Octagon 3 - 767 : Senyap Lenyap Pt. 4

189 20 1
                                    

Begitu menemukannya, Juyeon segera merapat pada Jisoo yang sampai terkesiap karena baru saja di detik sebelumnya menyesap minumannya sampai habis. Tubuhnya sedikit terlonjak dan beruntung, leher gelasnya dipegang erat, sehingga tak ada acara menjatuhkan gelas ke tanah untuk membuat perhatian tertuju padanya.

Walau begitu, Jisoo tetap membelalakan mata.

Sedangkan Juyeon mengumpat, kesal akan perihal. "Kakak kamu mana?"

"Lagi bicara--entah." jawab Jisoo pelan, sebelum melanjutkannya dengan ringisan. "Nanti dimarahi agensi loh."

"Justru karena kita satu agensi, jadi kalau dekat seharusnya gak masalah?" tanya Juyeon, berdiri di sampingnya sembari memasukan kedua tangannya ke dalam saku.

Jisoo hendak protes tapi tak jadi. Yang dilakukanya hanya memberikan gelas kosongnya pada Juyeon, di mana sosok itu menerima tapi tak sadar dengan isinya.

Di sana Juyeon tengah membaca sekitar, mengangkat gelas sampai mulutnya untuk meminum, dan barulah sadar bahwa isinya kosong. Juyeon melirik Jisoo agak datar.

Sedangkan Jisoo tak merasa bersalah akan itu. "Aku cuma minta pegangi?"

"Oh." Juyeon diam sebentar, menurunkan gelasnya kembali, lalu menoleh ke arah kekasihnya dengan lebih menghadap. "Jadi menurutmu gimana, kak?"

"Tentang yang kamu bilang ke aku?" balas Jisoo, yang mulai menaruh perhatian lebih fokus pada Juyeon dari pada sekitarnya.

Juyeon mengiyakan dengan anggukan, "ya. Aku gak bermaksud membebani dia, tapi memang itu semua bebannya, 'kan?"

"Jahat~" goda Jisoo.

Segera Juyeon mengubah ekpresi secara datar lagi.

Dan Jisoo sudah sangat terbiasa untuk menjahilinya seperti itu. "Kak Hongseok juga gitu kok, walau gak akan bisa dibandingin, soalnya dia masih waras gak tiba-tiba ngambil banyak tanggungan."

"Memang yang gue agak gak masuk akal aja." Juyeon menggerutu.

Sampai kemudian secara samar, Jisoo menyentuh paha Juyeon, sampai mereka bertatapan kembali. Senyumannya lembut, sangat menenangkan seperti dia yang biasanya, hingga ucapannya terdengar setelah itu. "Kamu bisa kok, buat besok. Aku bakal terus dukung semua yang kamu ingin lakuin, atau ingin kamu capai. Sekalipun..."

"Sekalipun kita berbeda jauh?"

Jisoo tahu bahwa Juyeon akan menyinggungnya kembali. Satu topik paling utama yang pernah Juyeon sampaikan pada Jisoo, di mana dirinya juga terkejut akan cara pandangnya. Walau begitu, Jisoo sangat paham akan ketakutannya. "Gak ada keluarga yang sempurna, sayang."

Seharusnya Juyeon protes atas panggilan tersebut di muka umum, namun di sana dirinya sangat ingin mendengarnya. "Masalahnya--"

"Semua cuma sedang mencoba bertahan diri--bertahan hidup." Jisoo langsung memotong, sudah hapal betul akan keresahannya yang sempat disembunyikan. Secara hati-hati Jisoo mengubah sentuhannya pada Juyeon ke punggung bawah, berniat menenangkan. "Keluarga besarku juga ternoda. Kamu tau sendiri, kakak dan ayahnya Soobin bagaimana."

"Aku malu." balas Juyeon, terdengar tercicit.

Jisoo menggelengkan kepalanya tak setuju. "Berhenti malu karena apa yang pernah dilakukan kakak kamu."

"Tapi--"

"Suatu hari nanti, kamu bakal tau, bahwa menanggung malu mereka lebih baik dari pada menanggung kematian mereka."

Juyeon tak punya tenaga atau keinginan untuk membalas, karena untuk kematian, dirinya dan keluarga sudah pernah merasakannya dari kakak tertuanya. Walau memang Juyeon bisa memahami apa yang terjadi beberapa bulan lalu, di mana Jisoo sendiri tersiksa atas kematian palsu dari Soobin, yang tak diketahuinya waktu itu.

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang