Dalam memory Yeji, pria yang saat ini berada di hadapannya adalah seorang remaja biasa yang menjalani hidup dengan ringan dengan semua privilage yang dia miliki, cenderung usil dan sukanya bercanda. Ya, bisa dibilang dia memiliki aura yang cerah, tidak seperti saat ini. Memang pernah Yeji melihat mereka berdua yang seharusnya hidup layaknya remaja pada umumnya ini berada dalam posisi terendah mereka berdua namun tidak seperti saat ini. Jika dulu mereka hanya perang dingin, saling diam dan canggung. Sekarang ini lebih parah dari sebelumnya. Yeji melihat sosok Beomgyu yang sangat...
Kacau.
Tatapan mata Beomgyu padanya terlihat sangat sendu namun Yeji tidak sempat berpikir lebih jauh lagi ketika tubuhnya diterjang ke dalam pelukan Beomgyu. Gadis itu tertegun. Sudah berapa hari? Sudah berapa lama? Apa yang terjadi pada mereka sebenarnya?
Yeji meremas bahu Beomgyu yang memeluknya erat ketika Yeji sadar bahwa ia merindukan sosok ini begitu besarnya. Pertemuan mereka setelah kejadian itu, belum diwarnai oleh percakapan. Beomgyu membiarkan Yeji menangis tanpa suara di dalam pelukannya. Sama sepertinya, dia juga merasa sangat sesak walau gadis yang dia rindukan sudah di dalam pelukannya.
Setelah puas menangis, Yeji langsung memalingkan wajahnya dan tidak ingin menatap Beomgyu. Dia tidak ingin mengakui bahwa dia tidak baik-baik saja saat ini. Namun Beomgyu menahan tangan Yeji. Jelas pria itu tau bahwa sang gadis tadi menangis dalam pelukannya. Tanpa melepaskan genggamannya, Beomgyu menutup pintu rumah Siyeon. Yeji hanya menundukkan wajahnya, tidak mau bersitatap langsung dengan pria yang masih berstatus suaminya itu.
"Yeji...,"
Suara berat Beomgyu membuat Yeji secara refleks mengangkat wajahnya. Lagi-lagi tatapan sendu itu. Kenapa Gyu? Padahal kita harusnya senang kan?
Yeji menyadari bekas luka dibibir Beomgyu. Apa yang terjadi?
"Beomgyu, mana suratnya? Aku akan tandatangani sekarang,"Yeji yang tadinya ingin menyentuh luka itu, mengurungkan niatnya dan sadar bahwa kedatangan Beomgyu karena mereka harus berpisah. Iya, Yeji masih berpikir bahwa momen dia bertemu Beomgyu, saat itu juga mereka harus berpisah.
Beomgyu tersenyum lirih "Jadi kamu mau kita berpisah, Ji?"
Yeji terdiam. Jika boleh jujur, dia belum mau. Bukankah ini belum saatnya? Tapi apa alasannya? Toh ini yang ia inginkan dari dulu walau dalam kondisi yang tidak mengenakkan seperti ini.
Setidaknya, ia ingin berpisah dengan senyum dan kebahagiaan. Bukan seperti ini.
Bayangan wajah Minji yang ia sayangi...
Bayangan apartemen mereka yang sudah menjadi tempat ternyaman bagi Yeji....
Bayangan kasur yang selalu menjadi bagian favoritnya di rumah karena ia dapat berbaring nyaman dengan Beomgyu memeluknya hingga pagi...
Bayangan ketika mereka bersenda gurau, bercanda, berkelahi seperti kucing dan anjing, lalu berciuman...
Airmata Yeji menetes lagi dan Beomgyu menyadari itu.
"Aku tidak membawa surat apa pun Yeji. Aku datang untuk membawamu pulang,"
Yeji mengangkat wajahnya dan memandang Beomgyu tidak percaya.
"Tapi kita harus berpisah kan?"tanya Yeji dengan suara parau.
Beomgyu tersenyum lirih untuk kesekian kalinya. Tatapan matanya sedih.
"Aku tanya, apa kamu mau berpisah Choi Yeji?"
Mendengar Beomgyu masih menyebut namanya seperti itu, Yeji meremas genggaman tangan Beomgyu.
"Tapi keluargamu sudah menolakku kali ini Gyu...Nenekmu...nenekmu sama sekali tidak menunjukkan kelembutan hatinya lagi. Bagaimana bisa aku diterima la-,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck With U [BEOMGYU YEJI]
FanfictionKarena suatu hal, Yeji yang masih berusia 17 tahun harus menikah muda dengan Choi Beomgyu teman sekelasnya. "Kalau mau mesra-mesraan minimal jangan di depan mata bisa kali? Dasar istri durhaka,"- Beomgyu. "Mending mulai sekarang urus urusan masing...