Dalam sebuah ruangan Bara sedang memandang foto seseorang yang sangat di cintai istrinya. "Kau begitu mencintainya bukan? Kenapa tidak membawa saja, kasihan kan dia terus tersiksa di sini." ucap Bara menatap foto mendiang kekasih istrinya yang diam-diam di simpan sang istri.
"Kau tidak ingin bersama dengannya? Dari pada harus sembunyi-sembunyi dari ku lebih baik kau ambil saja dia, dengan begitu aku bisa hidup dengan bahagia bersama dengan anak-anak ku" Bara lalu keluar dari ruangan itu.
"Selamat pagi Yah." sapa Gavin yang sedang duduk di meja makan, sedang menunggu adiknya untuk sarapan bersama.
"Pagi, di mana Arga?" tanya Bara, mendukung dirinya di kursi meja makan.
"Sebentar lagi turun, tadi udah aku panggil." jawab Gavin, tak berselang lama Arga turun ke bawah masih mengenakan piyama tidurnya.
"Selama pagi" sapanya lalu duduk di kursinya.
Bara menatap anak bungsunya."Kamu belum mandi?"
"Mandi nanti habis sarapan aku udah lapar semalam gak makan." jawab Arga tanpa menatap ke arah Ayah-nya.
"Kenapa semalam gak makan?" tanya Bara lagi.
"Pake nanya lagi kenapa, ya gara-gara Ayah lah" batin Arga, ia tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya secara langsung di hadapan Ayah-nya.
"Kamu gak sakit kan?" khawatir Gavin bangkit dari duduknya.
"Gak, semalam aku udah makan di luar tapi dikit." jawab Arga tersenyum manis pada Gavin. "Ibu di rumah sakit sama siapa?"
"Sama Oma, nanti habis selesai sekolah kita kesana kamu mau ikut?" ucap Gavin.
"Mau sih tapi-"
"Gak perlu takut sama wanita tua itu." sela Bara lalu mengambilkan sarapan untuk kedua anaknya.
"Terima kasih Yah" ucap keduanya lalu mereka pun sarapan dengan diam.
"Gue curiga Bapak gue punya kepribadian ganda, kalau ada Ibu kaya singa giliran gak ada Ibu jadi manusia." dalam hati Arga heran kenapa setiap kali Ibu-nya tidak ada Ayah-nya begitu baik pada dirinya, tapi kenapa saat Ibu-nya ada di rumah Ayah-nya begitu benci pada dirinya.
"Dek, kenapa gak enak makanannya? Mau di ganti?" tanya Gavin menepuk lengan adiknya yang sejak tadi hanya mengaduk-aduk sarapannya.
"Enak kok ini mau makan" Arga lalu segera memakan sarapannya.
"Ayah berangkat ke kantor dulu, nanti siang Ayah jemput buat pergi ke rumah sakit." pamit Bara lalu mengusap kepala kedua anaknya yang masih belum selesai dengan sarapannya.
Arga terus memandang punggung Bara sampai Bara menghilang di balik pintu ruang makan "Bang, kenapa Ayah selalu kaya gini kalau Ibu gak ada tapi kalau Ibu ada balik lagi kaya biasanya?" penasaran Arga menatap Gavin dengan serius. Ia benar-benar penasaran dengan sikap Ayah-nya yang suka berubah-ubah.
"Abang juga gak tau dek." jawab Gavin, memang dirinya tidak tau kenapa dengan kedua orang tuanya, tapi benar kata adiknya sikap Ayah akan berubah ketika Ibu-nya tidak ada di rumah kalau boleh jujur ia lebih suka dengan Ayah-nya yang seperti ini.
"Udah gak usah di pikirin habisin sarapan kamu, terus mandi" imbuhnya lagi.
"Hmmm." dehem Arga segera menyelesaikan sarapannya, setelah selesai dengan sarapannya. Arga segera pergi ke kamarnya untuk siap-siap sekolah.
...........
Seperti yang di katakan Bara tadi pagi, untuk menjemput mereka pergi ke rumah sakit. Saat ini mereka dalam perjalanan menuju ke rumah sakit. "Nanti di rumah sakit jangan jauh-jauh dari Abang" ucap Gavin yang duduk di bangku penumpang bersama dengan Arga sedangkan Bara yang mengemudi.
"Kenapa?" tanya Arga yang sibuk dengan ponselnya membalas pesan dari temannya.
"Nanti kaya kemarin lagi, pergi gak bilang-bilang padahal Abang udah bilang jangan kemana-mana."
"Gimana gak pergi orang di usir sama dokternya." jawab Arga.
"Maksudmu?" sahut Bara yang sejak tadi menyimak percakapan kedua anaknya.
"Kan aku lagi nungguin Ibu, terus ada dokter yang mau priksa Ibu. Dokternya bilang gini, kamu bisa keluar sebentar? Ya udah aku keluar orang udah di suruh keluar." jelas Arga membuat Gavin memutar bola matanya malas.
"Kayanya kamu ke rumah sakit gak cuma sekali dek"
"Ya emang tapi kan kalau di suruh keluar ya aku keluar."
"Ayo kita turun" ucap Bara setelah memarkirkan mobilnya, merekapun turun dari mobil dan segera masuk ke dalam rumah sakit.
Baru saja mereka sampai di depan ruang rawat Alya, langsung di sambut tatapan tajam Nanda. "Mau apa kau datang ke sini?" tunjuknya pada Arga yang berdiri di belakang Bara.
"Kenapa Oma di luar?" tanya Gavin mengalihkan perhatian Nanda yang tengah menatap tajam Arga.
"Apa Ayah mu tidak memberi tau mu?" tanya balik Nanda.
"Memberi tau apa?" tanya Gavin menatap Bara meminta penjelasan, sebenarnya apa yang terjadi pada ibu nya.
Bara ingin menjelaskan pada Gavin, namun dokter keluar dari ruang rawat Alya dan meminta salah satu dari mereka untuk ikut ke ruangan pribadinya "Gavin ajak Arga pergi keluar" titah Bara.
"Tapi Yah, aku mau tau kenapa sama Ibu" bantah Gavin, ia ingin tau apa yang terjadi pada ibunya.
"Nanti Ayah kasih tau, sekarang ajak adikmu pergi." tegas Bara lalu pergi meninggalkan ruang rawat istrinya.
"Ayo Ar, kita keluar." ajak Gavin menarik tangan adiknya untuk pergi dari sana, sedangkan Nanda langsung masuk ke dalam ruang rawat anaknya.
Setelah mendengar penjelasan dokter Bara masuk ke dalam kamar rawat Alya. "Apa kata dokter tadi?" tanya Nanda bangkit dari duduknya, menghampiri menantunya.
"Dia harus melakukan operasi." jawab Bara menatap Alya yang masih terbaring lemah di atas ranjang pasien, Alya memiliki riwayat penyakit jantung bawaan.
"Operasi, dulu penyakitnya tidak seburuk ini, ini pasti gara-gara anak itu yang membuat hidup anak ku tidak tenang." ucap Nanda menyalahkan Arga atas apa yang terjadi dengan Alya sekarang.
"Dia tidak bersalah Anda yang lah yang telah memperburuk keadaan." bela Bara pada anak bungsunya.
"Anda sendiri yang membuatnya jadi seperti sekarang ini, Anda yang bersalah atas apa yang terjadi pada putri Anda sendiri." imbuhnya lagi.
"Jika kamu tidak selingkuh hal ini tidak akan terjadi!" Nanda tidak terima dirinya di salahkan, apa yang ia lakukan adalah untuk kebaikan anaknya sendiri.
"Aku melakukan itu karena putri mu juga melakukannya, jangan kalian pikir aku tidak tau apa yang dia lakukan dia di luar." ucap Bara lalu keluar dari ruang rawat Alya. Dulu Alya sering menemui kekasihnya secara diam-diam.
"Berengsek!" umpat Nanda mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
"Ayah." panggil Arga berlari menghampiri Bara. "Ayah, gimana Ibu? Gak pa-pa kan? Ibu baik-baik aja kan Yah?"
"Hmm, dia baik-baik saja ayo pulang." ajak Bara tersenyum tipis pada kedua anaknya.
"Tapi aku mau lihat Ibu sebentar" Arga menolak ajakan Bara, tadi ia belum sempat bertemu dengan Ibu-nya.
"Wanita tua itu ada di dalam, lain kali saja kita ke sini lagi, ayo pulang." Bara berjalan lebih dulu.
"Ayo " ajak Gavin mengandeng tangan adiknya. "Nanti Abang yang jenguk Ibu, nanti Abang kasih tau gimana keadaan Ibu." bujuk Gavin, karena adiknya hanya diam sambil menatap ruang rawat Ibu-nya.
"Ayo pulang Ayah udah nungguin kita, nanti kita di marahin kalau Ayah nungguin kelamaan."
Dengan berat hati Arga meninggalkan rumah sakit mengikuti langkah Gavin, sebenarnya ia ingin masuk ke dalam sana. Ingin memeluk Ibu-nya, walau hanya sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...