24

8.7K 711 27
                                    

Tadi tanpa sengaja Arga mendengar Gavin yang sedang  berbicara dengan Bara, lewat menelpon. Gavin memberi tau Bara jika dirinya sedang berada di rumah sakit, Gavin juga meminta Bara untuk datang ke rumah sakit besok pagi.

"Dengan Abang ngasih tau Ayah aku ada di sini, secara gak langsung Abang nyuruh Ayah buat hajar aku lagi"  batin Arga sambil memandangi Gavin yang tertidur di sofa panjang yang ada di ruang rawatnya.

"Aku gak mau di hajar lagi sama Ayah sebelum Ayah datang harus pergi dari sini." gumam Arga lalu melepas infusnya sendiri.

Arga mendekati sofa, sejenak memandang wajah Gavin. "Punggung aku masih sakit gak sanggup kalau nanti Ayah hukum lagi jadi aku pergi dulu sebentar kalau udah lebih baik aku pulang lagi ke rumah, janji gak lama." pamit Arga lalu keluar dari kamar rawatnya.
Arga melihat ke kanan dan kirinya, mematikan tidak ada melihat. Setelah merasa aman, dia bergegas pergi dari sana.

Setelah cukup lama berjalan, saat ini Arga berada di depan sebuah toko dia beristirahat sebentar di depan toko itu. Arga menatap langit, yang sudah mulai terang.

"Gue harus pergi sebelum mereka nemuin gue di sini." monolog Arga lalu melanjutkan jalannya. Dia terus berjalan sampai akhirnya ada seseorang yang memanggil namanya.

"Arga," panggil seorang pemuda menghentikan motornya di depan Arga. Pemuda itu membuka helmnya. "Ar, lo ngapain pagi-pagi di sini? Mana pake baju rumah sakit lagi. Lo kabur dari rumah sakit?" tanya Agung turun dari sepeda motornya.

"Lo, kenal gue?" tanya Arga membuat Agung mengerutkan dahinya.

"Ehh, lo jangan bercanda kita gak ketemu berberapa hari doang ya kali lo jadi lupa ingatan gini, lo amnesia?" Agung tidak percaya dengan yang di ucapkan Arga barusan.

"Kita tuh udah jadi sahabat dari masih orok, ya kali lupa sama gue gitu aja." ucap Agung memegang kedua pundak Arga.

"Gue ini Agung sahabat lo. Ayolah Ar jangan bercanda gak lucu tau,"

"Siapa yang bercanda gue gak bercanda." balas Arga melepas tangan Agung.

"Ada yang gak beres sama lo. Ikut gue." ajak Agung meminta Arga untuk membonceng motornya.

"Ayo buruan naik, atau lo yang mau bawa motornya?" tawar Agung menatap Arga yang hanya diam di tempatnya, tidak seperti Arga yang selama ini ia kenal.

"Gue gak bisa bawa motor,"

Agung menjatuhkan rahangnya mendengar ucapan sahabat itu. "Lo habis jatuh dari ketinggian berapa meter sih sampai lupa cara bawa motor segala,"  pekikan Agung.

"Udah gak usah bengong buruan naik gue anterin lo pulang sekarang." pungkas Agung menarik tangan Arga. Meminta agar untuk segera naik ke atas motornya.

"Gue gak mau pulang. Anterin gue ke mana aja asal jangan pulang ke rumah dulu" ucpa Arga naik ke atas motor Agung.

"Lo lagi ada masalah sama bokap lo lagi?" tanya Agung lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

"Hmm," dehem Arga. Sebenarnya ia masih tidak yakin dengan orang yang mengaku sebagai teman ini namun dirinya butuh tempat yang lebih jauh agar ayahnya tidak menemukan dirinya. Ia hanya bisa berharap semoga saja orang yang ada membawanya ini adalah sahabatnya.

...........

Pagi ini Alya sudah di perbolehkan pulang oleh dokter. Alya langsung pulang ke rumah di antara oleh sopir Mamanya, sesampainya di rumah yang pertama kali Alya carinya adalah kedua anaknya.

"Di mana Arga sama Gavin?" tanya Alya yang sejak tadi tidak melihat anak kedua anaknya. Biasanya jam segini kedua anaknya ada di ruang makan.

"Dia ada di rumah sakit," jawab Bara yang sedang duduk sambil meminum kopi.

"Kamu jangan bercanda. Kalau Arga di rumah sakit kenapa kamu ada di sini." Alya tidak percaya dengan ucapan suaminya.

"Ada Gavin yang menemaninya. Pertanyaan mu itu sangat lucu aku di sini karena ini rumah ku," balas Bara dengan santai.

"Di rumah sakit mana? Apa yang terjadi selama aku tidak ada di sini? Apa kamu terus menyiksa Arga-"

"Sebaiknya kamu diam jangan sampai kamu kembali lagi ke rumah sakit karena hal ini." sela Bara bangkit dari duduknya.

"Kau gak perlu tau di mana Arga di rawat" sambungnya lagi lalu pergi begitu saja.

Bara segera masuk ke dalam mobil lalu pergi menuju rumah sakit di mana Arga sedang di rawat. Sementara itu tanpa Bara sadari ada sebuah mobil yang mengikuti mobilnya dari belakang mobil itu adalah mobil Rania.

Setelah perjalanan kurang lebih satu jam akhirnya Bara sampai juga di rumah sakit.

"Gavin," gumam Bara melihat Gavin di lobby rumah sakit. Bara segera menghampiri anaknya itu lalu bertanya. "Ada apa?"

"Ayah, Arga pergi dari rumah sakit. Aku udah cari ke mana-mana tapi belum ketemu juga" ucap Gavin dengan raut wajah khawatir.

"Anak itu." geram Bara lalu meminta Gavin untuk masuk ke dalam mobilnya.

"Kita mau cari Arga ke mana Yah? Aku udah coba telpon dia dari tadi tapi nomernya gak aktif," ucap Gavin, ia tidak tau adiknya pergi ke mana tadi saat bangun tidur dia sudah tidak menemukan Arga di ranjangnya.

"Waktu dia kabur kau ketemu dia di mana?" tanya Bara sambil menyetir.

"Pinggir jalan gak jauh dari sini." jawab Gavin menunjukkan jalan di mana saat dirinya bertemu dengan adiknya waktu itu.

Sementara itu Arga dan Agung berada di kafe milik kakak Agung.

"Teman lo kenapa lagi Gung?" tanya Adam. Hal seperti ini sudah sering kali terjadi jika sahabat adiknya itu sedang ada masalah pasti adiknya membolos sekolah untuk menemani dan menghibur sahabatnya itu.

"Biasa Bang ribut sama Bapak-nya lagi, gue ke atas dulu Bang. Ayo Ar," ajak Agung menarik tangan Arga untuk ke ruang pribadi kakak-nya.

"Lo kenal sama tuh anak?" tanya Erlangga sahabat Adam.

"Sahabat adek gue, udah sering tuh anak ke sini."

"Gue pernah lihat tuh anak. Agak aneh sih gue pikir kurang waras." ucap Erlangga dia adalah orang yang hampir menabrak Arga hari itu.

"Wajar lah kalau kurang waras. Bapaknya gila soalnya. " balas Adam. Dia sudah mendengar semuanya tentang Arga dari adiknya. Menurutnya keluarga Arga itu tidak waras semuanya karena mereka hanya mementingkan satu anak mereka saja ya itu Gavin.

"Maksud lo?"

"Dia cuma di manfaatin sama keluarganya. Gue sendiri kasihan sama tuh anak, dulu dia pernah di rawat di rumah sakit kalau gak salah katanya karena jatuh di kamar mandi dan lo tau saat gue nganterin adek gue jenguk tuh anak, dia cuma sendirian gak ada yang nemenin keluarga sibuk ngurusin anak pertamanya yang lagi demam di rumah"

"Kok kebalik yang di rawat siapa yang di urusin siapa,"

"Ya begitulah"

"Untung gue anak tunggal" ucap Erlangga lalu kembali duduk di kursi yang ada di sana.

"Apa hubungannya goblok,"

"Gak ada sih, tapi yah bodoh amat lah gue gak kenal juga sama tuh anak gue lihat waktu itu kakaknya sayang banget sama dia"

"Sayang tai anjing," sahut Agung yang baru saja turun ke bawah.

"Menurut gue Gavin tuh gak sayang sama Arga buktinya kalau Arga lagi di hajar Bapak-nya Gavin diem aja tuh." lanjutnya lagi.

"Arga mana?" tanya Adam melihat adiknya hanya turun sendiri tanpa sahabatnya.

"Tidur, gue rasa dia gak tidur semalaman Bang" jawab Agung duduk di sebelah Erlangga. "Kalian berdua gak ada yang pergi kuliah?"

"Gue gak ada kelas hari ini," jawab Erlangga.

"Abang ada kelas siang nanti, jadi Abang mau siap-siap sambil nunggu karyawan pada datang," ucap Adam.













ARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang