part (45)

4.8K 536 27
                                    

Haechan terlihat sangat marah saat ini. Bagaimana bisa ayahnya bilang untuk tidak ikut campur padahal jelas jelas disini Mark sebagai korban. Haechan menatap ayahnya dengan tatapan tidak percayanya,  Haechan tidak pernah semarah dan sekecewa ini sama ayahnya.

"appa"

Ayahnya Haechan tampak gusar,  mencoba meyakinkan anaknya meskipun dia sadar itu tidak akan mudah. Korbannya Mark,  salah satu orang yg sangat Haechan sayangi.

"appa yakin ingin mengubur kasus ini?,  apa appa tidak takut dengan sumpah yg sudah appa ucapkan? "

Ayahnya Haechan menggeleng "bukan begitu Haechan,  deng___

"TERUS BAGAIMANA?  MAU SESEDERHANA APAPUN APPA MENJELASKAN PADAKU,  INI TETAP SALAH MENURUTKU!"

Haechan memalingkan wajahnya,  saat ini Haechan ada di kantor ayahnya.

Mau tau alasan mengapa Haechan begitu marah?

Ayahnya Haechan,  selaku kepala polisi yg menangani kasus Mark malah mau menutup kasusnya begitu saja hanya karena pelakunya adalah anak orang terpandang di korea selatan.   Padahal disini jelas orang itu lalai,  hanya karena anak seorang pejabat ternama di sana mereka membiarkannya lolos begitu saja,  tidak masuk akal.  Haechan jelas tidak terima.

Dengan perlahan Tn Lee mendekati Haechan, memegang pundak anaknya dengan lembut "percaya pada appa, appa juga tidak mau sebenarnya untuk melakukan hal curang ini,  appa sadar ini salah nak tapi kau harus memahami posisi appa disini.   Ayahnya orang ternama,  dia orang yg berpengaruh di kota ini, jika kita meneruskan ini appa hanya takut karir Mark akan terancam"

Haechan mengepalkan tangannya.  
Nafasnya memburu,  tanpa kata Haechan keluar dari ruangan ayahnya.  Haechan takut kelepasan karena sejujurnya dia sangat marah saat ini.

🌻🌻🌻

Haechan masuk ke dalam ruangan rawat Mark.  Sudah tiga hari Mark di rumah sakit,  ibunya kembali lagi ke canada karena pekerjaan sedangkan ayahnya Mark tetap menetap di korea. 
Haechan menatap Mark dengan sendu,  keadaan Mark masih sama meskipun sudah lewat masa kritisnya.  Haechan tiba tiba memalingkan wajahnya saat di rasa matanya mulai memanas, Haechan merindukan Mark.  Dadanya kembali bergemuruh hebat saat teringat lagi obrolannya dengan ayahnya tadi.
Haechan mendekati brankar Mark lalu meraih tangan Mark untuk di genggam.

"hyung" panggilnya lirih.

Haechan merasakan dadanya kembali sesak,  merasa tidak sanggup melihat banyaknya alat alat rumah sakit yg menempel pada tubuh Mark.  Saat melihat kondisi Mark sekarang,  Haechan malah teringat pelakunya yg mungkin saja sekarang sedang baik baik saja.  Amarahnya kembali membuncah,  Haechan ingin bergerak tapi dia takut,  karir Mark taruhannya.  Haechan merasa di lemah.

"hyung, ayo bangun"

"apa kau tidak lelah tidur terus? " aku merindukan hyung" gumamnya lirih.

Haechan membawa tangan Mark ke pipinya "maafkan aku hyung"

Tiba tiba tangisnya pecah.

Krek

"Baby"

Haechan menoleh.

"kau menangis?  Waeyo? " Taeyong tampak panik.

Tiba tiba Jisung dan Renjun muncul di belakang Taeyong.

Taeyong menatap mata Haechan "kau merindukan Mark?"

Haechan hanya mengangguk. Taeyong mengusak kepala Haechan dengan lembut sebelum menghapus airmatanya,  "doakan saja untuk Mark,  semoga perkiraan dokter benar"

Lagi lagi Haechan hanya mengangguk. Mata Taeyong menatap Mark dengan sendu,  Taeyong mendekati brankar Mark lalu merendahkan tubuhnya "anyeong dongsaeng'a,  kau masih betah tidur eoh"

Tangan Taeyong membelai pipi Mark dengan lembut "ayo cepat bangun,  kami semua merindukanmu"

🌻🌻🌻

Jeno dan Jisung sedang berebutan kacang saat ini, kacang sisa milik Renjun.  Awalnya Renjun mengabaikan keributan itu tapi lama lama Renjun mulai merasa emosi.  Renjun melirik keduanya sebentar sebelum bangun lalu menghajar keduanya menggunakan bantal dalam genggamannya.

"wae.. Waeeyoo? " teriak Jeno merasa tidak terima saat Renjun menggebuknya membabi buta.

"kalian sangat berisik! " ujar Renjun setelah berhenti menggebuk keduanya.  Jisung sedikit menjauh,  Renjun menghela nafas lelah melihat kacang kacang yg berserakan di lantai dan sofa. 

"bersihkan! "

Jisung hendak protes mendadak bungkam saat melihat tatapan mematikan dari Renjun.

"Jeno juga" seru Jisung bernada protes.

Perkataan Jisung sontak membuat Jeno dan Renjun menatap kearahnya dengan tatapan tajam.

"kau bilang apa barusan? " tanya Renjun.  Jeno masih menatap Jisung dengan intens dan galak.

Jisung gelagapan "ani..,  maksudku Jeno hyung,  iya itu maksudku,  mian"

"sekali lagi aku mendengarmu memanggilku hyung hyungmu tidak sopan kau akan habis di tanganku! " ancam Renjun.
Jeno tersenyum puas,  merasa senang karena Renjun membelanya sedangkan Jisung mulai memungut kacang yg berserakan di lantai dengan ekspresi dongkolnya.

"berhenti tersenyum seperti orang idiot, bersihkan kacangnya juga! "

Jeno tersentak kaget, seketika senyumnya langsung hilang,  mulai ikut memungut kacang yg ada di sofa,  diam diam Jisung menatap Jeno dengan tatapan mengejek.

Ting

Semua menoleh kearah pintu,  Haechan datang tapi tunggu..

Renjun segera berlari kearah pintu "apa yg terjadi?  Kenapa dia jadi begini? "

Jeno dan Jisung ikut ke depan,  penasaran juga dengan apa yg terjadi.  Haechan di papah manager dan, Haechan mabuk.  MABUK!

"Astaga,  hyung kenapa membiarkan dia minum, hyungdeul akan mengamuk kalau tau soal ini" dumel Renjun.

"bawa ke kamarku saja" pinta Jeno.

Haechan di bawa ke kamar Jeno,  setelah meletakan Haechan, manager menemui Renjun Jisung dan Jeno.

"jangan sampai hyung hyungnya tau,  dia sangat stres soal Mark makanya dia memintaku untuk menemaninya minum"

Jisung tidak mendengarkan perkataan Manager malah jarinya dengan lihai mengetik sesuatu di hp nya,  setelah itu dia mengirim ke nomor Taeyong. 

Semua menatap Haechan saat ini.  Jaemin melepaskan kaos kaki Haechan.

"si bodoh" desis Jaemin tapi setelah itu tangannya dengan lembut membenarkan cara tidur Haechan agar anak itu merasa nyaman.

Tiba tiba hp Jeno berdering, Jeno melotot,  nomor Taeyong.
Jeno segera menerima panggilan dari Taeyong "buka pintunya,  kita di depan"

Jeno cengo sesaat,  'KITA? '

Bagaimana bisa? 

"siapa? " tanya Renjun.

"Taeyong hyung"

"dia bilang apa? "

"buka pintu,  kita di depan,  itu yg Taeyong hyung katakan"

"MWO" pekik Renjun dan Jaemin secara bersamaan sedangkan Jisung sudah semangat empat lima berlari ke depan.  Sesaat kemudian Jeno dan Renjun baru sadar sesuatu,   "JISUNG PABOYA" geram keduanya,  sedangkan Jaemin hanya menatap keduanya dengan tatapan tidak mengertinya. 

TBC

BEST FRIEND (markhyuck) SEASON 2 (cute Maknae) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang