"Dia belum bangun?" tanya Alya pada suster yang sedang mengganti infus Arga.
"Sudah sadar sejak setengah jam yang lalu, dia kembali tidur karena mengeluh pusing" jawab suster itu lalu pamit setelah selesai dengan tugasnya.
Alya duduk di kursi samping ranjang Arga, mengusap rambut Arga dengan lembut mencium kening anak itu cukup lama "Terima kasih" bisiknya di telinga Arga.
Alya menggenggam tangan Arga yang terbebas dari infus, perlahan Arga membuka matanya melihat Alya yang duduk di samping ranjangnya membuatnya tersenyum tipis. "Ibu" panggilnya dengan pelan.
"Iya, mau minum?" tawar Alaya meraih gelas di atas meja lalu membatu Arga untuk minum.
"Udah Bu" ucap Arga kembali memejamkan matanya ketika merasakan nyeri di punggungnya.
"Kenapa?" tanya Alaya mengurus lengan Arga, bukannya menjawab pertanyaan Alya Arga malah bertanya balik.
"Ibu ngapin di sini? nanti Oma nyariin ibu" tanya Arga kembali membuka matanya menatap Alya.
"Kenapa kamu gak mau Ibu temenin di sini?"
''Bukan gitu Bu tapi aku gak mau nanti Oma marah-marah sama Ibu gara-gara aku" jelas Arga, ia hanya tidak ingin Alya mendapat amarah dari ibunya hanya karena menemani dirinya.
"Udah bisa kan Oma marah-marah, biarin aja gak usah ambil pusing" balas Alya lalu memanggil dokter untuk memeriksa Arga karena ia memperhatikan sepertinya Arga menahan rasa sakit.
Tak berselang lama dokter datang ke ruang rawat Arga, lalu memeriksa anak itu. "Bagaimana?" tanya Alya pada dokter setelah selesai memeriksa Arga.
"Setelah operasi sumsum tulang belakang nyeri di bagian operasi dan rasa pusing atu mual itu semua efek setelah operasi tapi tidak masalah setelah pulih sepenuhnya akan kembali seperti sedia kala, saya akan memberikan obat untuk meredakan nyeri di punggungnya" jelas dokter itu lalu menyuntikkan obat pada Arga untuk mengurangi rasa nyerinya.
Alya duduk di kursi samping ranjang Arga setelah dokter keluar "Udah lebih baik?" tanya Alya mengusap rambut anaknya.
"Sudah, Ibu pergi aja Abang pasti nyariin Ibu juga" jawab Arga menahan tangan Alya yang sedang mengusap kepalanya "Aku udah bagikan tinggal aja gak pa-pa Bu" sambungnya lagi.
"Ada Ayah yang nungguin Gavin, ada Oma juga Ibu temenin kamu di sini" balas Alya, tidak mungkin dirinya pergi meninggalkan Arga sendirian terlihat jelas dari wajah Arga yang menahan rasa sakitnya.
"Tidur aja Ibu temenin di sini" ucap Alya mengusap rambut Arga dengan lembut, sedangkan Arga hanya diam dengan mata terpejam menikmati usapan lembut yang Alya berikan kapan lagi dia mendapatkan semua ini dari Ibu-nya.
Sementara itu di ruang rawat Gavin terus menanyakan keberadaan sang adik pada Ayah-nya. "Ayah untuk pastiin Arga di rumah kan?" tanya Gavin untuk kesekian kalinya.
"Ibu lagi pulang buat mastin" jawab Bara.
"Dia udah besar bisa urus dirinya sendiri gak perlu khawatir" sahut Nanda yang tak suka jika Gavin terus membicarakan tentang Arga.
"Arga gak bisa gitu Oma, dia harus di ingetin apa lagi makan bisa seharian gak makan kalau gak ada yang ingetin" balas Gavin sudah hapal kebiasaan sang adik.
"Coba telpon Ibu, Yah aku mau ngomong sama Arga" pinta Gavin pada Bara.
"Nanti Ayah telponin Ibu sekarang kamu istirahat dulu" ujar Bara mendekati ranjang pasien Gavin.
"Aku gak bisa istirahat kalau belum mastiin Arga baik-baik aja" tolak Gavin.
"Jangan keras kepala Gavin, kamu juga butuh istirahat" ucap Nanda.
"Kalau gitu telefon Ibu sekarang aku mau ngomong sama Arga" balas Gavin menepis tangan Bara yang menguap rambutnya "Tolong ambilin handphone aku Yah, biar aku telpon Ibu sendiri" sambungnya lagi.
"Arga belum selesai sekolah jam segini" alasan Bara, dia sudah mengirim pesan pada Alya menanyakan tentang Arga, Alya bilang Arga sedang tidur jadi tidak mungkin dirinya menghubungi Alya.
Gavin menghela napasnya. "Cuma sebentar Yah gak sampai lima menit aku ngomong sama Arga" mohon Gavin memejamkan matanya, apa susahnya hanya tinggal menghubungi Ibu-nya dirinya hanya ingin memastikan adiknya di rumah dan baik-baik saja.
"Ayah keluar dulu sebentar" ujar Bara lalu pergi keluar dari ruang rawat Gavin.
"Aku cuma mau denger suara Arga apa susahnya tinggal telponin" ucap Gavin.
"Seharih aja kamu gak sebut-sebut nama dia gak bisa Vin?" ujar Nanda dengan nada tak suka.
"Gak bisa, Arga adek aku wajar kalau aku khawatir sama Arga lagian Oma kenapa sih gak suka sama Arga?" balas Gavin menatap Nanda yang duduk di kursi samping ranjangnya.
"Kamu lupa dia siapa? Dia sebuah kesalahan yang seharusnya gak pernah ada sayangnya Ibu kamu itu bodoh malah ngerawat dia sampai sekarang" ucap Nanda masih ingat dengan baik saat seorang wanita datang ke rumah anaknya dengan membawa bayi yang baru di lahir-kan.
Wanita itu mengatakan jika bayi yang ada di dalam gendongannya itu anak Bara, tentu saja dirinya sebagai seorang Ibu tidak terima anaknya di khianati oleh suaminya. Saat dirinya sedang mencaci maki wanita itu dengan santainya Alya mengabil alih bayi itu dari tangan wanita itu, tanpa rasa malu wanita itu meminta Alya untuk merawat bayinya setelah mengatakan hal itu wanita itu pergi begitu saja dari rumah Bara.
Dulu dirinya meminta Alya untuk membuang bayi itu, namun Alya tidak mau dan mengatakan jika anak itu tidak salah yang salah salah suaminya dan juga dirinya karena tidak bisa memberikan apa yang suaminya inginkan oleh karena itu suaminya sampai mencari wanita lain di luar sana dan dari situ Nanda membenci Arga, dari Arga kecil Nanda selalu mengingatkannya dari mana asal usul anak itu.
"Itu udah lama Oma lagian dari bayi Arga sama kita" ucap Gavin.
"Mau selam apa pun dia tinggal bersama dengan kita, tidak akan merubah statusnya dia tetap anak wanita itu, jadi berhenti membahas anak itu" tegas Nanda tidak ingin mendengar Gavin membicarakan tentang anak itu lagi.
"Terserah Oma yang aku tau Arga adek aku selamanya, dan itu gak akan pernah berubah Arga akan tetap jadi adek aku" balas Gavin lalu memejamkan matanya, percuma juga bicara dengan Oma-nya sampai kapanpun Oma-nya tidak akan pernah suka dengan adiknya.
...........
"Ibu" panggil Arga sekarang dia sedang di suapi bubur oleh Alya.
"Hmm, kenapa?" balas Alya.
"Nanti kalau udah boleh keluar dari sini aku boleh pergi main kan?"
"Coba nanti tanya sama Ayah boleh apa gaknya" balas Alya lalu menyupi anaknya lagi.
"Ini suapan terakhir ya Bu, aku gak mau lagi" ujar Arga, sebenarnya dirinya tidak suka dengan bubur tapi Alya memaksanya untuk makan.
"Sekali lagi habis itu udah"
"Dari tadi sekali mulu gak selesai-selesai aku gak mau lagi Bu" protes Arga, sejak tadi katanya sekali lagi selesai tapi sekalinya sampai berkali-kali.
"Ini terakhir habis ini udah" ujar Alya menyodorkan sendok berisi bubur pada Arga. Dengan terpaksa Arga menerima suapan dari Alya "Terakhir jangan di kasih lagi" ucpanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...