Octagon 3 - 583 : Peringatan Bulanan Pt. 2

212 23 26
                                    

"Kenapa...?"

San dalam rasa tak percaya, begitu menerima dua jenis benda yang Wooyoung berikan padanya, bertanya. Ada rasa senang, untuk satu benda tersebut. Dua pasang tiket yang Wooyoung berikan untuknya--tiket untuk menonton pertandingan baseball. San tak tahu bagaimana Wooyoung mengambil kesimpulan, tapi sekiranya, dari jaketkah? San tak memiliki spesifik olahraga yang disukai, tapi dia senang menonton. Ah, bukan. San senang berkencan di luar, apapun tipenya.

Tapi satu benda lagi... tak bisa diterimanya.

"Aku..." San sampai terbata, memegangnya. "Aku... aku pasti kosongin jadwal untuk ini... tapi satu lagi... kenapa...?"

Wooyoung tak menjawab, kala itu. Wooyoung hanya melepaskan jaketnya, dan San mencoba memahami, mengapa ini keputusannya.

Bukan ingin menyakiti hatinya, San tetap butuh jawabannya. "Sayang, bentar. Tunggu dulu. Aku butuh--"

"Rabu, gak apa-apa?" tanya Wooyoung pelan. Wooyoung menunjuk ke arah tiketnya, sembari menarik napasnya pelan. "Uangku belum cukup, padahal pengen ajak keluar. Di sisi lain, aku gak mau ninggalin Lotus lebih dari 24 jam. Aku takut ketinggalan apa yang terjadi sama kita semua..."

"Ya, aku bisa paham." San merasa bersalah sendiri, lantaran rencananya bersama Wooyoung, darinya, tak ia lanjutkan. Di sisi lain, Hajoon masih tak ada. "Kita... Rabu, kita tonton ini. Aku bakal bolos. Tapi untuk satu ini--"

Nyatanya, setelah menjatuhkan jaketnya, Wooyoung langsung menyambar San ke dalam sebuah ciuman. Wooyoung menangkup kedua pipi San, agar sosok itu tak bisa melepaskan dirinya, dari ia yang berusaha mendapatkan ciuman lebih dalam.

Padahal... Wooyoung pernah berkata, dirinya tak ingin hubungan mereka terasa seperti bersifat seksual. Namun mengapa San yang kini merasakannya, padahal seharusnya mereka bisa bicara dahulu untuk memperbaiki diri, bukan?

Wooyoung pernah berkata mengenai love-bombing...

San tahu, artinya masih jauh dari yang dirasakannya, tapi... apa ini?

"San, buka bajunya..." Wooyoung berbisik di sela ciuman, mencoba mendapatkannya.

San kewalahan untuk membalas ciuman, lantaran ia masih kebingungan.

Jadi Wooyoung yang langsung menyentuh celana San, mencoba melepasnya. "Aku kangen..."

"Aku juga, sayang, tapi--" San menjadi kaku sendiri, di mana ia ingin menahan, tapi tak ingin menyakitinya.

Wooyoung membawa dirinya turun, berlutut kemudian. Mencoba untuk memudahkan dirinya, menurunkan celana San, untuk meraih penisnya yang masih belum berdiri, dari dalamnya. Wooyoung segera menggenggam setelah mendapatkannya, dan mencoba untuk memompanya agar terangsang.

San masih ingat, mereka berencana untuk melakukan hubungan seks, tapi tertahan karena masalah yang ada. San senang jika mereka akan mulai menjadi lebih intim lagi. Tapi San juga merasa, bahwa keintiman tak terasa jika... mereka tak bicara.

Bukan seperti ini.

Seketika San menahan napasnya begitu Wooyoung sesekali menyentuhkan lidahnya pada ujung penisnya. San sampai resah sendiri, ingin memberikan jeda terlebih dahulu, karena dirinya masih bingung. Sangat bingung.

Namun Wooyoung masih memompanya, sesekali menyusur dengan lidahnya dari arah kedua bola kembar San, menuju kepala penisnya. Wooyoung tak membuat kontak mata sama sekali, dan semua ini yang membuat San semakin merasa berat.

San menjadi tertekan sendiri, padahal tubuhnya sedang merespon rangsangan yang diberikan untuknya. San bahkan mulai merasakan bagaimana ruang hangat dari mulut Wooyoung, mulai menyelubungi penisnya, mengakibatkan semakin mengeras.

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang