Octagon 3 - 708 : Trauma dan Karma Pt. 2

172 21 44
                                    

Ketika tangannya bergerak dan tak menemukan apapun di sampingnya, Soobin refleks membuka matanya, dengan keadaan jantungnya seperti jatuh sampai ke lambungnya. Napasnya mendadak tercekat, begitu dirinya memutar kepala, dan dari dua detik pertama tak menemukan sosok yang diyakininya tidur bersamanya semalam. Sampai ketika Soobin berbalik seraya terduduk, barulah dirinya sadar bahwa Mingi sudah berada di sana, dalam keadaan duduk di tepian, dan tersenyum padanya.

"Morning."

Soobin tak tahu sekarang jam berapa, tapi terbangun untuk melihatnya adalah sesuatu yang diinginkanya. Soobin tak pernah mau, membuka mata, tanpa ada siapapun lagi di sekitarnya.

"Apa gue nakutin lo?"

"Ya." Soobin tak menutupinya sama sekali. Dikarenakan napasnya sempat tercekat, kini dirinya sedikit terengah. "Ya, jujur. Jangan kayak gini."

Sedikit Mingi tersenyum, sebelum mendesahkan napasnya pelan. "Gimana, ya... gue juga ngejar buat bangun lebih dulu, karena gue gak mau saat gue buka mata... lo gak ada."

Soobin mengusap wajahnya perlahan, berakhir dengan remasan di rambutnya.

Tak tega dengan itu, Mingi mendekat untuk menyentuhnya. "Hei, gue di sini. Gue gak akan ke mana-mana."

"Perasaan takut gue lebih besar ada di hari ini, dari pada saat gue di rumah, padahal gak ada lo di sekitar." Soobin menjelaskan secara rapuh, pun dengan ringisan pelan. "Gue takut. Benar-benar takut bangun dan lo gak ada di sini."

Hal itu membuat Mingi mengangguk tipis karenanya. "Tenang aja, gue gak akan kuliah hari ini. Cuma, gue harus ke Checkmate siang nanti. Jadi mungkin gue harus ninggalin lo sebentar, tapi setelahnya, gue temani lo lagi."

"Lo gak perlu lakuin itu..." Soobin merasa tak enak untuknya. "Hidup lo masih berlanjut. Hidup gue mungkin bakal seterusnya di sini. Kuliah aja, gak apa-apa, Kak."

Ada panggilan terakhir di belakang kalimatnya, yang membuat Mingi tak bisa menahan senyumannya. "Kak... gue kangen banget lo manggil gue pakai sebutan itu."

"Ya, Kak, tolong kuliah aja. Gak apa-apa." Kekehan Soobin pun lepas darinya. Perlahan, Soobin menurunkan tangannya dari rambut, untuk menyentuh Mingi di pahanya. Soobin mencoba memantapkan Mingi pada urusannya. "Gue di sini aja, nemenin Nagyung. Sekalipun Nagyung kuliah, gue bisa nemenin Kak Hongjoong. Atau kalau gak ada siapapun, gue bakal ada di sini. Gue gak akan ke mana-mana, selain nunggu kabar nyokap karena... beliau mau ketemu orang media hari ini."

"Lo bakal pantengin berita?"

"Tentu aja." jawab Soobin dalam pahit. "Seenggaknya, dengan ada banyaknya kasus yang sampai sekarang belum reda, kasus tentang keluarga gue pasti gak akan jadi pusat fokus. Yang paling seru tentang korupsi dan penjualan ginjal ilegal di pemerintahan, 'kan? Nyokapnya Kak Hongjoong jujur ngeri banget, ngebantai lingkaran dalam, padahal gue yakin, orang-orangnya nyokapnya Kak Hongjoong juga pasti ada yang bergelung di sana."

Mingi memperhatikanya dalam diam, sebelum merapat untuk mendadak memeluknya.

Di sana Soobin tak mengerti, walau perlahan membalas pelukannya. "Gue gak apa-apa, loh."

"Gue temani buat lihat berita. Pasti berat."

"Gak apa-apa, Kak. Serius."

Namun Mingi menggeleng, mengeratkan pelukannya. "Gue punya waktu sampai sekitar jam 11. Tadi gue tanya ke Kak Sohee, katanya Hongjoong juga mau keluar dulu jam 8 nanti. Di sisi lain, nanti berangkat bareng Yunho karena katanya lagi gak ada kelas--dipindah hari."

"Berarti tadi lo keluar dari kamar buat ninggalin gue?" tanya Soobin, sedikit mengalihkan.

Mingi tertawa kecil meminta maaf. "Maaf, gue harus. Tadi gue cuma mau baca keadaan rumah aja, dan mastiin siapa yang udah bangun."

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang