Octagon 3- 740 : Selekat Tulang Pt. 6

163 19 0
                                    

"Nagyung."

Di tengah diam, hanya mengamatinya yang memakan buah peach-nya--disuapi Keeho--dirinya melirik. Tepat melirik pada Soobin yang memanggil, selagi di kamar tersebut terdapat mereka, ditambah juga Mingi yang akan menemainya untuk malam ini. Saerom telah pulang setelah Eunwoo tiba--bersama Keeho--agar dirinya bisa beristirahat dengan baik, setelah hari-hari panjang. Terlebih, Nagyung sempat tak sadarkan diri lebih dari 30 jam adanya.

Kini Nagyung memang berada di sana; sadar kedua pergelangannya sangat sakit, membuatnya semakin malas bergerak.

"Nagyung, keberatan gak, kalau ditinggal Keeho dulu, karena ada yang mau gue omongin sama lo?"

Keeho langsung menoleh, tak terima. "Gak. Gue di sini temani Nana. Gue dititipin Kak Saerom--gue gak akan pamit sekalipun butuh kencing."

Sedikit Soobin terkesiap, tak pernah tahu--pun tak benar-benar mengenal Keeho--yang nyatanya memang bisa semenekan itu. "Gue cuma--"

"Dek." Mingi memanggil, bermaksud pada Keeho yang teralih padanya, menahan piring kecil dan garpu di tangannya. "Biar Soobin sama Nagyung dulu, sebentar. Gak ada hal bakal terjadi juga, lo tau sendiri."

"Gak mau, Bang. Gue gak suka--"

"Kita berdua di luar pintu." Mingi berucap lagi, yang tak tega melihat Nagyung, dalam pucatnya memperhatikan mereka. Tepatnya Mingi tak ingin membuat Nagyung tertekan lebih setelah pada dasarnya tahu tentang mengapa Soobin perlu bicara berdua dengannya. "Sebentar doang? Ayo."

Keeho hendak menolak, lagi.

Tidak sampai Nagyung yang duduk bersandar, tersenyum tipis padanya. 

Seolah itu adalah pertanda bagi Keeho sendiri, bahwa dirinya telah dibiarkan untuk pergi. Sehingga Keeho, mau tak mau, menaruh piring kecil tersebut--beserta garpunya--di atas meja, lalu balas tersenyum pada Nagyung, hanya agar mereda kesalnya. Keeho pun beranjak lebih dahulu, berjalan untuk keluar.

Untuk itu Mingi ikut tersenyum pada Nagyung, sebelum pada Soobin, di mana hubungan mereka pun masih terganggu sekarang. Walau seperti itu, Mingi tersenyum padanya, untuk menguatkan. Berikan Soobin sentuhan ringan di punggungnya, sebelum menyusul sang adik untuk keluar dari kamar inap VVIP tersebut.

Dan pintu pun ditutup, untuk menyisakan dua orang di sana.

Soobin tersenyum, dan mengambil alih kursi samping kasur, yang semula dikuasai Keeho. Soobin berniat mendudukkan dirinya di sana, tapi belum melakukannya, secara lemah Nagyung menunjuk pada tepi kasurnya.

"Di sini aja."

Agak canggung untuk Soobin, tetapi tetap dilakukannya. Soobin pun duduk di tepian kasur, dekat dengan pinggang Nagyung, di mana kedua lengannya dia istirahatkan sendiri di atas pahanya.

"Pasti tentang adopsi, ya?" Nagyung bertanya tanpa keraguan. Sudah ada banyak hal yang terlintas di pikirannya, semenjak sebelum kejadian, pun setelahnya. Nagyung perlahan memalingkan wajah, untuk menunduk, memperhatikan dua perban melingkar di kedua pergelangan tangannya. "Nagyung bisa sendiri tanpa keluarga, tapi alasan kayak gitu pasti gak akan diterima, 'kan? Orang dewasa memang selalu jahat--Nagyung gak mau jadi dewasa."

Soobin belum banyak bicara dengan Nagyung, namun semua hal yang dikatakannya selalu familiar untuknya. Soobin sudah sangat terbiasa untuk memikirkan hal seperti itu sepanjang hidupnya.

"Gak ada yang mau dengar Nagyung--gimana caranya Nagyung harus jadi anak dari seseorang yang udah bikin Ibu menderita? Sekalipun orang itu ayah dari kakaknya Nagyung, Nagyung gak mau--"

"Ibu dan Ayah gue bakal cerai--gue pastiin itu." Soobin memotong, dalam keraguannya takut dianggap tak sopan, tapi dirinya harus melepaskannya. "Ibu besok urus semuanya. Entah prosesnya berapa lama, tapi Ibu bakal cerai."

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang