Ini sudah ketiga kalinya hujan turun di awal bulan. Selain menyulitkan para Gladers mengambil persediaan, pekerjaan mereka juga tertunda dan menjadi kacau balau karena hujan yang turun cukup deras.
Di tempatnya berteduh, seorang gadis berambut hitam dengan gaya rambut kepang, terus menatap tempat di mana box berada. Harapan besar tersorot dari matanya, berharap bahwa siapapun yang datang, itu adalah orang yang ia tunggu-tunggu.
"Katniss."
Katniss Everdeen, tentu saja. Si pemenang Hunger Games yang kini entah di mana ia berada. Tak ada satu memori pun tentang kehidupan sebelum ini. Yang ia ingat adalah Gale, Peeta--pria yang memanggilnya--dan ... adiknya.
"Makanlah sesuatu, kau belum makan sejak pagi," ucap Peeta terlihat sangat khawatir.
Katniss menoleh, memperhatikan dengan seksama wajah laki-laki berambut pirang itu, lalu menghela napas pelan sebelum berkata, "Menurutmu, dia akan datang hari ini?"
"Sama sepertimu, Katniss. Aku juga mengharapkannya datang." Peeta mengusap bahu Katniss, menguatkan gadis itu. "Dan yang pasti dia tidak akan senang jika tahu kau tidak makan. Kau akan sakit."
Katniss menatap kearah box berada, cukup lama sebelum ia menoleh lagi pada Peeta dan mengangguk. "Baiklah, tapi kau harus menemaniku."
Senyum cerah Peeta terlihat saat usahanya membujuk Katniss berhasil. Sejak ia datang ke tempat ini, Peeta memperhatikan Katniss yang merupakan satu-satunya perempuan di sini. Seiring berjalannya waktu, ia pun mengingat bahwa mereka dekat, mereka ... teman. Dan sebulan setelah ia berada di sini, ia menyadari bahwa setiap awal bulan, Katniss tak akan makan karena sibuk menunggu, berharap bahwa yang datang adalah adiknya.
Sayang, yang datang bulan lalu bukanlah adiknya, melainkan Gale. Walau sedikit mengecewakan, Katniss tetap menyambut Gale dengan baik dan merasa senang mereka ditempatkan di tempat yang sama.
Sembari merangkul Katniss, Peeta hendak berbalik dan membawa gadis itu menuju dapur. Namun, suara berisik dari box bawah tanah membuat niatnya terurung. Sama halnya dengan Katniss, Peeta pun menyusul gadis itu yang berlari ke arah box, yang di sana sudah ada Alby--pemimpin di sini--juga Newt yang merupakan second in command jika Alby tidak ada di sini.
Katniss terdiam kaku, begitu juga dengan Peeta. Pandangan mereka tak teralih dari seorang gadis berambut pirang yang menyembunyikan wajah dilekukan tangannya.
"Kurasa kau harus segera keluar jika tidak ingin terkena demam, Greenie."
Suara ramah Alby berhasil memancing gadis itu. Dengan perlahan, ia mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajah menawan yang kotor akan debu dan beberapa helai rambut yang berantakan. Manik mata hijau gelap itu memancarkan ketakutan juga kebingungan di waktu bersamaan, ekspresi yang normal bagi mereka yang baru tiba di sini.
Sedangkan Katniss, ia menoleh ke arah Peeta dengan senyum tertahan, sebelum kembali menatap gadis yang tengah memperhatikan mereka satu per satu. Itu dia. Itu adiknya.
***
"Zo--hm, maksudku ... hei, aku membawa pakaian untukmu." Katniss menormalkan napasnya kembali setelah tak sengaja memanggil nama adiknya. Ingatan Zeloise belum pulih, dan ia akan membiarkan sang adik mengingat semua itu sendiri.
"Terima kasih." Jujur saja, Zeloise merasa canggung pada Katniss, tapi tak bisa dipungkiri bahwa berdekatan dengan satu-satunya gadis di sini--sebelum ia datang, tentunya--membawa rasa aman tersendiri.
Katniss meletakkan kotak berisi pakaian wanita di samping Zeloise, lalu mundur untuk memberi jarak karena tahu sang adik merasa tidak nyaman dengan orang baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dark Paradise
Fanfiction[ 𝐌𝐀𝐙𝐄 𝐑𝐔𝐍𝐍𝐄𝐑 𝐱 𝐇𝐔𝐍𝐆𝐄𝐑 𝐆𝐀𝐌𝐄𝐒 ] Mimpi buruk Zeloise menjadi kenyataan saat ia terpilih dalam Hunger Games ke-75. Namun, kakaknya Katniss jelas tak akan membiarkan hal itu terjadi. Setelah tahun lalu mengajukan diri sebagai pengg...