🪽Wings : 34🪽

67 37 1
                                    

"Aku pulang dulu....Yuri," ujar Hera sendu sambil menyentuh etalase kaca tempat guci abu Yuri berada bersama kekasihnya, Rey. Tanpa sadar, Hera terus menumpahkan air mata tanpa suara membuat semuanya terasa menyakitkan.

Han Seok hanya diam sambil merangkul Hera dan memberinya kekuatan untuk bisa merelakan kepergian Yuri. Ia tidak tau pasti apa yang terjadi, tapi kematian Yuri sangat mendadak dan mengejutkannya.

"Aku bahagia karena penantian kalian berdua sudah berakhir dan kalian sudah bahagia diatas sana. maafkan aku, karena belum menunjukkan semua keindahan yang kau ingin lihat disini," ujar Hera sambil megulas senyum samar sambil membayangkan nasibnya dan Han Seok di masa yang akan datang. Apakah akan lebih mengerikan daripada ini?

Mereka berdua menunduk memberi penghormatan terakhir pada dua kekasih yang sudah bahagia di atas sana, dan pergi meninggalkan tempat itu.

Selama perjalanan pulang tidak ada pembicaraan sama sekali antara mereka berdua, Hera menatap pria itu lama seolah takut pria itu hilang dari matanya jika ia berkedip sedetik saja. Sadar ada yang menatapnya, Han Seok memberhentikan mobilnya ke tepi dan menatap gadis itu dengan penuh kehangatan.

Dengan lembut ia menggenggam tangan kecil itu penuh kasih sayang sambil mengulas senyum kecilnya.

"Ada apa?" suara lunak itu membuat hati Hera tambah terguncang, dia belum siap kehilangan.

"Aku takut, jika kita juga terpisah seperti mereka," tak bisa ia gambarkan sebesar apa rasa takut di sudut hatinya saat ini.

"Kenapa?" tanya pria itu lagi karena Hera menanyakan hal aneh padanya. Mereka tak akan berpisah.

"Jika suatu saat kita terpisah karena kematian apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan menderita dan menangis karena itu?" Hera bahkan tak berfikir pertanyaannya itu tidak masuk akal bagi Han Seok.

Han Seok hanya diam, ia menatap lama Hera dengan perasaan campur aduk. Kenapa ia bertanya seperti ia akan meninggalkannya dalam waktu yang dekat? Pria itu mengeratkan genggaman tangan mereka sambil bersikap setenang mungkin.

"Aku akan menangis....aku akan menangis sekencang mungkin sehingga Tuhan Jenuh dengan ratapanku, 'kenapa Dia ambil wanita ini dari hidupku?', 'Kenapa tidak aku saja yang dicabut nyawanya terlebih dahulu sehingga aku tidak perlu takut wanita ini mati lebih dulu dari aku, karena dia pasti akan hidup bahagia walau bukan aku lagi yang bersamanya dimasa depan nanti,' tapi jika ia juga menangis karena aku mati maka tolong jangan pisahkan kami dengan cara apapun, jika seperti itu, biarkan kami menikmati semuanya dan matikan kami secara bersamaan sehingga tidak air mata satu sama lain,' aku akan berkata seperti itu nanti, karena tidak ada yang boleh mengambil apapun milikku termasuk kau Hera, tidak akan aku biarkan Tuhan merenggut semua milikku di masa yang akan datang karena kita tidak akan terpisahkan oleh apapun," ucapan penuh arti dan penuh keyakinan itu membuat hati Hera mencelos sakit, secinta itukah pria itu padanya walau nanti ia akan meninggalkannya dalam derita? Tanpa banyak bicara ia menenggelamkan dirinya di pelukan pria yang sudah seperti hidupnya sendiri.

"Jika tidak ingin aku berbicara seperti itu dimasa yang akan datang, jangan pernah tanyakan itu lagi karena rasanya sakit sekali," kekeh Han Seok sambil membalas pelukan dari Hera. Dia mengerti betapa cemasnya Hera dengan hubungannya setelah apa yang terjadi pada Yuri.

"Maafkan aku," betapa bodohnya ia bertanya seperti itu. ia sudah membuat pria itu sedih, ia tidak akan seperti itu lagi.

**

Hera nampak memikirkan sesuatu di ruang tengah, karena ia sudah membulatkan tekadnya dan akan memberitahu semuanya pada Han Seok. Lebih baik secepatnya daripada disembunyikan lebih lama.

"Han Seok....Ayo kita pulang," ujar Hera pada prianya yang ada disebelahnya sambil menyantap makanannya.

"Pulang? Kita kan sudah pulang," ujar pria itu sedikit bingung.

Eternal Wings (Heart Series #1) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang