"Bang udah malam belum tidur?" tanya Arga melihat Gavin masih duduk di ruang keluarga seorang diri.
Gavin bangkit dari duduknya lalu mengabil alih gelas yang ada di tangan sang adik "Kenapa gak minta tolong sama Abang, kan Abang udah bilang di kamar aja kalau butuh apa-apa panggil Abang" ujar Gavin membantu adiknya untuk duduk di sofa.
"Ya kali aku teriak-teriak dari kamar manggil Abang, lagian cuma sakit dikit doang masih bisa jalan ini Bang" balas Arga melihat kertas-kertas yang ada di atas meja.
"Kenapa orang-orang pintar itu malah rajin belajar tapi orang yang goblok kaya aku malah males belajar, mau heran tapi itu kenyataan. Contohnya aku sendiri" ujarnya.
"Kamu itu pintar Ar siapa yang bilang gitu" balas Gavin lalu pergi ke dapur mengambilkan air minum untuk adiknya. Tak butuh waktu lama Gavin kembali dengan membawa segelas air putih untuk Arga.
"Mau ke kamar lagi?" tanya Gavin duduk di sebelah adiknya.
"Sebentar lagi mau istirahat dulu, lumayan capek juga dari lantai atas ke bawah" jawab Arga lalu menyandarkan tubuhnya di sofa merasakan sakit di kakinya.
"Tadi kamu pergi ke mana?" tanya Gavin mengusap rambut adiknya.
"Ke rumah Ibu aku" jawab Arga menoleh ke arah Gavin. "Aku lihat dia tadi, aku udah gak penasaran lagi setelah lihat tadi siang" sambungnya lagi.
"Kamu ketemu dia?"
"Gak cuma lihat dong habis itu pergi main"
Gavin menganggukkan kepalanya. "Ayo tidur Abang anterin ke kamar" ucpa Gavin berjongkok di depan adiknya.
"Abang mau ngapain? aku bisa jalan sendiri" ujar Arga lalu bangkit dari duduknya.
"Kaki kamu sakit Ar, biar Abang gendong sampai kamar" ujar Gavin.
"Gak usah Bang aku bisa jalan sendiri" tolak Arga tidak ingin merepotkan Gavin, lagi pula hanya sakit sedikit masih bisa jalan sendiri.
Gavin menghela napasnya lalu menatap adiknya. "Kenapa? Kamu takut Abang gak bisa gendong kamu sampai kamar? Abang tau fisik Abang gak sekuat orang lain tapi kalau buat gendong kamu sampai kamar masih sanggup Ar"
"Bukan gitu maksud aku Bang-"
"Kalau gitu naik, tunggu apa lagi" sela Gavin kembali berjongkok di depan adiknya, dengan terpaksa dan takut-takut Arga naik ke punggung Gavin.
"Sampai depan tangga aja Bang, gak usah sampai kamar" ucpa Arga yang sudah berada di punggung Gavin.
"Hmm" gumam Gavin lalu melangkahkan kakinya menuju ke kamar adiknya, sesampainya di kamar sang Arga, Gavin menurunkan adiknya di atas kasur "Kan aku tadi bilang sampai depan tangga aja kenapa sampai kamar" protes Arga.
"Tidur udah malam, besok sekolah jangan kesiangan" ucap Gavin mengusap rambut adiknya lalu keluar dari kamar Arga.
Setelah Gavin pergi dari kamarnya, Arga merebahkan dirinya di atas kasur menatap langit-langit kamarnya "Hari ini gue selamat dari amukan Ayah berkata Abang gue" monolognya, mengingat tadi saat pulang ke rumah langsung di sambut dengan tampar dari Bara, andai saja Gavin tidak keluar mungkin saja tadi dirinya kembali lagi ke rumah sakit.
Sementara itu Gavin di dalam kamarnya sedang mengatur napasnya yang sedikit sesak dan dadanya yang terasa nyeri, dia buru-buru keluar dari kamar adiknya tadi agar adiknya tidak khawatir apa lagi sampai merasa bersalah. "Gimana bisa melindungi kamu Ar baru berberapa hari kurang istirahat aja udah kaya gini" monolog Gavin lalu merebahkan dirinya di atas kasur.
"Tadi kamu bilang udah ketemu sama Ibu kandung kamu kan Ar? kalau seandainya nanti kamu mau tinggal sama dia dan itu yang buat kamu bahagia Abang ikhlas dari pada di sini, Abang sendiri gak bisa melindungi kamu" ucapnya lagi, apa yang di ucapkan tidak sesuai dengan hatinya. Di hatinya tidak akan pernah rela jika adiknya pergi suatu hari nanti tapi lebih tidak rela lagi jika harus melihat adiknya yang terus-terusan mendapatkan perlakuan kasar dari kedua orang tuanya
Lebih baik adiknya pergi dari rumah ini asalkan di luar sana adiknya bisa hidup bahagia, sesuai dengan apa yang adiknya inginkan.
................
Pagi menyapa kemabli, dengan senyuman manisnya Arga menyapa Alya dan Gavin yang sudah duduk manis di kursi meja makan "Ayah mana Bu, kok gak keliatan? biasanya paling duluan" tanya Arga duduk di kursi sebelah Gavin.
"Masih ada di kamar, ayo mulai sarapannya" balas Alya lalu memberikan nasi goreng untuk Arga dan roti untuk Gavin.
"Terima kasih Bu" ucap kedua anak itu bersamaan.
"Kita gak nungguin Ayah, Bu?" tanya Arga, tidak biasanya mereka sarapan tanpa kehadiran Bara, apa lagi sudah jelas Ayah-nya itu ada di rumah.
"Ayah masih tidur, semalam tidur larut malam karena banyak pekerjaan" jawab Alya.
"Oh, kirain sakit" gumam Arga lalu kembali melanjutkan sarapannya.
"Kenapa emangnya kalau ayah sakit?" tanya Gavin menoleh ke sampingnya.
"Ya pas kalau Ayah sakit kan hari ini Abang pergi ke rumah sakit, sekalian Ayah juga" balas Arga.
"Nanti kamu juga sekalian ikut ke rumah sakit" ucap Alya pada Arga.
"Mau ngapain Bu ikut ke rumah sakit? hari ini kan aku sekolah Bu" ujar Arga.
"Cek, kaki kamu yang kemari jatuh dari motor, sama sekalian nanti kita mampir ke salon buat motong rambut kamu yang udah kaya gembel itu" ujar Alya sambil meletakkan sayuran di atas piring Arga.
"Gak usah Bu kemarin kan udah di priksa, dokter bilang gak pa-pa" tolak Arga, ia paling malas jika harus ikut ke rumah sakit.
"Ikut aja dek, cuma cek gak di suntik" sahut Gavin.
"Tapi kan pasti lama di rumah sakit, bosen tau di sana gak yang menyenangkan" balas Arga.
"Nanti kalau udah selesai langsung pulang gak usah nungguin Abang" ujar Gavin tersenyum lembut pada adiknya.
"Tapi-"
"Udah gak usah banyak protes habisin sarapan kamu, hari ini sekolah libur tapi tetap harus belajar" sela Alya.
"Tapi habis dari rumah sakit boleh main kan?" tanya Arga menatap Alya.
"Gak ada main, habis dari rumah sakit langsung pulang" ucap Bara dari arah belakang mereka.
"Masih kurang kemarin jatuh dari motor?" Sambungnya lagi.
"Baru dari motor belum dari mobil" jawab Arga lalu bangkit dari duduknya.
"Pokoknya habis dari rumah sakit aku mau main, kalau gak di bolehin aku gak mau ke rumah sakit" ancamannya lagi lalu pergi ke ruang keluarga.
"Izinin aja Yah lagian cuma main sebentar" ucap Gavin lalu menyusul adiknya ke ruang keluarga.
"Sarapan aja dulu kita urus nanti mereka" ucap Alya lalu menyiapkan sarapan untuk suaminya, dia ingin membawa Arga ke rumah sakit karena melihat kaki anak itu yang bengkak, melihatnya jalan saja kesulitan tapi anak itu malah minta main keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...