Permintaan Mama Seulgi

214 25 14
                                    

Beomgyu baru saja mau keluar dari pintu mini market yang terletak di lantai paling bawa gedung apartemen mereka saat mobil yang ia kenal berhenti di lobi. Pria itu mendatarkan bibirnya dengan tatapan malas saat melihat siapa yang ada di dalam mobil itu. Ya siapa lagi kalau bukan Yeji, karena dia tau itu mobil Jungwoo. Beomgyu ingin mengabaikannya karena sudah biasa Jungwoo mengantar Yeji pulang tapi matanya malah masih memperhatikan interaksi kedua sejoli di dalam mobil itu. 

"Apaan itu? Senyam senyum seperti orang bodoh,"Beomgyu kesal melihat Yeji yang tersenyum seperti kucing saat Jungwoo mengacak pelan rambut gadis itu. 

"Tidak usah diacak pelan begitu Woo, langsung saja bejek-bejek itu rambut Yeji,"eh Beomgyu malah manasin. Beomgyu kesal sendiri kan liat Yeji sok bahagia, padahal tadi saja itu anak menangis di klinik sekolah. Sekarang malah seperti kucing lagi birahi, nempel-nempel manja dengan Jungwoo.

Iw, kenapa aku punya istri macam dia? Batin Beomgyu.

Bodo amat - Beomgyu.

***

"Kalau mau mesra-mesraan minimal jangan di depan mata bisa kali? Dasar istri durhaka,"

Baru masuk apartemen, Beomgyu sudah cari ribut dengan Yeji. Yeji melotot pada Beomgyu yang mengatainya istri durhaka.

"Oh jadi sudah mau main rumah tangga nih?"sindir Yeji. Soalnya Beomgyu selama ini sama sekali tidak memainkan peran sebagai suami, jadi memang pantas dia disebut suami? Untuk apa Beomgyu menyebut Yeji istri?

"Yah! Begini begini kau itu istriku!"Beomgyu menunjukkan cincin di kalung yang ia kenakan. Iya, biar tidak ketahuan teman di sekolah, Beomgyu mengalungkannya. Dia mau menyimpan cincin itu dalam lemari tapi dimarahi ibunya, itu cincin pernikahan harus melekat di badan mereka walau tidak di jari.

"Oh benarkah? Aku tidak merasa punya suami tuh. Aku malah merasa sedang mengasuh bocah tantrum!"Yeji melempar tasnya sembarang ke atas tempat tidur. 

"Ck! Awas ya kalau sakit aku tidak mau gendong lagi,"

"Lah siapa yang suruh kamu gendong? Kan ada Pak Taecyeon juga," - Yeji.

"Oh jadi kau mau digendong bapak-bapak? Tau begitu aku biarkan saja kau jadi putri duyung di lapangan,"

"Eh salah, ikan asin lagi dijemur di lapangan. Hahaha!"

Yeji menimpuk kepala Beomgyu dengan bantal.

"Yah! Hobi sekali memukul kepala orang dengan bantal. Dasar istri durhaka!!!"Beomgyu mau membalas Yeji sambil mengambil bantal satu lagi namun Yeji menghindar. Yeji berlari keluar kamar dan terjadilah aksi kejar-kejaran sampai akhirnya.

Cklek!

"Hei Yeji! Beomgyu! Kok kalian seperti anak kecil?!"

Beomgyu yang rambutnya sedang dijambak Yeji karena Yeji berhasil mengejar Beomgyu yang naik ke atas sofa, berhenti saat melihat mama Seulgi masuk ke apartemen mereka. Ya, orang tua mereka jelas tau kode apartemen mereka. Tapi tidak biasanya datang tanpa mengabari.

"Loh mama? Kok disini?"Yeji melepaskan rambut Beomgyu dan turun. Merapikan hamparan bantal sofa dan bantal tidur yang berserakan di lantai. Seulgi geleng-geleng kepala lihat tingkah pengantin baru.

"Mama dari arisan dekat sini jadi mampir mau kasih sup daging untuk kalian. Tapi kenapa kalian malah seperti kucing dan anjing sih? Kalian kan suami istri, harus akur dan mesra,"omel mama Seulgi. Gawat, kalau mama Seulgi sudah ngomel bisa 1 jam mereka berdiri disini.

"Tidak kok ma, kami mesra kok. Ya kan, Ji?"Beomgyu langsung menarik bahu Yeji dan merangkulnya. Yeji awalnya menjelit namun Beomgyu memberi kode agar Yeji berakting juga. Yeji lalu tersenyum lebar namun palsu pada mama Seulgi.

"Hehe iya kok ma, tadi kami cuma lagi asyik bergelut. Ya kan Gyu? Gini gini kita kan masih anak-anak, hobi lari-lari,"Yeji mengusap-usap rambut Beomgyu yang tadi dijambaknya.

"He em..iya Ji,"Beomgyu ikut tersenyum palsu. 

'Dih amit-amit liat senyum jelekmu, Gyu' - Yeji.

'Sial, mama Seulgi cepet pulang. Capek kalau harus akting lama-lama sama nenek lampir' - Beomgyu.

"Kalian itu sudah menikah ya. Sudah suami istri. Ini bukan main-main walau kalian masih SMA. Coba mama tanya, kalian sudah usaha bikin cucu untuk mama sama bunda tidak?"tanya Seulgi sambil berkacak pinggang. Dia cuma geleng-geleng kepala mendengar penjelasan anak-anak ini.

"Ma ih yang benar saja. Gimana sekolah?"tanya Yeji tak percaya.

"Iya ma kami masih 17 tahun masa sudah disuruh buat anak?"tanya Beomgyu yang masih setia merangkul Yeji, masih akting pokoknya guys.

"Ya kamu bisa cuti sekolah dulu Yeji pas hamil besar, lagian sekolah kamu kan sistemnya bisa home schooling. Nanti mama buat alasan kesehatan biar kamu home schooling. Beomgyu tetap pergi sekolah. Jadi tidak ada alasan kan? Mama dengan bunda kamu sudah tidak sabar mau mengasuh cucu. Kami ini sudah gabut (tidak ada kerjaan), bisnis lancar tinggal duduk juga uangnya ngalir. Bosan Yeji, bosaaan. Mama mau cepat punya cucu pokoknya. Awas kalau kalian belum buat juga!"ancam mama Seulgi.

Benar-benar deh. Begini ya kelakuan ibu-ibu kaya malah minta anaknya bikin bayi buat diasuh karena tidak ada kerjaan. Yeji menatap Beomgyu yang masih tak percaya dengan ucapan mama Seulgi. Beomgyu, remaja laki-laki normal, dia sih oke-oke saja ya unboxing istri tapi bisa-bisa terjadi peristiwa berdarah di apartemen ini jika Beomgyu lancang. 

"Tidak kok Ma kami sudah coba ya tapi gimana ma, namanya belum dapat,"bohong Yeji. Beomgyu kaget dan menoleh pada Yeji, Yeji menginjak kaki Beomgyu mengingatkan pria itu supaya tidak terlihat aneh biar mama Seulgi tidak curiga.

"I-iya ma. Tiap malam juga dicoba ma, tapi ya belum saja ya Ji?"Beomgyu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Kalau begitu pas dong mama juga bawa obat herbal dari toko china langganan mama untuk kesuburan. Biar tokcer ya Gyu. Pokoknya semangat, mama tidak masalah cucu perempuan atau laki-laki yang jelas cepat dapat cucu,"

'Mampus!' - Yeji & Beomgyu bersamaan dalam hati.




Malamnya setelah kejadian sore tadi...

"Yeji...mau?"

Bugh!!!

"Aw!!!"

"Apaan?! Jangan mimpi!" Yeji menarik selimutnya setelah melempar Beomgyu dengan bantal.



Stuck With U [BEOMGYU YEJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang