12

10.5K 799 26
                                    

Matahari sudah di gantikan dengan sang rembulan namun Arga belum juga kembali ke rumah, Alya yang sedang menunggu anak itu pun sesekali melihat ke arah luar. Berharap anaknya cepat kembali.

"Kemana dia pergi jam segini belum pulang juga" gumam Alya berjalan mendekati jendela memandang ke arah luar.

"Belum pulang juga Arga?" tanya Bara mendudukkan dirinya sofa ruang keluarga.

"Aku sudah telpon tapi gak di angkat" balas Alya mengingat ucapan Gavin tadi pagi yang mengatakan jika Arga diam-diam mencari Ibu kandungnya, mungkinkah anak itu ada di sana sekarang. Begitulah yang ada di pikiran Alya.

"Aku akan cari Arga keluar" ucap Gavin meraih ponselnya di atas meja.

"Mau cari ke mana? emang kamu tau dia pergi ke mana? paling sebentar lagi pulang tuangguin aja di rumah" cegah Bara sebelum Gavin melangkahkan kakinya keluar rumah, karena menurut orang suruhannya Arga sudah jalan pulang sejak tadi, harusnya anak itu sudah sampai rumah sekarang.

"Aku bisa tanya temen Arga, siapa tau Arga sama dia" balas Gavin lalu menghubungi nomor Agung sahabat Arga.

Sementara itu Arga yang sedang di tunggu di rumah sebenarnya sudah sampai sejak tadi hanya saja anak itu tidak berani untuk masuk ke dalam rumah, jadi dia memilih untuk duduk di bawah pohon depan rumahnya sambil mengumpulkan keberaniannya untuk masuk ke dalam rumah.

"Gue udah lapar tapi takut kalau baru masuk udah dapet pukulan dari ayah" gumam Arga sambil menatap langit malam.

"Kalau gak pulang mau pergi ke mana uang aja gak punya"

"Arga" panggil seorang berjalan menghampirinya.

"Ngapain lo duduk di situ? di usir lo?" tanya Irene, dia adalah tetangga Arga.

"Matamu di usir ya kali anak bontot Bara di usir" jawab Arga lalu bangkit dari duduknya.

"Ya terus lo ngapain duduk di situ kalau gak di usir? pasti lo habis kabur lagi kan?" ujar Irene melihat baju Arga yang kotor dengan lumpur.

"Lo habis nyemplung dari got mana?"

"Kepo banget sih lo!!" ucap Arga lalu berjalan mendekati pintu gerbang rumahnya baru saja dia ingin membuka pintu gerbang tiba-tiba dia ingat ada sesuatu yang tertinggal.

Dia kembali lagi ke tempat duduknya tadi lalu mengambil kantong plastik yang ada di bawah pohon.

"Kenapa lo gak jadi masuk? bener kan lo di usir?" tanya Irene yang masih berdiri di dekat pohon.

"Iya gue di usir, kenapa lo mau nampung gue di rumah lo?" balas Arga menatap gadis itu.

"Boleh, mau yang satu bulan 700 ribu atau yang 1 juta" tawar Irene karena orang tuanya pemilik kos-kosan.

"Terserah lo mau ngasih yang mana, minggir gue mau lewat" ucap Arga lalu memberikan dirinya untuk masuk ke dalam rumah.

"Dari tadi gue juga di pinggir, gak menghalangi jalan dia. Emang dasar stres tuh anak" gumam Irene lalu pergi dari sana setelah Arga masuk ke dalam rumahnya.

.............

Setelah membersihkan dirinya dan selesai makan malam sekarang Arga berada di
ruang keluarga "Dari mana aja kamu dari pagi sampai malam baru pulang?" tanya Bara menatap tajam anak bungsunya.

"Main" jawab Arga menundukkan kepalanya.

"Main sampai malam begini main kemana? terus kenapa di telpon gak di angkat?" tanya Alya, yang sebenarnya hatinya merasa khawatir dan rasa takut, bagaimana jika yang di ucapkan Gavin itu benar Arga akan pergi dari rumahnya dan tinggal bersama Ibu kandungnya.

"Aku main ke tempat Kakek temen aku tadi kamu handphone aku lupa bawa tadi pas pergi" jawab Arga.

"Kemari" titah Bara, meminta Arga agar mendekat pada dirinya.

"Besok aja bisa gak yah?" tanya Arga menatap Bara yang duduk di seberangnya.

"Apanya yang besok?" tanya balik Bara yang tak paham dengan apa yang di maksud anaknya.

"Hukumannya, aku tau aku salah pergi main sampai malam tapi kan hari ini aku gak macam-macam di luar, aku cuma main ke sawah sama ke taman aku" jelas Arga karena biasanya Bara akan menghajarnya jika dirinya berbuat salah tidak perduli itu kesalahan kecil atau besar yang pasti Bara akan menghajar dirinya.

"Pergilah ke kamar mu" titah Alya.

"Serius bu?" tanya Arga tidak percaya dengan apa yang baru saja Alya katakan.

"Hmm, pergilah" balas Alya.

"Makasih Bu" ucpa Arga tersenyum pada Alya lalu pergi meninggalkan ruang keluarga.

"Padahal cuma di suruh pergi ke kamar, udah kaya dapat hadiah apa aja sampai bilang terima kasih" ucap Gavin lalu bangkit dari duduknya.

"Ayah coba perhatiin Arga, tadi cuma di suruh mendekat ke ayah aja dia takut bukan fisik dia doang yang sakit mental dia juga bermasalah, aku udah ingetin Ayah berkali-kali jangan terus-terusan main tangan sama Arga tegas boleh tapi terlalu keras juga gak bagus" sambungnya pagi lalu pergi menyusul adiknya ke kamar.

"Arga" panggil Gavin berjalan masuk ke kamar adiknya.

"Abang lihat teman aku bilang ini bisa jadi keong nati, kalau di taruh di aquarium yang di bawa boleh gak ya?" ucap Arga menunjukkan telur keong yang di dapatnya tadi di sawah.

"Kalau di taruh di aquarium bawah yang ada di makan ikannya" balas Gavin mengusap rambut adiknya yang duduk di atas karpet.

"Emang ikan di bawah doyan telur keong?"

"Mungkin" balas Gavin karena ikan yang ada di aquarium itu ikan arwana. "Tadi siang gak lupa makan kan?" tanya Gavin.

"Gak, tadi makan kok sama temen aku" jawab Arga lalu menyimpan telur keong itu di atas meja, setelah itu dia pun merebahkan diri di atas kasur.

"Besok Abang udah mulai sekolah?"

"Udah, kenapa kamu ada PR?"

"Ada udah aku kerjain kemarin, Abang boleh minta uang?"

"Mau berapa?" tanya Gavin, adiknya hanya berani meminta uang pada dirinya, sekali pun adiknya tidak pernah berani meminta uang pada ayah atau ibunya.

"Terserah Abang yang mau ngasihnya berapa"

"Emang kamu mau beli apa?"

"Buat beli jajanan di luar siap tau Ayah bolehin aku pergi main lagi"

Gavin menganggukkan kepalanya. "Tadi kamu bilang handphone kamu ketinggalan di rumah terus kamu makan pake uang siapa?" tanya Gavin mengingat ucapan adiknya tadi.

"Pinjaman uang Agung 50 puluh ribu" jawab Arga memang tadi dia meminjam uang temannya untuk membayar makanan tadi siang.

"Lain kali kalau pergi handphone jangan sampai ketinggalan lagi, untung pergi sama temen kamu, kalau pergi sendiri kamu mau gimana?" nasehat Gavin karena dirinya mengisi sejumlah uang di ponselnya adiknya yang sewaktu-waktu adiknya bisa gunakan untuk membili makan di luar atau membeli sesuatu yang dia inginkan.

"Lupa itu kan gak ingat Bang, lagian lupa itu wajar"

"Iya lupa wajar tapi kalau keseringan namanya gak wajar Ar" balas Gavin karena adiknya sering kali lupa dari hal-hal penting sampai tidak penting adiknya sering lupa jika tidak di ingatkan lagi.

ARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang