𝐌𝐑𝐀𝐓𝐌: 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟖𝟔

123 14 9
                                    

Baca ini lagi pas nulis alur di mana Zoey udah balik normal, aku ngerasa ini alay. Sekian~

***

Hari sial memang tidak ada di kalender, seperti kata orang-orang di luar sana. Dan ya, itu terjadi pada Zeloise saat ini. Sekarang, tepat di kamar mandi rumahnya, ia duduk di atas lantai dingin seperti korban pembunuhan. Bagaimana tidak? Entah apa yang ia pikirkan hingga tak sengaja melukai tubuhnya cukup banyak. Darah terus merembes, menguras energinya hingga ia terkulai lemas saat ini. Belum lagi satu luka di pahanya yang cukup panjang meski tak terlalu dalam, tidak berhenti mengeluarkan cairan berwarna merah tersebut.

Zeloise rasanya mau mati sekarang juga.

"Zoey?" Ketukan di pintu memaksa Zeloise yang sedari tadi terpejam, perlahan membuka matanya dengan rasa panik yang mulai melanda.

Tak kunjung mendapat jawaban, Newt yang berada di luar pun inisiatif mengetuk lagi. "Zoey, kau baik-baik saja di dalam sana?"

"Y-ya." Gadis berambut pirang itu mengutuk dirinya sendiri karena tak bisa mengontrol suaranya. Setelah ini pasti Newt akan berusaha untuk masuk.

"Kau sudah dua jam lebih di dalam sana, kau yakin baik-baik saja?" tanya Newt cemas, "perlu aku masuk--"

"Tidak perlu!" sahut Zeloise cepat, "aku akan segera keluar."

Namun, Newt rupanya tak mendengarkan itu. Jelas lelaki tersebut menyadari ada yang tidak beres hanya dengan mendengar suara gadisnya yang bergetar dan terdengar seperti orang panik. Ada sesuatu yang tidak beres. Bukan hanya kali ini, tapi sebelum-sebelumnya juga. Ia cukup peka, hanya saja ia menunggu kejujuran Zeloise untuk bercerita dengan sendirinya tanpa adanya paksaan.

Tapi sepertinya Newt tidak bisa bersabar lebih lama lagi, terlihat dari gagang pintu yang bergerak cepat--pertanda orang di luar sana berusaha untuk masuk.

"Newt, I'm fine!" seru Zeloise, "jangan masuk, tunggu saja di luar."

Gerakan di gagang pintu pun berhenti, Zeloise bernapas lega. Ia mendengar suara derap langkah kaki menjauh dari pintu. Newt sudah pergi, batinnya. Menarik napas panjang, Zeloise mengambil belati miliknya untuk dibersihkan sebelum di simpan. Namun, ketika ia hendak berdiri setelah merasa tenaganya sedikit pulih, sebuah suara terdengar dari pintu. Jantung Zeloise berdetak cepat. Newt pasti mengambil kunci cadangan untuk membuka pintu kamar mandi, pikirnya.

Berkejaran dengan waktu pun nampaknya tak akan sempat. Dan sebelum Zeloise bisa beranjak dari sana, pintu kamar mandi lebih dulu terbuka--menampakkan sosok Newt yang berdiri kaku di ambang pintu seraya menatap horor pada lantai kamar mandi yang terdapat jejak darah, juga sisa-sisa darah yang mengalir dari lengan Zeloise.

Terdengar suara napas tercekat dari Newt, disusul suara lelaki itu yang bergetar. "Zoey--"

"I know, I'm sorry. I just ... I don't know what to do." Zeloise mulai menangis, tak pernah ingin Newt menemukannya dalam keadaan seperti ini.

Lelaki itu mendekat perlahan, berjongkok di depan si gadis dan memeluk--mengabaikan darah di sekitar mereka. Telapak tangannya mengusap lembut punggung Zeloise, menenangkannya terlebih dulu seraya menggumamkan kata-kata penenang.

"Lebih baik?" Zeloise mengangguk dalam pelukan Newt, lalu lelaki itu kembali berkata, "Baiklah, ayo bersihkan dirimu, aku akan membantu."

"Tidak perlu--"

"Tidak ada penolakan," sela Newt, menarik diri dan mengecup bibir Zeloise, "biarkan aku mengurus gadisku, oke?"

"Aku bisa sendiri," gumam Zeloise.

Dark Paradise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang