25

13K 933 57
                                    

Sore hari Arga baru bangun dari tidurnya. Dia turun ke bawah untuk mencari Agung.

"Gung anterin gue pulang," ucap Arga menepuk pundak Agung yang sedang duduk santai.

"Lo ingat gue?" tanya Agung menatap Arga dengan wajah seriusnya. Tadi pagi dia lupa sekarang ingat lagi.

"Ingatlah, ya kali gue lupa. Ayo anterin gue pulang." jawab Arga meraih kunci motor Agung yang ada di atas meja.

"Tunggu-tunggu. Lo ingat cara bawa motor kan?" cegah Agung sebelum Arga melangkahkan kakinya keluar.

"Lo kenapa sih? Aneh banget," Arga menepis tangan Agung.

"Yang aneh itu lo Ar. Tadi lo gak kenal gue terus lo bilang gak bisa bawa motor gue rasa lo perlu priksa ke dokter, gue yakin ada yang salah sama lo." ujar Agung. Ia yakin ada masalah yang cukup serius pada Arga apa lagi Arga sudah sering kali mendapatkan pukulan di bagian kepala terakhir kali sampai anak itu masuk rumah sakit karena ulah ayahnya itu.

Arga menghela napasnya lalu duduk di bangku. "Gue udah capek, gue tau ada yang salah sama gue. Tapi gue udah gak perduli lagi toh buat Ayah gue tetep sama gak berguna, malu-maluin Ayah, gue pernah nanya sama dokter tapi gue lupa dokter ngomong apa waktu itu." ujar Arga. Ia pernah pergi ke dokter karena sakit kepalanya yang sering terjadi pada dirinya, dia juga sulit tidur di malam hari kadang tertidur saat hari hampir pagi dan berakhir kesiangan.

"Waktu itu dokter juga ngasih gue resep obat tapi gue lupa nyimpen resep obatnya di mana, lagian juga gue gak punya uang buat beli." sambungnya lagi.

"Terus lo mau pasrah gitu aja? Gak kasihan sama Ibu lo? Dia sayang sama lo Ar gue yakin itu," ucap Agung berusaha menahan air matanya, ia sedih mendengar ucapan Arga barusan tapi ia sendiri tidak bisa membantu apa-apa. Yang ia bisa lalukan hanya menghiburnya saat sedih, memberinya semangat tapi kembali lagi pada siapa dirinya. Dirinya hanya sahabat yang Arga butuh adalah keluarga.

"Gak usah di bahasa lagi itu gak penting, ayo anterin gue pulang." Arga menarik tangan Agung keluar dari kafe itu.

"Biar gue yang bawa motornya. Kasian lo pasti capek apa lagi tadi sekolah juga." ucpa Arga lalu naik ke atas motor Agung.

"Gue bolos sekolah hari ini." ucap Agung tetap berdiri di tempatnya.

"Kenapa lo bolos? Habis baku hantam? Gila senang-senang gak ngajak-ngajak tega lo sama teman sendiri"

"Gua kira beneran ingat semuanya ternyata gak" batin Agung segera membonceng Arga.

"Lo seriusan gak lupa cara bawa motor kan?" tanya untuk Agung memastikan. Takut-takut nanti malah nabrak.

"Lo kira gue se-pikun itu apa!" ucap Arga yang sebenarnya ia sedang bingung kenapa mensin motornya tidak menyala sedangkan kuncinya sudah ia pasang di tempatnya.

"Ar, nungguin apa lagi? Jalan," ucap Agung menepuk pundak Arga, sudah cukup lama mereka duduk di atas motor tapi Arga belum juga melajukan motornya bahkan mesin motornya saja belum di hidupkan.

"Kayanya motor lo rusak," ucap Arga lalu turun dari atas motor.

"Rusak kenapa. Kayanya tadi gak masalah deh," balas Agung lalu mengecek motornya. Agung menghidupkan mesin motornya membuat Arga terheran-heran.

"Tadi mati pas gue yang mau bawa kenapa sama lo bisa hidup?" ucap Arga bingung sendiri.

"Iya mesin motor gue emang agak eror makanya suka mati gak jelas. Biar gue yang bawa motornya lo yang bonceng gue," ucap Agung memberikannya helmnya pada Arga.

"Mending lo cek ke bengkel motor lo, takutnya mesinnya bermasalah, bahaya kalau di bawa jalan aja." ucap Arga lalu membonceng Agung.

"Hmm, nanti gue bawa dia ke bengkel." ucap Agung lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang. "Sebenarnya yang bermasalah bukan motor gue Ar tapi lo, yang perlu di bawa ke dokter lo bukan motor gue," lanjutnya dalam hati. Ia akan mencoba bicara dengan Bara nanti, semoga saja Bara mau mendengarkan dirinya.

..............

"Arga belum ketemu kau malah duduk santai di sini. Kamu gak khawatir sama anak kamu sendiri?!" kesal Alya yang sejak tadi menghawatirkan Arga tapi suaminya malah duduk santai tidak ada rasa khawatir sedikitpun.

"Bara-"

"Diam!! Atau aku sendiri yang akan membuat mu diam." sela Bara menatap tajam istrinya. "Pergi dari hadapan ku. Suara mu itu membuat telinga ku sakit."

"Aku akan diam kalau Arga-"

"Ayah," suara Arga memotong ucapan Alya. Arga berjalan menghampiri Bara lalu duduk di dekat ayahnya.

"Dari mana saja kamu?" tanya Bara menatap tajam anaknya.

"Arga," panggil Alya mengusap rambut anak itu namun tangan Arga menahannya sebelum tangan Alya menyentuh rambutnya.

Arga melepas tangan Alya lalu memeluk lengan Bara  "Ayah dia siap? Ayah nikah lagi?" bisiknya pada Bara.

Bara mengerutkan dahinya melepas pelukan Arga. "Kamu bilang apa barusan?" tanya Bara menatap anaknya.

"Gak perlu berbisik. Bicara saja yang keras." ucap Bara ketika Arga bicara dengan berbisik pada dirinya.

"Dia siapa? Ayah menikah lagi?" ucap Arga dengan lantang.

Bara tersenyum tipis ketika melihat wajah kaget Alya. "Pergi ke kamar mu, Ayah ingin bicara dengannya sebentar." ucap Bara mengusap rambut Arga dengan lembut. Arga mengangguk patuh lalu pergi dari sana.

"Apa yang terjadi pada Arga? Kenapa dia gak kenal aku? Kamu apain Arga!" Alya
tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Anaknya tidak mengenali dirinya, tapi kenapa dan apa yang sebenarnya terjadi selama dirinya tidak ada di rumah.

"Itu salah ibumu sendiri yang tidak pernah mengizinkan Arga untuk bertemu dengan mu. Jadi wajar jika dia lupa dengan mu" ucap Bara tersenyum tipis.

"Kamu-" tunjuk Alya pada Bara.

"Apa yang kau lakukan padanya? Kau pasti melakukan sesuatu pada Arga kan?! Katakan Bara apa yang sudah kau lakukan padanya!" tuduh Alya tidak mungkin anaknya lupa begitu saja pasti ada penyebabnya yang membuat anak itu lupa pada dirinya.

"Aku tidak melakukan apapun Arga lupa dengan mu begitu saja. Lagi pula Arga tau kamu bukan ibunya jadi wajar saja jika Arga lupa dengan mu," ucpa Bara, tersenyum penuh arti pada istrinya.

"Jangan bohong kamu pasti melakukan sesuatu pada Arga"

"Terserah kamu mau bilang apa aku gak perduli. Aku cuma mau mengingatkan mu agar tidak mendekati Arga karena dia menganggap mu orang asing." ucpa Bara lalu pergi menuju ke kamarnya.

Sementara itu Arga sendiri kebingungan untuk menemukan kamarnya sendiri, tadi anak itu nyasar ke dapur dan sekarang dia berada di kamar Bara.

"Kaya bukan kamar aku. Tapi tadi Ayah nyuruh pergi ke kamar berati ini udah benar kan? ini udah di kamar." monolog Arga lalu duduk di atas karpet.








Akhirnya selesai sampai sini juga, part baru hari sabtu minggu ya, bay bay bay semuanya. Dan terima kasih untuk semuanya yang masih setia nungguin cerita Arga.

ARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang