Tulisan di chapter ini mengandung beberapa adegan sensitif seperti contoh di bawah ini, mohon kebijaksanaan dari pembaca jika memiliki suatu trauma yang menyangkut hal di bawah agar tidak melanjutkannya.
Terima kasih.
****
Trigger warning!!
Mention of mentall illnesses (mental illness)
Self-harm (melukai diri sendiri)
Attempted suicide (percobaan bunuh diri)
Murder (pembunuhan)
*****
Sudah ada lima kali update-an sebelum part ini di Karyakarsa, untuk yang memang tidak baca, aku hanya bisa minta maaf karena sepertinya kalian akan bingung sama chapter ini.
*****
System of A Down - Chop Suey!
Happy reading
*****
Author POV
Siang itu, sebuah pesawat jet tengah mengudara dari Jakarta menuju Munich.
Di dalamnya, terlihat sosok Karin hanya diam termenung memandangi kotak cerutu yang ada di hadapannya, begitupun air mata di pipinya itu terlihat sudah mengering dengan sendirinya.
Setelah sebelumnya mendapatkan penolakan dari Gisel, malam itu juga Karin harus dipaksa untuk mendengar sesuatu yang lebih menyakitkan lagi.
Karin sungguh sudah tidak peduli dengan apapun yang diucapkan oleh Sabrina,
Namun, ternyata Adrian juga sama saja?
Benarkah?
Sejak kapan?
Apakah sedari awal memang sudah seperti ini?
Apakah yang Adrian perbuat selama ini untuk dirinya tidaklah nyata?
Ya, kalau dipikir lagi benar juga.
Mengapa Adrian dan Sabrina malah repot-repot membawa Sahar bersekolah di Jakarta dibandingkan Munich yang sepertinya terlihat lebih baik.
Sekarang Karin merasa sangat bodoh karena tidak memikirkan hal konyol itu dari lama.
Ternyata mereka sudah melakukan hal sejauh itu untuk 'menepikannya'.
Karin berharap ini hanyalah sebatas mimpi belaka, karena sungguh, selama ini hanya sosok Adrian lah yang membuatnya bertahan sampai sekarang.
Entah kepada siapa lagi Karin akan bersandar, di mana lagi kakinya akan berpinjak setelah ini?
Tanpa bisa ditahan, dengan membiarkan air mata yang kembali jatuh di pipinya, Karin hanya menjangkau kotak cerutu itu dan menyimpannya kembali.
........
Munich, Jerman
Pada dini harinya, Karin baru saja sampai di kediamannya yang mana langsung disambut oleh tuan Himmler dan kedua asistennya.
Namun sebelum melangkahkan kakinya masuk lebih jauh, Karin bisa langsung menangkap ada sesuatu yang tidak beres saat melihat wajah tuan Himmler saat ini, apalagi kedua asisten itu tidak ada tanda-tanda akan mengangkat kepalanya.
"Was ist los? (Ada apa?)"
Tuan Himmler yang berdiri di depannya itu secara perlahan menyingkir dari hadapannya, sehingga sekarang Karin bisa melihat apa yang disembunyikan sedari tadi oleh tuan Himmler di belakang badannya.
