28

3.5K 307 4
                                    

Arga tetaplah Arga yang hobi kabur dari rumah, seperti siang ini. Arga pergi dari rumah tanpa pamit pada kedua orangtuanya, dia pergi bersama dengan sahabatnya. Dan sekarang mereka berada di kafe milik Adam.

"Bang pesan kopi satu." ucap Arga pada Adan, dia lalu duduk di kursi depan kasir.

"Lo udah sembuh Ga? Kesini gak kabur lagi kan?" tanya Adam sambil membuat kopi.

"Biasalah Bang, anak baik pasti pamit sebelum pergi. Oh ya Bang, ini kafe kok agak berubah ya? Apa gue yang udah lama gak sini." ucap Arga melihat ke sekeliling kafe, yang menurutnya banyak yang berubah di kafe itu.

"Lo baru kemarin-kemarin-"

"Iya lo yang udah lama gak pernah kesini." sela Agung memotong ucapan Adam.

Agung menghampiri sahabatnya, lalu duduk di kursi kosong samping Arga. "Itu pelanggan di depan gak pesan apa-apa Bang?" tanya Agung pada Abang-nya.

"Pesan kopi, tolong anterin sana." ucapa Adam memberikan gelas kopi pada Agung.

"Buat gue mana Bang?" Arga menatap Adam yang hanya memberikan satu gelas kopi, sedangkan kopi miliknya tidak di berikan.

Adam tersenyum tipis, memberikan segelas air putih pada Arga. "Kemarin lo baru sakit, harusnya masih istirahat di rumah. Tapi malah udah kabur ke sini, jangan terlalu sering minum kopi Ar. Gak baik buat kesehatan lo." nasehat Adam.

"Yaelah, Bang. Pesan kopi malah di kasih air transparan gini." ucap Arga tak ayal dia meminum segelas air putih yang di berikan Adam. Karena dia sejak tadi merasa harus.

"Ar, lo udah pergi ke rumah sakit?" tanya Adam menatap Arga dengan serius.

"Buat apa pergi ke rumah sakit Bang?-"

"Buat cek up kesehatan lo. Lo gak berasa apa? Kalau lo itu sering lupa hal-hal kecil Ar." sahut Agung yang baru saja masuk.

"Lupa kan hal yang wajar, buat gue lupa itu hal yang bagus. Gue gak harus ingat-ingat apa kata Ayah gue yang cukup menyakitkan. Dan Ayah gue juga gak terlalu perduli dengan gue, jadi buat apa pergi ke rumah sakit? Yang penting buat Ayah itu, Abang gue baik-baik aja." balas Arga tersenyum tipis pada Agung.

Dia sendiri juga sadar, jika banyak hal yang di lupakan. Dari hal-hal kecil yang tidak penting, sampai hal-hal penting. Tapi terkadang ingatan itu akan kembali, walaupun tidak begitu jelas dalam ingatannya. Setidaknya ia masih bisa beraktivitas normal seperti biasanya.

"Kalau di biarin lama-lama makin parah Ar, lo mau hilang ingatan dan sama sekali gak ingat apa-apa? Kalau bukan buat keluarga lo, setidaknya buat diri lo sendiri. Ingat Ar, lo pernah bilang, lo mau hidup bahagia dan bebas. Kalau lo lupa, gimana lo bisa nikmati kebebasan Ar."

"Kalau lo mau, gue anterin lo ke rumah sakit sekarang Ar." ucap Agung. Menurutnya menunggu keluarga Arga yang membawanya ke rumah sakit itu percuma, karena mereka tidak perduli dengan Arga. Lain halnya jika Gavin yang sakit, pasti mereka dengan cepat membawa Gavin ke rumah sakit.

"Udahlah, nanti kalau ada waktu dan gue udah sempat. Gue pergi ke rumah sakit. Tapi gak sekarang." ucap Arga dengan entengnya.  Menurutnya ada untungnya juga lupa, karena sedikit mendapatkan perhatian dari Ayah-nya.

"Lama-lama gue seret juga lo ke rumah sakit." geram Agung pada sahabatnya yang susah sekali di beri perhatian. Mungkin dengan cara menyeretnya ke rumah sakit menjadi jalan terbaik.

.............

Di rumah, Gavin mencari keberadaan adiknya di semua tempat. Namun sayangnya dia tak dapat menemukan adiknya di rumah.

Padahal dia baru saja sebentar meninggalkan adiknya di kamar, tapi saat kembali ke kamar anak itu sudah menghilang entah kemana Arga pergi.

"Bisa gak sih Ar, kalau pergi tuh hp di bawa. Kalau gini kan Abang gak tau kamu pergi ke mana." monolog Gavin yang baru saja menghubungi nomor adiknya, namu suara dering ponselnya ada di kamar Arga. Itu artinya anak itu pergi tanpa membawa ponselnya.

"Udah siang gini kamu kalau lapar beli makanan pakai apa Ar? Kalau hp kamu aja gak di bawa."

Gavin keluar dari kamar Arga, turun ke bawah menghampiri Alya yang sedang duduk santai di ruang keluarga. "Bu aku pergi keluar dulu sebentar." pamit Gavin pada Alya.

"Mau ke mana?" tanya Alya mengalihkan perhatiannya pada anak sulungnya.

"Cari Arga-"

"Arga pergi? Pergi ke mana? Sama siapa?" sela Alya,  dia baru mengetahui jika anak bungsunya tidak ada di rumah. Dia pikir sejak tadi Arga ada di kamar bersama dengan Abang-nya.

"Aku gak tau Bu, Arga pergi ke mana. Makanya aku mau cari dia. Dia juga gak bawa hp, aku udah telpon temannya tapi gak di angkat." jelas Gavin. Ia memang belum tentu di mana adiknya sekarang, oleh karena itu ia akan pergi mencari adiknya. Mungkin saja adiknya ada di salah satu tempat yang sering di kunjungi.

"Ibu kan dari tadi di bawah, masa gak lihat Arga keluar-"

"Kabur dari rumah lagi anak itu?!" suara bariton Bara memotong ucapan Gavin.

Gavin menoleh ke arah sumber suara, terlihat Bara yang berdiri di ambang pintu ruang keluarga. "Gak bisa dia di biarin terus begini. Yang ada makin gak tau aturan." ucap Bara lalu melangkahkan kakinya keluar dari rumah.

Gavin segera pergi menyusul Ayah-nya. Menghentikan Bara, sebelum Bara masuk ke dalam mobil. "Yah, aku ikut." ucapnya menahan tangan Bara.

"Kamu tunggu di rumah aja. Biar Ayah yang cari anak nakal itu."

"Enggak Yah, aku mau ikut." kekeh Gavin. Ia khawatir jika nanti Ayah-nya menghukum adiknya di luar.

"Jangan membantah Gavin. Tunggu di rumah." tegas Bara menatap tajam anak sulungnya.

"Aku mau aja tunggu di rumah, kalau aja bukan Ayah yang cari Arga. Selama ini Ayah udah banyak bohong sama aku, sekarang enggak lagi Yah. Udah cukup aku di bohongi Ayah." ucap Gavin lalu masuk ke dalam mobil Bara. Ia tidak perduli jika nanti Ayah-nya akan marah pada dirinya, yang terpenting ia ikut pergi mencari adiknya.

Bara masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin mobilnya lalu menancapkan gasnya meninggalkan halaman rumah.

"Di mana Arga sekarang?" tanya Bara sambil fokus mengemudi.

"Aku gak tau Arga ada di mana, dia gak bawa hp. Kita pergi ke kafe temannya aja dulu. Arga suka nongkrong di sana sama temannya." jawab Gavin. Dia juga terus berusaha menghubungi teman adiknya, siapa tau ada jawaban darinya.

"Harus di kasih hukuman yang kaya dulu biar dia gak macam-macam lagi." geram Bara menambah kecepatan mobilnya.


ARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang