🪽Wings : 32🪽

66 32 0
                                    

Today playlist 🎼


🎶Chancellor ft Taeyeon - Angel
.
.
.
Tinggalkan jejak dan share yuk biar author makin hepi xixi🙇🏼‍♀️
.
.
Yuk baca sambil healing dengan kumpulan lagu heartwarming biar makin enak bacanya dan dapet feel storynya...open Spotify for listening.🙇🏼‍♀️💞

(⚠️Warning!! Bagi yang risih dengan korean song, silahkan abaikan saja dan dengarkan lagu yang sesuai dengan selera pembaca semua hihi karena cerita ini kebetulan bermukim di koreah hehe✌🏻)
.
.
.

"You're My Angel..."
.
.
.
.
HAPPY READING

***

Hera tersentak dari mimpi panjangnya setelah cahaya matahari terasa menyengat wajahnya. Suara deburan ombak yang saling menyahut menyelinap kedalam telinganya.

Ia merasakan sebuah plester besar yang menempel di dahinya, dia tidak ingat pastinya, tapi yang ia tahu, kemaren ia sudah tumbang karena demam yang dialaminya. ia menatap langit-langit kamar dan beralih menatap kesebelahnya. Kosong.

Benar tadi malam hanyalah bunga tidur yang menemaninya sepanjang malam. Ia sudah sangka hal itu memanglah mimpinya belaka karena terlalu merindukan pria penyelamatnya itu. apa yang ia harapkan? Mungkin saja pria itu sudah hidup dengan bahagia dan bisa saja sudah melupakannya.

Ia mengambil bantal dan memeluknya, tanpa disangka ia tertawa getir diiringi alas bantal itu sudah membentuk pulau karena air matanya. Betapa bodohnya dia.

Ia tersadar, ia masih punya tanggung jawab untuk menjaga Yuri. Ia menepis rasa sedihnya dan bersikap ceria seolah tidak terjadi apa-apa. Kenapa ia harus menangis? Pasti Han Seok akan mengatakan hal yang sama juga padanya. Tidak ada gunanya menangis dan harus melangkah maju apapun yang terjadi.

Ia segera keluar dari kamar Han Seok menuju ketempat Yuri beristirahat sekarang. Namun langkahnya terhenti, saat melihat sebuah hal yang tidak ia duga sama sekali. matanya bergetar seakan air matanya bersiap meluncur dari netra jernihnya. Benarkah yang ia lihat itu? Seorang pria dengan kaus putih dan celana hitam panjang sedang memasak makanan di pantry. Nampak bersemangat dengan apa yang ia kerjakan, hingga paras tampan itu semakin meningkat ribuan kali lipat. Sangat menawan.

Ia bisa melihat betapa cerahnya senyum itu terlampir di wajah tampan itu. senyuman hangat kepadanya.

"Pagi....ayo sarapan,"

Hera seolah masih tak percaya dengan yang ia lihat, sesekali ia mengedipkan matanya cepat namun pria itu masih disana, itu bukanlah imajinasinya saja....dia benar-benar Han Seok. Berarti semua yang terjadi kemaren juga bukanlah mimpinya belaka?

Tak sanggup menahan kebahagiaannya, ia berjalan mendekat pada Han Seok, ia bisa lihat punggung pria itu membelakanginya. Dengan penuh kerinduan ia memeluk Han Seok dari belakang. Sangat sarat kehangatan dan cinta.

Merasakan sepasang tangan memeluk dirinya, Han Seok hanya tersenyum hangat tanpa menghentikan kegiatannya.

"Ada apa? Kau bermimpi buruk?" nada penuh perhatian itu membuat mata Hera serasa panas, suara ini sudah sangat ia rindukan sejak lama. Akhirnya ia bisa mendengar suara berat itu lagi menyapu pendengarannya.

"Aku sangat bahagia, bahwa ini bukanlah mimpiku semata, aku sangat bersyukur,"

"Semuanya nyata, Hera. Tidak ada yang berubah," jawab pria itu lembut sambil mengaduk-aduk sup yang mendidih tersebut.

"Aku takut semua yang aku alami hanyalah mimpiku saja, aku takut kau tidak akan pernah mencariku lagi, aku takut kau sudah melupakanku, aku takut semuanya hanyalah angan-anganku saja," suara bergetar itu sarat akan rasa cemas Hera yang berlebihan, dia hanya kalut saat memikirkan semua momen bahagia yang ia alami hanyalah fatamorgana sesaat yang ia selalu dambakan. Mencintai dan dicintai.

Tangan besar Han Seok nampak mengusap tangan Hera yang masih terkait di perutnya, "Sekarang aku sudah ada disini....mulai sekarang kau tidak perlu mencemaskan apapun. aku berjanji."

"Maafkan aku....karena sudah berbuat yang tidak seharusnya padamu, aku pergi begitu saja tanpa pamit padamu, aku sangat menyesal," Hera nampak kembali mengutarakan rasa bersalah yang ia rasakan.

"Itu bukanlah salahmu, itu hak mu. Kau pergi karena perbuatanku yang tidak pantas padamu. Memang sudah sepatutnya kau menghukumku seperti itu. mulai sekarang aku berjanji tidak akan berbuat apapun sebelum kau mengizinkannya," Han Seok hanya tersenyum sambil menoleh kebelakang menatap Hera yang juga menatapnya.

"Kau tidak perlu minta maaf padaku, kau melakukannya karena kau sedang tidak sadar dan sedang dalam amarah, beberapa hari yang lalu, Jung Seo sudah memberitahuku semua kejadian hari itu. aku sangat memakluminya," Hera menepis rasa bersalah pria itu dan semakin memeluknya dengan erat. Pria itu marah karena membelanya dari pria bejat bernama Won Sik itu.

Han Seok menghela nafas pelan, sekretarisnya itu tidak bisa menyimpan rahasia dengan benar, tapi ia mengulas senyum hangatnya karena Hera tidak marah karena perbuatannya sebulan yang lalu. "Jadi....kau mau menjadi kekasihku, Hera? sepasang makhluk yang terikat karena saling mencintai satu sama lain" pertanyaan spontan membuat Hera terkejut bukan main. Benarkah itu?

Han Seok mematikan kompor yang sedang ia gunakan dan berbalik menatap Hera yang tak pernah melepaskan pelukannya sama sekali. ia membelai wajah kecil itu dengan lembut penuh cinta disana.

Tanpa menjawab sama sekali, Hera berjinjit untuk menyamakan tingginya dengan Han Seok. Dan tanpa terduga Hera mengecup singkat bibir Han Seok menandakan ia setuju dengan lamaran pria itu. Han Seok tersenyum miring penuh arti.

"Apa itu artinya iya?" Hera hanya mengangguk dengan rona merah diwajahnya. "Bolehkah?" jawabannya tetap sama. Hera kembali mengangguk.

Puas dengan jawaban yang ia dapatkan, ia menangkup wajah Hera dengan kedua tangannya dan mencium gadis yang sudah meluluhlantakkan hatinya yang membeku.

Hera memejamkam matanya sambil mengulas senyum bahagia yang ia punya, Han Seok melumat bibir atas dan bawah Hera bergantian, Hera tentunya dengan senang hati membalas ciuman yang diberikan Han Seok padanya, ia mengalungkan kedua tangannya ditangan di leher Han Seok, karena bisa dipastikan sistem saraf dikakinya sudah melemah sekarang ini. Tangan pria itu beralih memeluk pinggang gadis itu dengan erat.

Han Seok terus mencium Hera dengan penuh kasih sayang membuat hati gadis itu terus berbunga pada setiap perlakuan manis pria itu padanya.

Satu menit kemudian, Han Seok melepaskan ciumannya diiringi dengan merekahnya senyum dua sejoli itu. karena tak bisa membendung perasaan bahagianya, ia kembali memeluk Han Seok dan membenamkan kepalanya pada rengkuhan hangat pria itu.

"Terimakasih, Han Seok,"

"Aku juga, Uri Cheonsa,"

Nama panggilan pria itu padanya sedikit mengejutkannya, "Cheonsa?" tanya gadis itu penasaran. Dari sekian banyaknya nama panggilan, kenapa Han Seok memikirkan nama itu.

"Hmm.....Cheonsa, karena semenjak awal aku bertemu denganmu kau sangat cantik, mengingatkanku pada sosok malaikat, sikapmu sangat rendah hati dan sangat baik. Tidak pernah mengeluh dan selalu membantuku selama kita tinggal bersama. Jadi menurutku, panggilan itu pantas untuk kau dapatkan. Apa kau suka?" Han Seok menjelaskan dengan rinci makna ia memberi Hera nama panggilan itu. sangat cocok menurutnya.

"Aku selalu suka dengan apa yang kau beri padaku, terimakasih Wangjanim," nama panggilan yang disematkan Hera padanya membuat mereka berdua hanya tertawa bahagia dan saling memeluk penuh kehangatan. Mereka ingin seluruh belahan dunia mengetahui bahwa mereka sudah bahagia dengan hidup mereka sekarang. Saling menyayangi dan saling melengkapi satu sama lain.

"Han Seok....terimakasih sudah mencintaiku. Tapi, apa kau akan tetap mencintaiku saat tahu kalau aku bukanlah seorang manusia? Apa kau akan tetap mencintaiku setelah mengetahui aku sudah menipumu selama ini? Apa boleh aku berharap lebih setelah kau tahu kebenarannya?"

**

TBC

Eternal Wings (Heart Series #1) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang