Yeji dan Beomgyu berpelukan dan saling bertukar cerita sampai subuh. Beomgyu menunjukkan foto-foto selama dia di Jepang kepada Yeji sambil mereka tiduran berdua. Ya memang ada lumayan banyak juga foto yang ada Kazuha tapi Yeji tidak mau pusing memikirkannya karena lebih banyak Beomgyu mengambil foto pemandangan. Sambil melihat-lihat foto itu, Yeji bilang dia ingin ke Jepang dan Beomgyu mau pergi juga berdua dengan Yeji. Mereka lalu sepakat akan liburan kesana pas libur semester depan. Mereka pun sibuk me-list tempat yang akan mereka kunjungi dan mulai berkhayal. Sampai akhirnya mata mereka terasa semakin berat dan mereka terlelap dalam dekapan masing-masing. Hari itu, Yeji untuk pertama kalinya merasakan bahwa dia tidak hanya butuh dan sayang pada Beomgyu. Tidak hanya merasakan Beomgyu sebagai sosok yang memang harus ada di dekatnya. Yeji merasakan perasaannya lebih dari itu.
Yeji terbangun dan sinar matahari sudah menyeruak di kamarnya. Matanya yang memang sudah sipit itu menyipit melihat ke bagian jendela yang tidak ditutupi tirai secara sempurna. Beomgyu masih terlelap disampingnya. Yeji melirik jam dinding dan langsung terduduk sempurna sambil berteriak "Minji!!!"
Teriakan Yeji sukses membangunkan Beomgyu. Beomgyu menyipitkan matanya dan mencoba mengumpulkan nyawanya sambil melihat Yeji yang langsung beranjak dari tempat tidur "Ini sudah jam 10 astaga Minji tadi tidak sarapan dong?!"
Saat keluar kamar betul saja. Minji sudah tidak ada lagi, ya tentu saja dia sudah berangkat sekolah. Yeji menggerutu sendiri karena menyesal dan kesal pada dirinya. Bisa-bisanya mereka tidur jam 4 subuh dan baru bangun jam 10 pagi. Beomgyu keluar kamar dengan rambut yang masih sedikit kusut, memperhatikan istrinya yang kelihatan frustasi.
"Paling Minji makan di sekolah, santai aja Ji,"ucap Beomgyu dengan suara berat.
"Ya tetap aja, gak etis lah dia tamu. Dia bangun tidur tidak ada orang yang menyambutnya di apartemen. Aduh aku merasa bersalah,"Yeji mengacak-acak rambutnya.
"Nih Minji bilang gak apa, dia juga udah makan di kantin,"Beomgyu menunjukkan chat Minji yang baru saja dia hubungi. Yeji membaca chat itu. Minji bilang dia juga baru tau kalau Beomgyu ternyata sudah pulang dan tidak mau menganggu mereka berdua juga jadi Minji pergi saja.
"Aku masih gak enak, Gyu. Kayak melepas anak sekolah tanpa membekalinya makanan dan senyuman,"gerutu Yeji. Beomgyu menatap Yeji cukup lama. Dia kaget melihat Yeji yang persis seorang ibu yang sedang gelisah karena tidak melepas anaknya pergi sekolah. Sesaat Beomgyu berpikir mungkin begini jika Yeji jadi ibu, tapi pemikiran itu langsung ditepisnya karena Yeji tidak akan menjadi ibu dari anaknya, pun bisa melihat Yeji merawat dan membesarkan anaknya.
"Kamu duduk aja aku buatin sarapan,"Yeji sudah berada di dapur lengkap dengan celemeknya. Beomgyu yang tadi sempat larut dalam pikirannya lalu menurut dan duduk di sofa, menghidupkan televisi dan menunggu Yeji dengan patuh. Beomgyu tidak mau berpikir terlalu berat. Jika ia terlalu overthingking masalah pernikahan ini, yang ada hanya emosi dan ego besar yang keluar. Mereka sepakat untuk membuat rumah ini senyaman mungkin dengan hubungan mereka yang harmonis. Untuk itulah selama ini Beomgyu bersikap selayaknya yang Yeji inginkan.
Yeji yang sedang masak untuk sarapan mereka dapat sayup-sayup mendengar ketika ponsel Beomgyu berdering dan pria itu mengangkat telepon.
Kazuha.
Yeji hanya tersenyum tipis menyadari bahkan saat jauh beda negara dan baru berpisah kemarin saja, mereka masih teleponan. Suara Beomgyu yang dapat Yeji dengar di dapur, terdengar sangat pelan dan lembut sehingga Yeji tidak bisa mendengar dengan jelas. Apalagi sekarang Beomgyu malah berjalan ke arah balkon. Sepertinya privasi sekali sampai tidak mau kedengaran siapa pun.
"Aku tau membahas orang lain tidak diperbolehkan tapi aku hanya penasaran saja, kenapa kamu malah pulang dan tidak jadi liburan dengan Kazuha?"tanya Yeji saat mereka sudah makan di meja makan.
"Kan sudah aku bilang aku ingin melihat istriku,"jawab Beomgyu sambil tetap fokus makan.
"Hah? Sejak kapan aku lebih penting dari Kazuha?"tanya Yeji dengan nada yang dia buat senormal mungkin. Yeji bersikap agar dia terlihat cool saat membahas Kazuha.
Beomgyu berhenti makan dan melirik Yeji "Memang aku pernah bilang dia lebih penting daripada kamu?"
Dheg!!!
"Kenyataannya begitu kan?"balas Yeji, masih stay cool.
"Terserah,"jawab Beomgyu.
Loh kok Beomgyu jadi dingin? Hmmm...salah ya Yeji tanya itu? Salah ya tanggapan Yeji begitu?
Beomgyu selesai makan dan meletakkan sumpitnya. Dia lalu menatap Yeji yang kelihatan berubah karena jawabannya yang cukup dingin tadi. Iya, Beomgyu sadar.
"Aku minta tolong, jangan pernah bertanya soal itu lagi, Ji. Jangan pernah membandingkkan dirimu dan Kazuha atau perempuan mana pun. Aku saja tidak pernah kan bertanya apa aku lebih penting dari Jungwoo atau tidak? Aku cuma tidak ingin kita berbohong. Jadi daripada kita berbohong lebih baik tidak usah bahas hal yang tidak penting untuk kita berdua,"
Yeji terdiam. Gadis itu juga meletakkan sumpitnya, lalu minum.
"Tapi bukankah kita saling membohongi diri masing-masing Gyu? Bersikap seolah kita suami-istri yang harmonis? Berciuman. Berpelukan. Bukankah kita membohongi perasaan kita masing-masing?"Yeji menatap Beomgyu dengan nanar.
Penuturan Yeji itu mampu membuat Beomgyu menghela nafas cukup panjang.
Pria itu berdiri dan mengambil mangkoknya dan mangkok Yeji lalu meletakkannya di wastafel. Dia mulai membereskan meja, meninggalkan Yeji yang terdiam disana. Yeji mematung. Dia mengutuk dirinya lagi karena mengangkat topik ini. Sekarang hubungan mereka canggung lagi. Dibanding memikirkan tentang kebohongan, Yeji hanya tidak mau mereka jadi canggung apalagi dingin lagi.
Cukup lama Yeji terdiam di meja makan dan Beomgyu sibuk mencuci piring. Setelah itu Yeji terkejut karena Beomgyu menarik tangan Yeji.
"Ngobrolnya di sofa aja ya,"ucap Beomgyu lembut. Oh, tadi dingin sekarang lembut. Sejak kapan Beomgyu memiliki kepribadian ganda?
Yeji menurut. Gadis itu berjalan mengikuti Beomgyu dan duduk di sofa.
"Choi Yeji...,"Beomgyu meremas tangan Yeji yang digenggamnya namun tatapan Beomgyu terpaku ke televisi seakan tidak ingin menatap Yeji langsung.
"Aku tidak pernah berpikir bahwa aku berbohong padamu. Hubungan kita rumit. Aku pun sulit menjelaskannya. Jadi aku mohon...kita tidak usah bahas seperti ini lagi ya? Kita jalani saja dengan baik sampai tiba waktu yang kau tunggu. Sampai saat itu...,"Beomgyu menoleh dan menatap netra Yeji.
"Biarkan aku memberikan yang terbaik sebagai suamimu,"
Karena aku tau aku tidak akan bisa lagi melakukannya jika kau sudah ingin semuanya selesai...
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With U [BEOMGYU YEJI]
FanfictionKarena suatu hal, Yeji yang masih berusia 17 tahun harus menikah muda dengan Choi Beomgyu teman sekelasnya. "Kalau mau mesra-mesraan minimal jangan di depan mata bisa kali? Dasar istri durhaka,"- Beomgyu. "Mending mulai sekarang urus urusan masing...