18

9.5K 742 10
                                    

"Arga,"  panggil Gavin menghapri adiknya yang sedang duduk di teras rumah. "Ngapain di sini ayo masuk." ajaknya menepuk pundak adiknya.

"Arga," panggilnya lagi karena adiknya hanya diam saja, Gavin pun duduk di sebelah adiknya.

"Kamu nangis?" kaget Gavin ketika melihat mata adiknya yang sembab.

"Kenapa? Berantem sama temen kamu?" tanya Gavin mengusap punggung adiknya.

Arga menoleh ke arah Gavin. "Aku kangen sama Ibu, kenapa tadi gak boleh masuk padahal aku cuma mau ketemu sebentar dong." ucap Arga lalu kembali menundukkan kepalanya.

"Lima menit juga gak pa-pa, gak usah lama-lama asal udah lihat aku juga langsung pulang."  lirihnya, ia merindukan Alya tapi ia juga tidak berani dengan Oma-nya.

"Mau ketemu ibu?"

Arga menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Besok tapi gak bisa hari ini, besok Abang bantuin buat ketemu Ibu. Udah jangan nangis lagi ayo masuk." ajak Gavin membantu adiknya berdiri.

"Tapi Oma gimana? Pasti gak bolehin aku ketemu ibu." ujar Arga menatap Gavin dengan mata berkaca-kaca, ia hanya ingin bertemu dengan Ibu-nya tidak masalah walaupun hanya sebentar yang penting bisa bertemu.

"Besok Abang ajak Oma keluar sebentar biar kamu bisa ketemu Ibu, udah jangan nangis katanya udah gede. Tapi masih cengeng" ledek Gavin mengusap rambut adiknya lalu menggandeng tangan adiknya masuk ke dalam rumah.

"Malam ini makan sama apa?" tanya Arga yang sudah duduk di ruang keluarga, ia baru ingat jika hari ini para pekerja libur, jadi tidak ada yang masak untuk makan malam mereka.

"Nanti kita pesan dari luar, kamu mau apa?" tawar Gavin lalu memberikan ponselnya pada Arga, agar dia bisa memilih sendiri makan yang dia mau.

"Aku mau-"

"Tidak ada beli makanan dari luar, Ayah sudah masak" ucap Bara memotong ucapan Arga.

"Ayah masak?" tanya kedua anak itu bersamaan, mereka tidak percaya jika seorang Bara bisa masak.

"Hmm, kalian mandilah dulu baru kita makan malam." titah Bara lalu pergi meninggalkan ruang keluarga.

"Aku gak yakin Ayah bisa masak" ucap Arga berbisik.

"Abang juga." balas Gavin, karena seingatnya ia tidak pernah melihat Bara masuk ke dapur apa lagi masak.

"Mau kemana?" tanya Gavin menahan tangan adiknya ketika adiknya ingin beranjak pergi.

"Mau lihat apa yang Ayah masak." jawab Arga, ia penasaran dengan apa yang di masak oleh Ayah-nya.

"Gak denger Ayah tadi bilang apa? Mandi dulu baru makan."  Gavin lalu menarik tangan adiknya.

"Lihat sebentar doang aja gak boleh," ucap Arga melepas tangan Gavin.

"Nanti bisa lihat pas kita makan, yang penting mandi dulu."

"Kelamaan kalau gitu." ketus Arga melangkahkan kakinya menuju ruang makan, begitu juga dengan Gavin yang mengikuti langkah adiknya, sebenarnya ia juga penasaran dengan masakan sang Ayah.

"Kita makan angin?" tanya Arga ketika melihat meja makan yang masih kosong tidak ada satupun makanan di atas meja itu, hanya ada tiga piring kosong di atasnya.

"Mungkin Ayah belum selesai masak, makanannya nyuruh kamu mandi dulu" balas Gavin.

"Tapi tadi Ayah pergi ke kamar, gak mungkin kan lanjut masak di kamar?"

"Udah yang penting sana kamu bersih-bersih dulu, nanti kita bisa pesan makanan kalau Ayah gak jadi masak." pungkas Gavin, dengan terpaksa Arga menuju ke kamarnya untuk bersih-bersih lalu setelah itu makan malam.

...............

"Ma, aku pinjam handphone sebentar," ucap Alya pada Nanda yang sedang menyuapinya makan malam.

"Buat apa?" tanya Nanda.

"Aku mau ngomong dengan Arga sebentar Ma, aku khawatir sama dia, Mama tau sendiri kan gimana Ayah-nya?" ujar Alya.

"Kamu enggak perlu khawatir sama anak itu, yang harus kau pikirkan sekarang dirimu sendiri, anak itu tidak penting." ucap Nanda, ia tidak suka jika anaknya menyayangi anak itu apa lagi anak itu adalah anak wanita lain.

"Arga juga anak anak Ma-"

"Dia bukan anak mu! Apa kamu lupa Alya?! Dia anak selingkuhan Bara." tegas Nanda bagaimana mungkin dengan mudahnya Alya mengatakan anak itu adalah anaknya, yang sudah jelas anak itu hasil dari selingkuhan suaminya.

"Wanita mana yang lupa akan kesalahan suaminya apa lagi yang dilakukannya adalah selingkuh. Bahkan sampai memiliki seorang anak." balas Alya menghela nafasnya, tentu ia tidak akan pernah lupa kejadian hari itu. Tidak akan pernah ia lupakan.

"Aku merawatnya karena aku merasa bersalah dengan keluarga Ibu-nya, Mama pasti ingat apa yang Mama lakukan pada keluarganya dulu." lirih Alya menatap Nanda. "Mama yang membuat Ayu masuk ke dunia malam itu, Mama juga yang sudah-"

"Cukup Alya! asal kamu tau apa yang Mama lakukan itu untuk dirimu, untuk kebaikan mu beruntung kamu enggak sampai melahirkan anak bajingan itu." sela Nanda, apa yang di katakan Bara itu benar Alya masih berhubungan dengan kekasihnya itu, bahkan Alya sempat mengandung anak kekasihnya itu, sayangnya dia keguguran saat kandungnya berusia tiga bulan.

"Mama enggak  mau berdebat lagi sama kamu, cukup jangan pernah membahas anak itu di hadapan Mama lagi." pungkas Nanda lalu pergi meninggalkan ruang rawat Alya.

Sementara itu di rumah Bara sedang menikmati makan malam bersama dengan kedua anaknya, di tengah menikmati makan malam tiba-tiba saja ada yang aneh ketika Arga memakan telur goreng buatan Bara. Arga buru-buru meraih tissue di atas meja.

"Ayah ini telurnya di goreng sama cangkangnya?" tanya Arga setelah membuang makanan dari dalam mulutnya.

"Masa, sih coba Abang lihat." ujar Gavin lalu mengabil piring makan adiknya, dan benar saja ada cangkang telur yang ikut masuk ke dalam telur dadar adiknya.

"Mau di ganti?" tawar Bara bangkit dari duduknya.

"Gak usah" jawab Arga lalu kembali mengabil piring makannya dari tangan Gavin, dia menyingkirkan cangkang telur yang ikut masuk ke dalam telur dadarnya, setelah merasa cukup bersih dia pun kembali memakan makanannya.

"Sayurnya juga harus di makan." ujar Gavin meletakan sayuran di piring adiknya.

"Sayuran gak ada rasanya." protes Arga.

"Namanya juga sayur kukus dek, ya wajar gak ada rasanya." balas Gavin melirik ke arah Bara, dia tadi melihat Bara yang sedang memasak sayuran, semua sayuran di kukus menjadi satu di dalam panci.

"Gak ada sambal?" tanya Arga menatap Bara.

"Gak ada, kita gak punya cabai " balas Bara.

"Kalau-"

"Cepat selesaikan makanan mu, makan enggak boleh sambil ngomong." tegur Bara yang sejak tadi mendengar ocehan anak bungsunya.

Arga berdecak kesal lalu dengan terpaksa kemabli menyantap makanannya yang tidak ada rasanya sama sekali, bahkan telur gorengnya juga tidak ada rasanya "Tau gini tadi minta bikini mie aja, enak ada rasanya gak hambar kaya gini" dumel Arga dalam hati.

ARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang