Octagon 3 - 771 : Darah Keturunan dan Dosa Pt. 3

143 13 1
                                    

14 Oktober 2023.

Tengah malam lewat.

Akhirnya tiba juga hari yang sebelumnya tak ditunggunya, menjadi cukup menyenangkan untuk dihadapinya.

Ruang bersantai di dalam satu kamar hotel mewah tersebut, di mana Hongjoong bisa menyaksikan sendiri bagaimana dirinya, Jihyun dan Gongyoo berdiri, untuk menyambut seseorang yang baru saja tiba setelah ditunggu cukup lama oleh mereka. Diantar, tak sendirian, walau setelahnya meminta empat orang yang mengantarnya untuk menunggu di luar, lantaran dia bertemu dengan anak, menantu dan cucunya sendiri--takkan berbahaya untuknya.

Hongjoong sendiri terheran; dia pikir para kakak dari ibunya pun akan ikut serta.

Namun seperti ini.

Hanya sang kakek sendiri bersama tongkat cane-nya.

Bahkan tanpa neneknya.

Atau istri lainnya.

Hongjoong tak benar-benar tahu bagaimana wajahnya, dan kini melihat perawakan jangkung tersebut, dengan tubuh yang bahkan masih bisa dibilang tegap, dan bugar di umurnya sekarang. Wajahnya tampan dengan warna rambut abu-abu yang disisir rapi ke belakang. Ada kacamata membingkai di hidungnya, dikenakan, tapi tak benar-benar sejajar lurus dengan matanya.

Gongyoo saat itu yang beranjak untuk menghampirinya lebih dahulu. Menuntunnya untuk duduk--mengarahkan sebenarnya--hingga beliau duduk. Dikarenakan bukan mereka yang menghampiri ruanganya, namun justru beliau yang tiba.

Ah, auranya terasa.

Berat sekali.

Sangat tegas tampaknya.

Wajar untuk ditakuti.

Hongjoong bisa melihat jelas Gongyoo dan Jihyun tampak tegang.

Ketiganya duduk setelah dipersilahkan.

Sendiri, di sofa masing-masing, dari empat tersebut.

Hongjoong kebetulan berada di sisi kanan sang kakek, selagi sang Ibu bersebrangan dan Gongyoo di kiri.

Heutsz van Gernandt.

Jika Hongjoong melihat, umurnya sudah mungkin berada di angka 80an, tapi masih benar-benar sehat dan bugar. Tongkat cane-nya mungkin sebuah alat bantu untuk membuatnya bisa lebih seimbang atau cepat, atau bisa jadi sebagai pelindungnya. Sepertinya kehidupannya sangat terjaga dan sebenarnya itu bukanlah sebuah kemustahilan mengingat bahwa beliau tak tinggal di sini, melainkan berada di tempat lainnya.

Di sana, Heutsz mengamati Hongjoong sesaat, sampai arah tatapannya tertuju pada Gongyoo dan Jihyun, yang kemudian memulai pembicaraan. Mereka memulai dengan kabar dan menanyakan tentang perjalanannya, menggunakan Bahasa Belanda, jadi Hongjoong tak benar-benar ikut campur dahulu.

Tapi jelas Heutsz tak suka membuang waktunya.

Heutsz mulai bertanya tentang apa saja yang sudah Gongyoo dan Jihyun lakukan selama berada di sini--dengan tanggung jawab besar yang sengaja diberikan lantaran mereka yang memilih untuk bersama. Dijawab dengan tegas seolah bukan bicara pada orang tua dan mertua. 

Jadi di sana Hongjoong memperhatikan, mengamati dengan lekat.

Hingga setelah menit demi menit berlalu, mulai menuju padanya.

"Rastafara." panggil Heutsz, dengan nama tengahnya, yang Hongjoong tak mengerti mengapa.

Sudah jarang digunakan, Hongjoong berharap kosakatanya dalam Bahasa Belandanya masih baik-baik saja. Karena Hongjoong yakin bukan bahasa sehari-hari untuk apapun yang hendak ditanyakan padanya.

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang