Setelah berberapa hari di rawat di rumah sakit, akhirnya Arga di perbolehkan pulang. Arga sangat senang, setelah sekian lama di kurung di ruang rawatnya, akhirnya bebas juga. Dan yang terpenting adalah, biasa berani lagi dengan teman-temannya.
"Ma, nanti kalau udah sampai rumah boleh langsung pergi main kan?" tanya Arga pada Rania yang sedang sibuk memasukkan barang-barang ke dalam mobil.
"Istirahat dulu, nanti kalau udah istirahat baru pergi main. Di rumah juga ada Nenek sama Kakek, masa langsung pergi main? Kan nanti sopan jadinya." balas Rania tersenyum lembut pada anaknya.
"Main di rumah aja, Papa punya game di rumah. Nanti kita main sama-sama." sahut Erlan.
"Enggak mau, aku mau main sama teman-teman di luar. Aku juga enggak mau dekat-dekat sama Papa, ngapain main sama Papa, enggak lah. Papa main sendiri sana." ucap Arga melirik Erlan.
"Ayo masuk, kita pulang." ajak Rania mengusap rambut anaknya. Meminta Arga untuk masuk ke dalam mobil lebih dulu.
"Kita enggak bisa pulang naik angkot aja Ma? Biar enggak satu mobil sama Papa." ucap Arga enggan untuk masuk ke dalam mobil.
"Enggak ada angkot lewat sini, ayo masuk. Udah siang loh ini, nanti keburu orang-orang pada pulang kerja, jalanan macet. Ayo masuk, enggak pa-pa satu mobil sama Papa. Kan Papa duduk di depan, kita di belakang." ujar Rania.
"Ya udahlah, terpaksa ya." pungkas Arga lalu masuk ke dalam mobil.
"Bisa gitu ya, suami cium istrinya sendiri enggak boleh sama anaknya. Padahal kan awal-awal biasa aja, boleh-boleh aja. Kenapa sekarang malah jadi enggak boleh." heran Erlan.
"Ya awal mulanya kan salah kamu juga, aku kan udah bilang. Arga lagi ganti baju di kamar mandi, kamu ngalahlah ke kamar mandi yang di luar. Kamu enggak mau, main masuk aja tanpa permisi. Mana setoran lagi di kamar mandi, siapa yang enggak kesal coba? Pastilah kesal tuh anak. Ayo buruan pulang, keburu marah-marah lagi nanti anaknya." ucap Rania lalu masuk ke dalam mobil.
Selama perjalanan pulang, hanya Rania dan Arga yang mengobrol. Sedangkan Erlan hanya menyimak obrolan mereka berdua.
Setelah perjalanan cukup lama, akhirnya mereka sampai di rumah. Erlan menghentikan mobilnya di halaman rumah. Dia turun dari mobil, lalu membukakan pintu untuk istri dan anaknya. "Ayo turun kita udah sampai." ucap Erlan.
"Ayo kita turun." ajak Rania karena Arga hanya diam.
"Buka pintunya yang kanan dong, masa yang kiri. Kan segala sesuatu tuh harus di awali dari kanan dulu. Kan aku ini mau masuk rumah, bukan mau masuk kamar mandi. Jadi harus pintu kanan yang di buka." ucap Arga kembali menutup pintu mobil yang sudah di buka oleh Erlan.
Arga turun dari pintu kana mobil. "Ayo masuk, ini rumah Mama sama Papa. Mulai hari ini Arga tinggal di sini sama Mama, Papa." ucap Rania menggandeng tangan anaknya, berjalan masuk ke dalam rumah.
"Kalian sudah sampai, pas banget. Nenek baru aja selesai masak, kalian pasti lapar kan? Ayo kita makan siang bareng-bareng." ucap Mery, ibu Erlan.
Wanita paruh baya itu menghapri Arga, tanpa aba-aba memeluk tubuh cucunya itu. "Nenek punya banyak hadiah buat kamu-"
"Mama." teriak Arga mencekal tangan Rania yang ingin beranjak pergi dari dekatnya.
"Mama mau ke kamar mandi, mau ganti baju sebentar." ucap Rania menoleh pada anaknya.
"Ikut, aku mau ikut." ucap Arga mengeratkan genggaman tangan pada Rania. Dia bersembunyi di balik punggung Rania.
"Mama cuma mau ganti baju habis itu kita makan, ayo kita ke meja makan dulu." ucap Erlan mendekati Arga, marahin tangan anak itu dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGA
Teen FictionArga adalah remaja yang lahir dari hasil perselingkuhan sang Ayah yang di lakukannya dengan sengaja, sejak bayi tinggal bersama dengan Ayah-nya yang hanya memanfaatkan dirinya untuk obat sang kakak yang yang menderita penyakit anemia aplastik. hidup...