𝐌𝐑𝐀𝐓𝐌: 𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 𝟓𝟐

109 25 2
                                    

Sesuai perkiraan Zeloise, tepat pukul tiga sore, semua orang di kumpulkan untuk melihat Snow dieksekusi oleh Mockingjay kesayangan mereka. Dengan pakaian rancangan Cinna, Katniss berjalan memasuki lapangan tempat parade pembukaan Hunger Games dan Quarter Quell dilakukan. Ia merasa deja vu. Dulu, ia berhadapan dengan Snow di tempat ini sebagai tribut, sekarang ia berhadapan dengan Snow sebagai algojo yang akan merenggut hidup pria tua itu. Siapa yang menyangka.

Semua yang di sana diam ketika Katniss masuk dengan gagah membawa busur dan anak panah yang menggantung di punggung. Warna pakaiannya hitam, senada dengan rambut model kepang yang menjadi ciri khas anak tertua keluarga Everdeen itu. Ah, jangan lupa polesan make up gelap yang pastinya berasal dari Effie.

Gendang yang dibunyikan menjadi backsound dari tiap langkah yang diambil Katniss, hingga ia sampai di tempat yang telah ditentukan. Di sana sudah ada Haymitch, Peeta, Johanna, Newt, Beetee, Annie, Cressida dan Pollux. Coin muncul di atas sana, tempat biasa Snow menyampaikan pidatonya. Sedangkan pria itu, berdiri di sebuah tiang tak jauh dari tempat Katniss berada, tepat di depan gadis itu.

"Selamat datang di Panem yang baru," sambutnya, "hari ini, di tempat para tribut berkumpul, demi semua Panem yang bebas, kita akan menyaksikan pertunjukkan mengagumkan. Kita berkumpul untuk menyaksikan momen sejarah akan keadilan."

"Hari ini, sahabat terbaik revolusi akan melesatkan panahnya dan mengakhiri peperangan. Semoga kekuatannya menandakan akhir tirani dan awal akan era baru," lanjutnya.

Coin tersenyum pada Katniss. Sebuah senyum lembut penuh tipu daya. "Mockingjay, semoga bidikanmu sejernih hati sucimu."

Mendengar itu, Katniss pun mengambil posisinya, menarik satu anak panah di punggung dan mulai membidik ke depan. Snow nampak santai, bahkan pria itu tersenyum penuh ketenangan di saat-saat terakhir kehidupannya. Si Mockingjay menatap tajam, saling memandang dengan Snow sebelum akhirnya melepaskan panahnya. Namun, bukan Snow targetnya, melainkan Coin yang kini terjatuh dengan panah yang menancap di dada kiri--tepat di jantung.

Kericuhan terjadi, banyak orang yang kaget yang protes akan tindakan yang diambil Katniss. Namun, semua yang di sana seketika hening kala anak panah lain melesat dari arah belakang dan menancap di jantung Snow, menyebabkan pria tua itu jatuh ke tanah dengan senyum yang menghiasi. Coriolanus Snow menerima kematiannya.

Katniss di depan sana menengok ke belakang, sama halnya dengan yang lain. Di sana--di belakang, tepat di antara kerumunan warga, seorang gadis berambut pirang yang dikuncir ekor kuda dengan pakaian serba hitam, tersenyum kecil penuh ketenangan. Semua yang di sana syok dengan langkah yang diambil Zeloise Everdeen, si Black Swan sekaligus adik dari Mockingjay--Katniss Everdeen.

Sedangkan Zeloise, gadis itu menundukkan kepala, menghormati kematian Snow beberapa detik lalu. Ingatannya kembali di waktu saat pria itu berbicara dengannya.

"Terima kasih untuk kejujuranmu, aku akan pergi sekarang."

"Tunggu." Lagi, Snow mencegah. "Untuk pertama dan terakhir kalinya, bolehkah pria tua ini meminta sesuatu padamu, Nak?"

"Apa aku harus mengabulkan permintaan dari orang yang membunuh ayahku?"

Snow tertawa pelan. "Kau masih berpikir itu aku? Oh, Nona Everdeen. Tidak mungkin aku membunuh rakyatku sendiri."

"Jadi, kau bermaksud mengatakan bahwa ada orang lain yang membunuh ayahku?"

"Jika ayahmu dibunuh, kemungkinan yang melakukannya adalah orang yang memiliki ambisi besar dalam menemukan sesuatu."

Zeloise diam berpikir, menatap Snow tidak yakin sebelum bersuara, "Apa yang kau inginkan dariku?"

"Setelah apa yang aku katakan pada kakakmu, aku tidak berharap dia akan mengubah keputusannya untuk membunuhku," ujar Snow, "tapi jika itu terjadi, aku ingin kau yang melakukannya."

Dark Paradise Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang