Chase The Feel Away

64 8 2
                                    

Beomgyu tersenyum tipis saat berjabat tangan dengan Hyunjin dan berpelukan. Pria bersurai hitam panjang itu cuma bisa memberikan tepukan lembut dibahunya berharap memberikan sedikit ketenangan. Hyunjin pun mendekat pada Yeji yang tidak pernah memalingkan wajahnya dari langit.

"Yeji...,"

Yeji tidak menoleh sama sekali.

Hyunjin pun berdiri dihadapan Yeji, membuat Yeji akhirnya mendongakkan wajahnya. Netra Yeji disambut senyum lirih Hyunjin dan dalam hitungan detik, tubuhnya yang raput direngkuh oleh pria bermarga Hwang itu. Merasakan pelukan hangat dari pria yang sejak kecil selalu memanjakannya layaknya seorang tuan putri ini, tangisan Yeji pecah.

"Hyunjin...anakku...huaaa...,"tangis Yeji. Hyunjin cuma mengusap-usap punggung Yeji. Beomgyu hanya menatap nyalang pada sosok kedua saudara sepupu itu. Walau Yeji menangis setiap malam, setiap waktu, namun Yeji menangis dalam diam. Ketika malam hari pun tangisannya tidak sebesar ini, dia hanya terisak. Namun kali ini Yeji meluapkan perasaannya lagi di pelukan pria yang Beomgyu tau, sangat menyayangi Yeji.

"Menangislah sepuasnya...,"ucap Hyunjin.

"It's okay to not be okay, Ji...,"

Yang sering diucapkan orang-orang adalah 'Yeji jangan menangis,' 'Yeji yang kuat,' 'Yeji harus kuat,' dan sebagainya. Tidak ada yang mengatakan bahwa Yeji boleh menangis, boleh berduka, boleh merana. Baru Hyunjin yang mengatakannya. Hal itu membuat Beomgyu sedikit merasa iri dan cemburu, namun ia segera menepisnya. Sekarang bukan itu yang terpenting.

Yeji menangis sepuasnya selama kurang lebih 1 jam dalam pelukan Hyunjin hingga akhirnya gadis itu merasa lelah. Dengan ajaibnya, Yeji menerima sodoran air mineral yang diberikan Hyunjin. Lagi-lagi Beomgyu merasa kalah namun bukan saatnya dia bersikap kekanakan, apa pun, siapa pun, yang bisa membuat Yeji minum dan makan, tentu saja Beomgyu akan membiarkannya.

Yeji menghabiskan satu botol air mineral yang diberikan Hyunjin lalu gadis itu menyender lemas ditempat tidur. Kembali, ia menatap pada langit. Melihat makanan yang belum disentuh Yeji, Hyunjin mengambilnya dan membuka penutupnya.

"Ji, makan dulu ya?"

Yeji menggeleng.

"Yeji...biar cepat keluar rumah sakit dan kita datangi Sky...ya?"Hyunjin pun sudah tau dari Yeji lewat videocall bahwa mereka menamai anak itu Choi Skylar.

Mendengar itu, Yeji pun diam. Hyunjin lalu menyendokkan nasi dan menyuap Yeji. Lagi-lagi Hyunjin melakukan keajaiban. Yeji menerimanya. Beomgyu cuma bisa tersenyum pahit namun dia lega Yeji akhirnya mau makan. 

*** 

"Thanks,"ucap Beomgyu. Saat ini Beomgyu dan Hyunjin sedang berdiri di balkon kamar. Yeji tertidur di dalam. 

"Tidak perlu. Tanpa diminta siapa-siapa, aku pasti melakukannya demi Yeji,"ucap Hyunjin, memandang ke bawah tepatnya di taman rumah sakit.

"Yeji tidak mau melihat dan mendengarkanku,"Beomgyu tersenyum lirih. Kurang lebih Hyunjin tau apa yang terjadi dari Jaemin sebelum Hyunjin terbang ke Seoul. Beomgyu terlibat pertengkaran dengan Kazuha dan Yeji melerainya hingga Yeji terjatuh sendiri. Ada kemungkinan Yeji menyalahkan semuanya pada Beomgyu karena akar dari permasalahannya adalah hubungan dimasa lalu Beomgyu dan Kazuha. Namun Hyunjin belum bisa memastikan itu. Hyunjin lebih kaget saat mengetahui bahwa sejak awal pernikahan kedua orang ini sangat tidak akur, mereka baru menyadari perasaan satu sama lain setelah beberapa tahun bersama.

"Kalian adalah orang tuanya. Kau suami Yeji...mungkin melihatmu, Yeji teringat memory yang menyenangkan namun menyedihkan diantara kalian,"ucap Hyunjin.

"Kau benar...,"Beomgyu menundukkan kepalanya. Betapa ia ingat, Yeji menolak apa pun yang dilakukan Beomgyu. Seolah Yeji tidak ingin melihat Beomgyu. Seolah Yeji ingin Beomgyu pergi.

"Mungkin dia sudah membenciku...,"lirih Beomgyu. Hyunjin menoleh pada Beomgyu dan meletakkan tangannya dipundak pria yang terlihat malang itu.

"Itu tidak mungkin. Dia hanya butuh waktu...kalian butuh waktu,"


*** 

Hari-hari berikutnya Hyunjin masih tetap berada di rumah sakit bersama Beomgyu. Jun yang tinggal di Amerika, hanya melakukan video call dan Yeji hanya tersenyum lemah menanggapi semua ucapan Jun. Masih, Yeji seolah tidak menggubris Beomgyu dan hanya menuruti ucapan Hyunjin. Hyunjin tidak tahan melihatnya, pria itu pun sempat meninggalkan Beomgyu berdua dengan Yeji namun saat ia kembali, Yeji masih memalingkan wajahnya dan menatap langit. Beomgyu menggeleng, dia hanya tersenyum lirih. 

Saat kondisi Yeji mulai stabil setelah dirawat oleh Hyunjin, Yeji tidak pulang ke apartemen. Karena dia masih membutuhkan perawatan dari Hyunjin, Yeji pun pulang ke rumah orang tuanya. Tentu saja Beomgyu pun ikut. Setiap malam walau pun didekap oleh Beomgyu, Yeji tidak mengangkat wajahnya dan menatap kembali pada Beomgyu. Gadis itu bersikap seolah-olah Beomgyu tidak ada.

Padahal semua ini terjadi karena Yeji tidak ingin lelaki yang dicintainya ini disakiti orang lain.

Namun kenapa pada akhirnya Yeji malah memalingkan wajahnya dari Beomgyu?

"Tumben kau kesini?"tanya Yeonjun saat melihat Beomgyu masuk ke ruang klub dan langsung duduk disampingnya, mengambil sebotol sampanye dan menuangkannya digelas hingga ia minum dengan cepat. 

"Hooo kau mau mabuk ya?"Yeonjun mengangkat satu sudut bibirnya. Beomgyu masih tidak menjawab dan menuangkan minuman beralkohol itu sekali lagi. Wooyoung dan Haechan yang juga ada disana hanya diam memperhatikan. Mereka tau masalah berat yang dihadapi Beomgyu. Seolah tau penderitaan yang dipikul Beomgyu, mereka membiarkan sahabatnya itu larut dalam minuman beralkohol.

Setelah menghabiskan setengah botol sampanye, Beomgyu pun merasa kepalanya sudah berat. Dia menyender disofa, menatap langit-langit ruangan VIP yang selalu mereka tempati ini. Pikirannya kemana-mana namun sudah tidak fokus. Secara ajaib, walau minuman itu membuat kepalanya berat, Beomgyu merasa semua bebannya meluap sejenak. 

"Apa dia tidak apa-apa mabuk-mabukan disini sementara istrinya sakit?"tanya Yeonjun pada Wooyoung. Wooyoung cuma memberikan sinyal agar Yeonjun diam saja. Wooyoung sangat paham dengan apa yang dirasakan Beomgyu karena dulu saat ibunya meninggal, ayahnya memang sering lari ke alkohol untuk melepas bebannya.

"Bukan itu maksudku bukankah dia harus merawat Yeji?"Yeonjun masih saja tidak bisa diam.

"Yeji lebih memilih dirawat oleh Hyunjin,"jawab Beomgyu. Pria itu menoleh pada pria yang lebih tinggi disampingnya itu. Sebuah tawa seperti orang bodoh terpampang diwajah Beomgyu.

"Yang suaminya itu aku atau Hyunjin ya? Dia malah menyingkirkanku dan menerima pria lain untuk menyuapinya, mengantarnya ke kamar mandi, memberikan minuman untuknya,"Beomgyu menjatuhkan lengannya diatas dahi, namun mulutnya masih tertawa ditengah racauannya.

"Aku tau aku yang salah tapi apa perlu aku menerima hukuman seperti itu?"

Beomgyu lalu terdiam. Tawanya lenyap. Hening tercipta hingga ia bersuara lagi.

"Aku tidak bisa jika hukuman ini yang aku terima. Bagaimana aku bisa hidup tanpa senyumnya?"sekarang suaranya terdengar sangat berat, seperti menangis.

Ketiga teman Beomgyu hanya bisa diam. Merasa simpati pada kondisi sahabatnya ini. Menyaksikan bagaimana hidup Beomgyu sudah sangat terikat dengan seorang Hwang Yeji. 

"Bersabarlah Gyu, Yeji baru mengalami trauma yang berat,"ucap Wooyoung bersimpati. Beomgyu hanya diam, memejamkan matanya.

Bukan hanya Yeji yang trauma dan kehilangan.

Melihat gadis yang dicintai bersimbah darah...

Kehilangan dan harus mengubur darah dagingnya sendiri...

Semua terasa sangat berat baginya yang masih terbilang sangat muda ini.




a/n:
Cuma mau nanya, kalian bosen gak sama ff ini? Soalnya ini masih panjang lebih dari 90 chapter...kalau misal bosan, aku gak akan lanjutin dan cepetin tamat

Stuck With U [BEOMGYU YEJI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang