu waktu di jebak oleh orang tua Alya. Wanita itu juga memberikan bukit jika waktu itu dirinya tidak bersalah.





ARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang