Octagon 3- 723 : Mengarak Kematian Pt. 3

175 22 12
                                    

Jumat, 29 September 2023.

Ketika Wooyoung keluar dari kamar mandi, dirinya mengerjap mendapati San sibuk duduk di tepi kasur, dalam keadaan telah siap, dengan ponselnya. Wooyoung saat itu masih mencoba mengeringkan handuknya, pun sudah mengenakan pakaiannya di dalam kamar mandi, sebelum mendekat--agak penasaran.

Tanpa perlu Wooyoung bertanya, begitu San melirik menyadarinya tiba, dirinya segera memberitahu keadaan.

"Aku lagi nolak ini--apa, err... anak-anak kampus minta bantuanku buat galang dana. Aku cuma bisa lakuin di media sosial, gak bisa bantu langsung."

"Loh, kenapa?" Wooyoung jelas terheran--itu bukan sikap San yang biasanya.

Masih sambil membalas, San menjawab seraya sesekali meliriknya. "Senin depan course-ku mulai. Belum lagi aku mau punya banyak waktu untuk kamu. Hongjoong juga pasti butuh--belum lagi yang lainnya."

Diam di hadapanya, Wooyoung sendiri menghentikan pergerakannya.

Sedangkan San melirik lagi, untuk tersenyum kemudian. "Aku gak mau kecolongan lagi. Antara hubungan aku sama kamu, pun pertemanan kita. Aku bakal coba manage waktuku dengan baik, dan pengorbananku ada di teman-teman yang lainnya. Di sisi lain, Papa sama Mama juga mau nikah. Aku mau terus ada sama mereka, walau rencana mereka bulan madu juga udah jelas."

Wooyoung tersenyum, sebelum mengambil langkah dan merapatkan diri sampai lutut mereka bertemu.

Dengan itu, menggunakan satu tangan, San menariknya di pinggang seraya menengadahkan kepala. "Rencanaku sih, kalau sekiranya aman ninggalin Hongjoong hari Sabtu nanti, aku mau ajak kamu keluar."

"Keluar ke mana?" tanya Wooyoung pelan, dan lembut. Wooyoung menyampirkan handuknya di leher, sebelum menggunakan kedua tangannya untuk ditaruh di bahu lebar San, mengusap pelan.

"Aku harap gak hujan tapi ada acara di kota." San menjawab dengan senyuman lebar. "Ada acara musik juga. Udah lama kita gak nonton--maklumnya, Ovu udah terlalu besar untuk ada di sana. Walau sebenarnya pasti bisa, tapi Checkmate pasti gak mau ngasih free-ride sama para underground lain."

Wooyoung mengangguk paham, sekaligus menyetujui. "Aku mau. Kangen berduaan."

"Nanti kita beli apapun yang kamu mau, oke?" tanya San kembali. Sekilas menepuk pantat Wooyoung, lalu kembali memeluk pinggangnya. "Aku tau keadaan lagi gak baik untuk Hongjoong, yang notabene tuan rumah di sini. Tapi selagi ada waktu, aku juga pengen perbaiki hubungan kita berdua. Orang-orang bilang tiga bulan awal itu selalu jadi yang terberat, dan aku rasain itu. Tapi aku gak mau nyerah sama hubungan kita."

Sedikit menggigit bibir bawahnya karena rasa bersalah, Wooyoung bertanya, "apa karena kita dua orang pertama yang benar-benar rusak pertemanan ini...?"

"Bukan tentang itu." San mengernyit, sebelum meringis, merasa tertahan. "Kapan aku boleh ucapin kata itu?"

"Gak sekarang." Wooyoung menaruh telunjuk di depan permukaan bibir San, tersenyum padanya dalam kelembutan. "Gak, jangan sekarang. Bilang semua saat kamu ngerasa hati kamu yakin untuk ucapin itu, ya?"

San menatapnya dengan terharu, pun tertekan untuk mengeluarkannya. "Tapi gimana dengan kamu?"

"Aku cinta kamu." Wooyoung kali ini mengembalikan kedua tangannya ke bahu, tapi untuk memutar dalam pelukan. Perlahan, berhati-hati, Wooyoung mendudukkan dirinya di pangkuan San. "Aku yakin karena aku rasain ini lebih dulu."

"Itu bukan alasan valid, kamu tau?" balas San yang segera menarik pinggangnya lebih merapat dalam pelukannya. Sekaligus menyamankan posisi duduk usai menaruh ponselnya di samping.

Wooyoung mengedikkan bahunya, tak memedulikan itu. "Yang pasti aku cinta kamu."

"Hm..." San mengangguk-angguk dengan keterbatasannya. "Cium aku kalau gitu?"

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang