Octagon 3 - 707 : Trauma dan Karma Pt. 1

184 22 16
                                    

"Kenapa lo gak tidur?"

Sebelum melirik sumber suara, Hongjoong lebih dahulu membawa tatapannya ke arah waktu di layar laptopnya, yang menunjukkan pukul 3 pagi, memasuki hari Senin itu. Sejujurnya Hongjoong tak sadar, waktu berlalu sudah tiga jam, dari pertama kali dirinya berpindah ke ruangan tengah santai di lantai dua tersebut. Hongjoong mengangkat wajah untuk menatapnya, dari San, yang baru datang dari lantai satu.

Memang di malam itu, San menggunakan kamar di bawah, bersama Wooyoung. 

Alasannya? San ingin memberikan kamar yang kemari dihuninya untuk Soobin dan Mingi, agar sosok itu lebih nyaman berada di lantai dua. Sehingga San bergabung dengan penghuni lain di kamar bawah, yang tak lain adalah Younghoon bersama Juyeon, juga Seonghwa bersama Yunho yang menggunakan kamar yang sebelumnya dihuni Yeosang serta Mingi.

Hongjoong tersenyum tipis, melepas kacamatanya di tengah kegelapan yang samar--dikarenakan kaca jendela besar di ruangan itu dirinya buka pada gorden tebalnya. Hongjoong membalas pertanyaannya dengan tipis di sana. "Lo ngapain ke atas kalau gitu?"

"Cuma mau ngecek keadaan."

Tentu itu bukan jawaban yang jelas, membuat Hongjoong menaikan satu alisnya.

Untuk itu, San berjalan mendekat terlebih dahulu, dan mendudukkan diri secara hati-hati di sampingnya. "Mau ngobrol sama lo."

"Oke." Hongjoong menutup laptopnya tanpa ragu. "Cuma, kenapa lo tau, gue belum tidur?"

"Tadi gak sengaja dengar lo kena omel Sohee, karena gak minta tolong dia buat buatin itu." San menunjuk samar pada gelas berisi minuman hangat di atas meja, dan kembali padanya. "Sekitar 20 menit lalu. Terus gue bergelut dengan pikiran gue, haruskah gue ke atas atau gak, dan saat gue mau lakuin itu, gue dengar Seonghwa lagi nangis di kamarnya."

Jelas Hongjoong bereaksi.

Tapi San langsung mengedik padanya. "Lo udah nyerahin Seonghwa ke Yunho. Lo gak perlu tau detail. Cuma sebatas jurnal kalian, atau kabar dari orang lain--udah."

"Gue benci untuk akui yang lo bilang benar." Hongjoong perlahan menaruh laptopnya dari atas paha, ke atas meja. Lalu tatapannya melunak--menjadi pasrah--sebenarnya. "Dan, untuk setuju bahwa yang lo bilang benar, beberapa waktu lalu. Di pembicaraan kita di sini."

Dengan sinis San menjawab, "gue tau gue benar. Tapi gue datang juga untuk minta maaf, Hongjoong. Gue masih gak nyaman buat rasain ini, tapi gue tau kalau lo lagi kesulitan."

Hongjoong hanya mengulum bibir bawahnya, mencoba tersenyum. "Gak kok, gue cuma lagi fokus lihat perkembangan kasus. Gue harus tau keadaan, karena gak nutup kemungkinan orang lingkaran dalam bakal balas. Dan mungkin dalam beberapa hitungan hari, gue bakal dipanggil untuk tanggung jawab, atau untuk... rasain kemenangan gue."

"Kemenangan apa? Dari ngehancurin hidup orang-orang?"

Tak disangka, Hongjoong mengangguk dalam senyuman. "Memang apa jawabannya, San? Gue penjajah--lo benar. Dari sekian banyak cara yang gue lewatin, cuma buat kalian, gue sekarang sadar ini cara terbaik. Dan semua cara terbaik yang dimaksud adalah, untuk kita sendiri, bukan untuk orang lain. Jadi, ya, San. Gue menjajah lingkaran dalam, dan ini bukan pertanyaan tentang apa gue kasihan atau gak sama mereka."

Di titik itu, San dibuat bungkam seketika.

Dari cara Hongjoong bicara, hanya dalam satu tarikan napas membuatnya tahu, tekanannya begitu penuh, pun nyata.

Hongjoong pun tersenyum, seraya menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa. "Pagi nanti gue mau luangin waktu ke rumah sakit. Semoga, dokter gue punya waktu sedikit, untuk gue."

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang