Dengan terpaksa Arga ikut pergi ke rumah sakit, saat ini dia sudah berada di ruangan dokter bersama dengan Alya sedangkan Bara yang menemani Gavin cek up, dokter meminta Arga untuk berbaring di ranjang pasien setelah mendengar penjelasan dari Alya apa yang terjadi sebelumnya pada Arga lalu memeriksa anak itu.
"Aduh! Jangan di tekan sakit tau" ucap Arga bangun dari tidurannya lalu mendorong tangan dokter yang sedang memeriksa kakinya.
"Bagaimana dok?" tanya Alya mendekati ranjang pasien "Apa ada masalah dengan kakinya?"
"Dalam kondisi seperti itu, kaki sebaiknya tidak mendapatkan stimulasi pergerakan yang ekstrem. Hal ini sangat penting agar bengkak pada kaki tidak semakin parah, nyeri pun tak semakin menjadi-jadi. Kalau memang tetap harus beraktivitas, usahakan beri topangan pada kaki menggunakan tongkat ataupun kursi roda" jelas dokter setelah selesai memeriksa Arga.
"Aku gak mau pakai kursi roda apa lagi tongkat" ujar Arga turun dari atas ranjang pasien.
"Ayo bu kita pulang" ajaknya meraih tangan Alya.
"Tunggu sebentar" balas Alya membantu Arga untuk duduk di kursi.
"Kan udah selesai periksanya Bu, tunggu apa lagi"
"Saya akan memberikan resep obat untuk mengurangi rasa nyerinya, nanti anda bisa kompres dingin untuk mengurangi bengkak di kakinya" ujar dokter itu lalu menuliskan resep obat untuk Arga.
"Ini resep obatnya, tunggu sebentar lagi suster akan datang membawakan kursi roda" ucap dokter memeriksa kertas bertuliskan resep obat pada Alya.
"Terima kasih dok" ucap Alya menerima resep obat untuk Arga, lalu pergi keluar dari ruangan dokter dengan Arga yang duduk di kursi roda.
"Ayo kita cari makan siang dulu" ajak Alya mendorong kursi roda Arga menuju kantin rumah sakit.
"Kok makan di sini Bu? kenapa gak makan di rumah aja?" tanya Arga yang sudah ingin pergi dari rumah sakit.
"Di jalan macet makan di sini dulu sekalian nunggu Ayah" balas Alya.
"Lama dong nungguin Abang selesai"
"Kamu pulang dulu nanti sama Ayah, Ibu yang nemenin Abang sampai selesai" ujar Alya lalu memesan makanan untuk dirinya dan anaknya.
"Suapi Bu" pinta Arga setelah Alya meletakan makanan di depannya, Alya menggeser kursinya ke samping anaknya lalu menyuapi Arga.
"Nanti jangan lupa minum obatnya terus nanti sampai rumah kompres kakinya bilang sama Ayah, biar nanti Ayah yang bantu kompresnya" ujar Alya sambil menyuapi Arga.
"Terus pergi mainnya kapan?"
"Gak dengar tadi dokter bilang apa? perlu kita ke sana lagi?" Alya menatap tajam Arga, bisa-bisanya kakinya sakit masih aja ingat main.
"Gak perlu" jawab Arga.
"Ayah udah datang sampai rumah istirahat" ujar Alya lalu menghampiri Bara.
"Sampai rumah kompres kakinya dengan es dan juga Arga harus minum obat" ujar Alya lalu pergi menuju ke ruangan Gavin.
"Ayo kita pulang" ajak Bara mendorong kursi roda Arga menuju parkiran.
..............
Sesampainya di rumah Bara benar-benar melakukan apa yang di katakan Alya tadi di rumah sakit, setelah mengompres kaki Arga dengan es batu. Kini anak itu sedang menikmati buah sambil menonton tv.
"Ayah kapan Abang pulang?" tanya Arga sambil menyingkirkan buah kiwi di piringnya.
"Kenapa di pinggirin gitu buahnya?" tanya Bara.
"Aku gak suka yang ini, kapan Abang pulang?" tanya Arga lagi.
"Mungkin nanti malam" jawab Bara.
"Yah, gak ada yang habisin buahnya dong" gumam Arga lalu meletakkan piring buahnya di atas meja.
"Habisin Arga, atau mau Ayah paksa" ancam Bara memberikan piring buah itu pada Arga "Habisin Ayah tungguin sampai kamu makan selesai" sambungnya lagi.
"Aku gak suka yang ini" ujar Arga menujuk buah kiwi di piringnya.
"Ya yang itu gak usah di makan tapi yang lain harus habis, jangan banyak alasan" tegas Bara lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.
Dengan sangat terpaksa Arga menghabiskan buah yang ada di pinggirnya kecuali buah kiwi "Biasanya Ibu ngasihnya gak sebanyak ini" ucap Arga sambil mengaduk-aduk sia buah yang ada di piringnya.
"Tinggal makan aja apa susahnya" balas Bara menutup laptopnya lalu meletakkannya di atas meja.
"Ya susah lah orang bukan porsinya"
"Bukan porsinya gimana? Ibu sendiri yang nyiapin tadi sebelum pergi"
"Ada apa ribut-ribut?" tanya Alya yang baru saja masuk ke dalam rumah, Gavin langsung duduk di sebelah adiknya.
"Ini ayah ngasih buah kebanyakan jadi gak habis" aduh Arga menunjukkan buah yang sudah hancur di piringnya, Gavin mengusap rambut adiknya dengan lembu.
"Kebiasaan kalau makan sering gak habis" ucap Gavin karena memang biasanya yang menghabiskan makanan adiknya adalah dirinya.
"Tadi gimana kata dokter?" tanya Gavin.
"Kata dokter udah sembuh, udah boleh pergi main'' jawab Arga meletakan piringnya di atas meja "Abang aku boleh kan pinjam-"
"Gak udah sore waktunya mandi, habis itu makan malam" sela Alya lalu mendorong kursi roda Arga.
"Sana ke kamar istirahat pasti capek kan di rumah sakit seharian, belum tadi di jalan juga macet" ucap Bara pada Gavin, dengan lembut dia mengusap rambut anak sulungnya.
"Gimana kaki Arga? gak ada masalah yang serius kan?" tanya Gavin.
"Gak ada semuanya baik-baik aja, kakinya bengkak karena dia gak bisa diam" jawab Bara.
"Coba Ayah biarin Arga sekolah umum, kasih Arga sedikit kebebasan Yah biar Arga gak perlu kabur-kaburan terus" ujar Gavin, ia ingin adiknya merasakan kebebasan seperti anak-anak seusianya, dirinya yang memiliki masalah dengan kesehatannya kenapa adiknya yang sehat juga tidak bisa menikmati kebebasannya.
"Gak di kasih kebebasan aja dia gak bisa di atur apa lagi di kasih kebebasan malah semakin menjadi nantinya, kamu gak tau kelakuannya di luar sana. Udah berapa kali dia masuk ke klub malam, ikut balapan liar tawuran dan masih banyak ulahnya di luar sana" ujar Bara yang sudah sering kali menjemput anaknya di area balapan liar atau klub malam.
"Arga ngelakuin itu karena Ayah gak mau ngasih kebebasan, coba ayah kasih Arga kepercayaan sekali aja" balas Gavin, menurutnya adiknya tidak akan melakukan itu semua jika saja Ayah-nya memberikannya sedikit kebebasan.
"Ayah gak mau ribut sama kamu karena dia lagi" pungkas Bara lalu bangkit dari duduknya tidak ingin berdebat lagi dengan anak sulungnya hanya karena anak bungsunya itu. Ia berjalan meninggalkan ruang keluarga.
"Jangan egois Yah kasian Arga sampai gak punya teman karena Ayah, coba Ayah lihat di luar sana anak seumuran Arga lagi asyik-asyiknya main, kumpul sama teman-temannya gak kayak adek aku mau pergi keluar aja harus kabur-kaburan dulu" seru Gavin yang masih jelas di dengar oleh Bara.
Sementara itu Arga baru saja selesai mandi dengan bantuan Alya "Ibu tadi Abang cek up hasilnya gimana?" tanya Arga duduk di tepi kasurnya, untuk sementara waktu sampai kakinya sembuh dia akan menggunakan kamar tamu.
"Kaya biasanya" jawab Alya sambil
mengeringkan rambut Arga."Terus kenapa tadi lama?"
"Siapa yang minta kue lapis tadi?"
"Abang beliin kuenya?" ujar Arga dengan mata berbinar "Habis ini aku mau makan kue"
"Gak ada makan kue sebelum makan malam" ucap Alya lalu membantu Arga untuk duduk di kursi roda, lalu mendorong kursi roda Arga menuju ruang keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...