Octagon 3 - 622 : 16 Pt. 4

194 25 19
                                    

Hongjoong sibuk dengan panggilannya, di area dapur, bersandar pada meja makan, sembari sesekali memperhatikan lurus ke arah ruang tengah. 

Dikarenakan, Yunho duduk di sana, masih tak bisa percaya bahwa sosok yang duduk menghadapnya, di sofa lain, adalah seseorang yang dikatakan sudah pergi dari dunia ini beberapa bulan lalu. Kini, dibantah langsung oleh kedua pengelihatan Yunho, yang dirinya sangat yakini masih sehat adanya, bahwa ia benar-benar nyata, tengah berbicara dengannya.

Walau begitu canggung, nan kaku.

Hanya saja Yunho benar-benar mengeraskan rahang, sampai membuatnya berani untuk membuka pembicaraan lagi. "Jadi sekiranya... Hongjoong tau dari kapan?"

"Udah cukup lama, tapi gue gak benar-benar ingat tepatnya." Soobin menjawab. Bicara dengan Yunho tak membuatnya merasa sebebas dengan Hongjoong. Mungkin Soobin hanya perlu membiasakan diri. "Dan Kak Hongjoong pun tau dari pihaknya, bukan dari pihak gue yang ngasih tau. So... gue juga cukup terkejut di hari itu, sekaligus... sangat bahagia, karena akhirnya ada yang tau gue masih hidup."

Yunho masih kesulitan untuk menerimanya. "Terus... yang dimakamin siapa? Lo gak tau?"

"Gak." Soobin menggelengkan kepala. "Gue juga gak sadar beberapa hari, Kak. Baru ditusuk, langsung dibawa perjalanan jauh. Yang gue tau, gue gak ada di pulau ini."

"Dan akhirnya bisa balik lagi ke sini...?"

"Terlalu panjang." Soobin enggan menjawabnya.

Beruntung Yunho menerima, sebelum meringis, merasa ngeri sendiri. "Gue merinding, Soobin. Jujur. Jantung gue sakit banget waktu lihat lo tadi."

"Senang dengarnya." Soobin justru tak bisa menahan senyuman bahagianya.

Dan hal itu cukup menggerakan hati Yunho, untuk ikut tersenyum tipis. "Uhm, glad you here. Sehat, sekarang. Jadi siapa lagi yang sekiranya tau?"

"Keluarga besar." jawab Soobin. "Kak Hongseok dan Kak Jisoo termasuk."

Yunho mengernyit, "kemungkinan Juyeon udah tau atau belum?"

"Dari pihak kita, lo yang pertama." Hongjoong, telah menyelesaikan panggilan, dan kemudian mendekat untuk ikut masuk ke dalam pembicaraan.

Yang didengar oleh Yunho--yang menoleh karena posisinya duduk membelakangi arah dapur--dan lupa akan pertikaian mereka sebelumnya, karena dirinya kembali bertanya pada Hongjoong untuk mendapatkan hal lebih jelas. "Terus Mingi gimana?"

Soobin mendadak mengatupkan bibirnya rapat.

Hongjoong mendudukkan dirinya di lengan sofa yang Yunho duduki, menatapnya sesaat, kemudian teralih pada Soobin, untuk meyakinkannya satu hal. "Udah siap, 'kan, ketemu Mingi?"

"Kak, jujur gue masih takut..." jawab Soobin dalam rintihan.

Jawabannya bisa membuat Yunho memahaminya. "Well, Hongjoong, sekarang gue paham kenapa lo pinjam apartemen gue, tapi, bisa lo pastiin dulu, kalau Mingi lagi dalam keadaan baik-baik aja buat nerima informasi ini?"

"Mingi lagi baik-baik aja kok." Hongjoong menjawab, sesuai yang dirinya ketahui. "Seharian lagi main sama Jongho dan Tesseract, di Wild Card."

"Jongho?"

Hongjoong dan Yunho refleks melirik, sadar bahwa kemungkinan Soobin tak tahu bahwa temannya itu kini sudah debut dan menjadi seorang penyanyi di bawah agensi. 

Namun saat itu Yunho agak meremas lengan Hongjoong, menariknya sedikit merendah, untuk berbisik padanya--tak ingin Soobin mendengarnya. "Kenapa Mingi bisa sama Tesseract? Ada Baejin dong?"

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang