Setelah tadi siang mimisan akhirnya Gavin di bawa ke rumah sakit, dan malam ini hanya ada Gavin dan Arga karena kedua orang tua mereka sedang pulang ke rumah untuk mengambil keperluan Gavin.
"Bang jangan tidur dulu dong, Ibu sama Ayah belum balik ke sini" ucap Arga menepuk lengan Gavin "Abang''
Gavin membuka matanya yang sudah sangat berat karena efek obat yang di berikan oleh dokter. "Tidur aja sini sebelah Abang masih muat kok" ujar Gavin menggeser tubuhnya agar adiknya bisa tidur di sampingnya.
"Yah masalahnya aku belum ngantuk" balas Arga, dia hanya takut jika Gavin tidur tidak ada yang bisa di ajak ngobrol lagi apa lagi ini malam hari dan mereka ada di rumah sakit.
"Tapi Abang udah gak bisa nahan ngantuk nya lagi dek, udah kamu tidur aja sini" ucap Gavin menepuk tempat tidur sebelahnya lalu dia pun tertidur pulas.
"Abang, elah nanti kalau ada yang datang gimana" ucpa Arga segera naik ke atas ranjang pasien Gavin lalu memeluk lengan Gavin dengan erat.
"Ayah sama ibu lama banget sih ajir" gumamnya mengeratkan pelukannya pada Gavin.
"Gak ada bantal guling apa di rumah sakit" gumamnya takut-takut ada yang tidur di belakangnya.
"Abang, ayo bangun" panggilnya pada Gavin, sayangnya Gavin tetap tertidur lelap tanpa terganggu sedikitpun, Arga memejamkan matanya memeluk erat lengan Gavin. Lama-lama anak itu pun tertidur juga.
"Arga, bangun" ucap Alya menepuk-nepuk pipi Arga.
"Hmm, sepuluh menit lagi Bu" gumam Arga dengan mata terpejam.
"Arga" panggil Bara dengan suara datarnya, mendengar suara Ayah-nya Arga segera membuka matanya. "Ayah" gumamnya lalu segera turun dari ranjang pasien Gavin.
"Tadi Abang yang nyuruh aku tidur di samping Abang" ucap Arga berjalan ke arah sofa panjang yang ada di ruang rawat Gavin.
"Ikut Ayah ada yang mau Ayah omongin sama kau" ajak Bara lalu keluar dari ruang rawat Gavin begitu juga dengan Arga yang mengikutinya dari belakang.
"Ayah mau ngomongin soal apa?" tanya Arga saat ini mereka duduk di taman rumah sakit.
"Gavin membutuhkan donor sumsum tulang belakang" ucap Bara lalu menatap anak bungsunya dengan wajah serius.
"Ayah mau kamu yang dengerin sumsum tulang belakang buat Gavin, karena cuma kamu yang bisa" sambungnya lagi.
"Tapi aku takut Yah, gimana kalau nanti-"
"Takut, apa yang kamu takuti? Kamu gak akan mati cuma karena donor-in sumsum tulang belakang kamu, seenggaknya berguna sedikit kita udah ngerawat kamu selama ini anggap sebagai balas budi" sela Bara lalu mengalihkan perhatiannya ke arah lain.
"Besok pagi operasinya akan di lakukan Ayah cuma mau ingetin, jangan sampai Gavin tau" sambungnya lagi lalu bangkit dari duduknya pergi meninggalkan Arga begitu saja.
"Andai gue anak Ibu juga sama kaya Abang sikap Ayah mungkin gak kaya gini" gumam Arga memejamkan matanya, ingatannya kembali pada hari di mana ia mengetahui jika Kakak-nya mengidap penyakit anemia aplastik, adalah salah satu jenis kelainan darah yang terjadi karena kegagalan sumsum tulang untuk menghasilkan sel darah. Pada kondisi ini, sumsum tulang tidak dapat memproduksi salah satu atau seluruh sel darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan platelet. Kakak-nya juga melakukan transfusi darah namun berberapa minggu terakhir ini kondisinya menurun sehingga dokter menyarankan untuk transplantasi sumsum tulang belakang.
Bara menitan dokter untuk melakukan tes kecocokan sumsum tulang belakang antara dirinya dan Gavin, dan hasilnya cocok dan besok pagi dirinya harus mendonorkan sumsum tulang belakangnya pada Gavin, dan ini semua di lakukan tanpa sepengetahuan Gavin.
Arga membuka matanya ketika merasakan kehadiran seseorang yang duduk di sampingnya "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya seorang perempuan yang mengenakan baju pasien.
"Harusnya aku yang nanya gitu kamu nagpain di sini? pasien itu harusnya tidur di kamar rawatnya bukan keluyuran di taman" balas Arga menatap perempuan yang duduk di sampingnya.
"Gue bosen di dalam, yang jagain gue semuanya pada tidur sedangkan gue gak bisa tidur dari tadi" jawab perempuan itu menyandarkan tubuhnya di kursi taman.
"Kalau bosen ya tinggal minta pulang aja-"
"Arga" panggil Bara dari kejauhan, Arga menoleh ke arah Bara lalu bangkit dari duduknya "Sorry gue gak bisa nemenin lo, Ayah gue udah manggil" ucap Arga lalu segera pergi menghapri Ayah-nya.
"Kenapa yah?" tanya Arga setelah berdiri di hadapan Bara.
"Ngapain kamu di luar? sengaja biar besok gagal operasi karena kamu yang kurang istirahat" ucap Bara lalu meraih tangan anaknya, menariknya dengan kasar membawanya masuk ke dalam kamar rawat Gavin "Tidur udah malam" titahnya.
"Boleh tidur sama Abang kan?" tanyanya menatap Alya yang sedang duduk di sofa.
"Hmm, pergilah" balas Alya.
Tak membuang waktu lagi Arga segera naik ke atas ranjang pasien Gavin lalu tidur di sebelahnya, Arga memeluk Gavin dengan hati-hati lalu memejamkan matanya.
Alya bangkit dari duduknya berjalan menghampiri ranjang pasien anaknya lalu menyelimuti Arga dengan selimut yang di bawanya tadi dari rumah, lalu beralih mengusap kepala Gavin mencium kening Gavin cukup lama "Cepat sembuh" bisiknya pada Gavin.
............
Pagi menyapa kemabli, Gavin membuka matanya melihat ke sisinya di mana adiknya masih tertidur pulas sambil memeluk lengannya "Kamu udah bangun?" tanya Alya mendekati ranjang pasien anaknya lalu mencium kening Gavin "Bangunin Arga Ibu mau ke kantin dulu beli sarapan"
"Ayah mana Bu?" tanya Gavin tak melihat kehadiran Bara di ruang rawatnya.
"Ayah lagi angkat telfon di luar, banguni Arga Ibu keluar dulu sebentar" balas Alya segera keluar dari ruang rawat anaknya.
"Adek" panggil Gavin mengusap pipi adiknya.
"Hmm" gumam Arga melepas pelukannya pada Gavin "Jam berapa ini?" gumamnya sambil mengerjapkan matanya.
"Udah jam 7 pagi" jawab Gavin tersenyum lembut pada adiknya.
Arga turun dari ranjang pasien lalu bergegas ke kamar mandi. Setelah mencuci mukanya Arga keluar dari kamar mandi lalu mengemasi barang-barang miliknya.
"Ada apa? kenapa buru-buru gitu dek?" Gavin melihat adiknya mengemasi barang-barangnya.
"Aku harus pulang buat sekolah, udah telat lagi gimana kalau gurunya ngomel-ngomel nanti" balas Arga sambil memasukkan selimutnya ke dalam tas.
"Kenapa selimutnya juga di bawah biarin aja di sini nanti biar Ayah yang bawain pulang" ujar Gavin.
"Kata Ayah hari ini Oma datang ke sini, aku mungkin nanti gak ke sini lagi" ucap Arga mendekati ranjang Gavin.
"Ayah bilang Oma di sini berberapa hari, dan mungkin berharap hari juga aku gak ke sini" sambungnya lagi.
"Kalau gitu nanti Abang minta pulang aja, lagian Abang juga ngerasa baikan" balas Gavin, tidak mungkin membiarkan adiknya sendiri di rumah yang ada dirinya tidak bisa tenang di rumah sakit.
"Abang jangan khawatir aku janji gak akan macam-macam di rumah, aku bakal di rumah aja gak akan ke mana-mana" ujar Arga meyakinkan Abang-nya, sedangkan Gavin tidak percaya dengan ucapan adiknya, dia yakin adiknya tidak mungkin di rumah saja, dia tidak masalah jika adiknya pergi main ke luar yang jadi masalah bagaimana jika Ayah-nya menghajar adiknya seperti biasanya, siapa yang akan melindungi adiknya nanti jika dirinya ada di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...