Octagon 3- 727 : Mengarak Kematian Pt. 7

157 25 18
                                    

"San--haa..."

Belum sekitar dua jam mereka menghabiskan waktu diantara keramaian, San dan Wooyoung berakhir di dalam mobil, di kursi belakang berdua setelah satu dari mereka mengeluh ingin duduk dahulu sembari memakan permen kapasnya. Namun entah bagaimana, Wooyoung sudah berada di atas tubuh San--dalam posisi duduk, dengan sosok di pangkuan yang memunggungi. Wooyoung hanya menekan kepalanya pada belakang jok kemudi, meremas setiap kali San mendorong bagian tubuhnya sangat dalam, sampai membuatnya nyaris meloloskan desahan yang mungkin bisa membuat siapapun di luar mobil mendengar.

Walau, ya, sekiranya di sekitar mobil mereka tengah tak ada siapapun--siapa yang mau memarkir di dekat mereka? Semuanya penuh.

San sendiri berusaha untuk tak membuat pergerakan kentara terlihat dari luar. Justru, ya, San tak bergerak--hanya sedikit menekan sesekali--lantaran yang dirinya gerakkan adalah tubuh Wooyoung. San meremas pinggangnya, untuk membantu menaik-turunkan tubuhnya, untuk memuaskan diri pun sang kekasih.

Hingga tak lama dari itu, San sampai pada pelepasannya, menyembur di dalam tubuh Wooyoung yang berusaha menarik diri tapi ditahan. Selagi Wooyoung tengah kesulitan, dari tubuhnya yang gemetaran, meremas dan mencoba mengumpulkan semburan dari air maninya sendiri dalam genggaman, agar tak mengotori apapun.

Tubuh Wooyoung meringkuk di pangkuan San yang terengah, bersandar pada jok belakangnya.

Sehingga secara mudah, San menarik Wooyoung di perut, untuk ikut bersandar juga pada dadanya--bertemu dengan punggung basah tersebut--sambil mencoba menunggunya lepas seluruhnya dari sisa orgasme yang membuat tubuhnya gemetar.

"San... hh, bodoh..."

"Bodoh apa?" San tersenyum untuk menegcup tengkuk, pun leher Wooyoung. San memeluk tubuhnya erat, menyamankan dirinya seraya memejamkan mata sejenak. "Padahal pertunjukkan air mancur belum dimulai. Kembang api juga. Masa kita sudah harus pulang?"

Walau terengah, Wooyoung segera melirik dalam keadaan tak setuju. "Gak mau, ya? Aku ngajak... hh, ke sini, hhh... buat main. Gak mau pulang sekarang, Sansan..."

Secara iseng, San menggigit bahu Wooyoung lalu mengangguk. Dari posisinya, berusaha menatap Wooyoung untuk mengiyakannya. "Oke. Kamu yang minta ke mobil, loh, tadi? Aku cuma ngikutin--"

"Kamu yang bawa semuanya ke arah sini!" Wooyoung membalas dengan jengkel, sebelum mengeraskan rahang. Ada sesuatu untuk disampaikan tapi dirinya merasa malu. "Ka-kamu keluar di dalam, ka-kayaknya banyak banget. Sekarang gimana caranya... keluar? Toilet juga ja-jauh..."

"Sini aku hisap--"

Wooyoung refleks memukul wajahnya dengan bahunya. "Sansan!"

"Ya gimana?" Sedikit menyengat, tapi San terkekeh. "Ada tisu buat diseka, tapi aku gak rekomendasiin itu."

Dari posisinya--yang mulai bisa mendudukkan diri secara lurus--Wooyoung menoleh dengan datar.

San mengedik, santai. "Tahan dong. Atau kalau luber keluar juga gak apa-apa. Biar semua orang tau, kalau aku baru selesai nandain kamu."

"Aku kesal banget..." Wooyoung menggertak giginya secara emosi. Masih dengan bagaimana kedua genggamannya penuh dengan cairan kental miliknya sendiri, Wooyoung bergerak sangat resah. "Kenapa keluar di dalam, sih? Kalau keluar di mulut aku, kita gak perlu ribet, dan--"

"Ya udah, sini aku hisap."

Dengan kesal, Wooyoung berdecak dan memilih untuk mencondongkan tubuhnya, membuat tautan antar tubuh mereka terlepas. 

Jelas, San mendesah kecewa.

Namun Wooyoung dengan cepat mengambil lembaran tisu cukup banyak dari depan, untuk mengelap tangannya. Setelahnya, Wooyoung hendak menyeka bagian belakangnya, tetapi San telah mendorongnya untuk menungging, sampai ke bagian depan jok.

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang