𝐌𝐑𝐀𝐓𝐌: 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟕𝟓

146 21 4
                                    

Gimana? Udah siapin sad song andalan kalian? Kalo udah cuss langsung aja lihat, apakah Newt umur panjang hehe. Happy reading semua!

***

Kaki dan tangan Zeloise tak henti melakukan tugasnya. Gadis itu terus berlari seraya menembaki tentara WICKED yang menghadang sepanjang jalannya, sampai akhirnya ia tiba di gedung yang dituju. Suasana yang sedikit sepi--hanya ada beberapa dokter, membuat Zeloise semakin mudah menemukan Raven. Ia memilih berlari melalui tangga alih-alih lift yang pastinya berisi para dokter yang hendak pergi dari sini.

Bruk!

Zeloise menendang pintu kantor Ava tepat saat ia sampai di depannya. Raven--wanita itu menoleh cepat ke arahnya, membelalak dan berlari kecil menghampiri sebelum pelukan melepas rindu terjadi antara mereka.

"Maaf karena aku baru datang, tadi kami--"

"Tidak apa," sela Raven, tersenyum kecil sebelum pergi menuju meja Ava.

Zeloise yang teringat sesuatu, menyusul sahabatnya itu. "Raven, soal ibumu--"

"Tidak apa." Lagi, Raven menyela. "Aku sadar bahwa kau ataupun Katniss tidak mungkin melakukan sesuatu tanpa sebuah alasan, dan jika kalian membunuh seseorang maka ada suatu kejahatan yang dilakukan orang itu."

Zeloise terdiam kaku di tempat--tertampar dengan kalimat Raven. Kejahatan? Tidak, ia bahkan tidak memiliki alasan untuk membiarkan penduduk kota ini mati begitu saja. Mereka tidak melakukan kejahatan, mereka hanya berusaha bertahan hidup dari virus yang ada. Namun, keegoisannya membuat ia mengikuti rencana Lawrence yang menyerang kota dan berniat membumihanguskan tempat ini.

"Ini, ambil serumnya dan pergi." Suara Raven membuyarkan lamunan Zeloise.

"Terima kasih." Zeloise menyimpan suntikan berisi serum itu di saku jaketnya. "Baiklah, sekarang kita--"

"No, Zoey." Raven menahan Zeloise yang hendak menariknya pergi. "I can't go with you."

Zeloise mengernyit. "Why?" tanyanya.

Raven menarik napas, menggulung lengan bajunya yang menampakkan sulur hitam dari nadinya yang sudah terinfeksi virus Flare. Zeloise dibuat tercengang, tak menyangka jika Raven akan terjangkit juga.

"Raven." Zeloise menahan air matanya. "Tidak, tidak, kau harus gunakan serum--"

"Tidak, Newt lebih membutuhkannya!" tolak Raven.

"Tapi--"

"It's okay." Raven tersenyum kecil, lalu berkata ketika teringat sesuatu. "Dan jika kau ingin keluar dari sini dengan seseorang, bawalah dia bersamamu."

Belum sempat Zeloise bertanya, Raven lebih dulu berjalan menuju sebuah box kaca dan kembali pada Zeloise yang terdiam kaku di tempatnya. Astaga! Ia baru menyadari perut Raven tidak lagi besar.

Zeloise menutup mulutnya sejenak. "Raven, kau harus pakai serum--"

"Tidak akan, oke? Itu tidak akan terjadi." Raven lagi dan lagi tersenyum sendu, tahu ini adalah akhir dari hidupnya.

"Tapi dia memerlukanmu," bisik Zeloise, "bayimu membutuhkan ibunya."

Raven menggeleng pelan, memberikan bayinya pada Zeloise yang langsung diambil olehnya. "Take care of him, Zoey. I know you'll raise him well."

"Sekarang pergilah," titah Raven.

Zeloise ingin membujuk Raven sekali lagi, tapi pikirannya terpecah antara nyawa Newt, keselamatan bayi di tangannya, dan Raven yang siap menunggu ajal. Namun, logikanya berteriak keras bahwa ia harus segera pergi dari sini, seperti apa yang diinginkan Raven dan itulah yang akan Zeloise lakukan.

Dark Paradise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang