Hera nampak antusias dengan perjalanannya ke Busan, ia terus memperhatikan setiap jalan yang mereka lalui, membuat Hera terus merasakan perasaan takjub. Sangat indah.
Pria itu dengan kacamata hitamnya hanya diam tanpa terganggu sama sekali dengan apa yang dilakukan Hera. Kadang saking terlalu bersemangat sesekali Hera tanpa sadar sering mengguncang tangan pria itu untuk melihat pemandangan yang ia lihat hingga fokus pria itu terbelah dan berujung dengan omelan kecil pria itu.
Hingga akhirnya mereka melewati jalanan yang langsung menghadap ke lautan membuat mata jernih gadis itu berbinar. Itukah laut yang sering ia dengar dari malaikat seniornya setiap mereka menyelesaikan tugasnya? Persis seperti yang ia dengar dan ia sudah melihatnya langsung dengan matanya. Hera mengeluarkan ponselnya dan mencoba memotret view laut itu dan ia berhasil. Ia terus tersenyum dengan foto pertama yang ia potret. Han Seok yang melihat itu hanya tersenyum miring melihat kelakuan gadis polos tersebut.
Hera terus bercerita hal random di kepalanya dan menanyakan hal-hal yang tidak diketahuinya, bahkan tanpa Hera sadari suaranya perlahan mulai terdengar jelas. Artinya ia akan segera pulih.
"Sepertinya suaramu akan kembali normal dalam beberapa hari lagi. Teruslah berlatih," ujar Han Seok sambil menatap lurus jalanan didepannya.
Hera langsung tersadar dan tersenyum lebar, "Apa aku akan benar-benar sembuh?" ujar Hera berharap.
"Tentu, asal kau tidak malas," ujar Han Seok sambil menepuk pelan kepala gadis itu. Hera hanya tersenyum dan semakin semangat demi suaranya sudah menghilang beberapa bulan ini.
Tak terasa sudah dua jam perjalanan akhirnya mereka sudah sampai di kediaman Han Seok. Rumah minimalis dengan nilai plus berada di tepi pantai. Hera dengan antusiasnya langsung berlari kecil menuju rumah indah itu. Bahkan ia tanpa sadar melupakan Han Seok yang sedang menarik dua koper miliknya dan milik pria itu.
Hera yang sadar dengan tingkahnya yang absurd langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali, dan menghampiri pria itu untuk membantunya.
"Maaf.....aku terlalu senang sampai melupakanmu," cicit Hera sambil mencoba meraih kopernya yang ada ditangan pria itu, tapi langsung ditepis Han Seok.
"Kau buka pintunya, sandinya 290898," ujar pria itu sambil menunjuk pintu rumahnya dengan dagunya membuat Hera mengangguk patuh dengan ucapan pria itu.
Hera yang melihat model canggih pintu pria itu mencoba menekan angka yang diinstruksikan pria itu dengan perlahan. Hingga akhirnya pintu itu berbunyi tanda berhasil dan segera masuk kedalam.
Nuansa putih rumah itu dipadukan dengan ruang tengah yang langsung terpampang panorama laut membuat siapapun pasti akan betah. Hera langsung berlari menuju balkon rumah itu dan menghirup udara segar dipadukan aroma lautan yang sangat menyegarkan di penciumannya.
Han Seok langsung meletakkan koper tersebut kedalam kamarnya. Mereka memang berencana menginap selama tiga hari. Hera yang melihat Han Seok sibuk merapikan kamar yang akan mereka gunakan langsung menghampirinya.
"Apa yang bisa aku bantu?" tanya Hera sambil menarik kecil ujung baju pria itu.
"Kau memasak saja, aku lapar," ujar pria itu tanpa melihat Hera sama sekali saking seriusnya ingin mengganti sprei kasurnya. Melihat Han Seok yang kebingungan, Hera hanya tersenyum kecil dan menahan tangan besar Han Seok.
"Biar aku kerjakan, kau istirahat saja. Kau sudah mengemudi selama dua jam," ujar Hera sambil tersenyum hangat pada pria tinggi itu penuh perhatian. Ia langsung berjalan ke belakang pria itu dan mendorong punggung Han Seok agar duduk di sofa. Pria itu hanya tersenyum kecil dan tidak protes dengan yang dilakukan gadis tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eternal Wings (Heart Series #1) [END]
FantasíaFOLLOW SEBELUM BACA!!!! ❤️ . . Apa kamu percaya Malaikat itu ada?? Jika dia muncul dihadapanmu tiba-tiba, apa kamu akan percaya? . . . . Han Seok adalah seorang pria dingin dan membenci orang-orang. Tidak kenal cinta atau apapun mengenai kebahagiaan...