Octagon 3 - 654 : Pertunjukan Besar Pt. 4

208 23 20
                                    

"We don't know either."

Jawaban yang tak diharapkan.

Taeyang menarik napasnya perlahan, mencoba untuk mengendalikan dirinya, dalam keadaan baik-baik saja. Walau tentu tak baik-baik saja. Selain harus mengendalikan apapun selagi Hongjoong tak ada, dirinya juga dibawa panik sendiri atas segala hal yang menimpa keluarganya. Setelah kematian dari Ibu Eunwoo, tentu saja, Taeyang tak akan membiarkan saudaranya direnggut juga.

Jadi Taeyang yang butuh bantuan, mengajak Juyeon pergi untuk menemui seseorang.

Changkyun, yang menghela napasnya sedikit kasar di posisinya berdiri, menatap Juyeon dan Taeyang yang duduk di ruang meeting bersamanya. Changkyun tak benar-benar memiliki ruangan khusus--karena dirinya bekerja bukan di bawah atau koneksi lingkaran dalam--tapi Woobin membiarkannya menggunakan ruangan itu dalam keadaan mendesak. Dan di sanalah mereka, setelah Taeyang dan Juyeon datang, karena Changkyun adalah salah satu ketua yang mereka pernah berada di bawah jabatannya.

Di titik itu, Taeyang tampak begitu penuh.

Sedangkan Juyeon begitu tertekan--entah tepatnya karena apa.

Sampai Changkyun berdecak, sebelum melihat ke arah Taeyang tepatnya. "Sebagai anak Ketua 25, apa aja yang lo tau tentang keadaan sekarang?"

Taeyang terkesiap, tak menyangka Changkyun akan menanyakannya.

Juyeon sendiri ikut menoleh padanya, menunggu.

Sebenarnya Dongwook tak mengatakan apapun, perihal haruskah ia sembunyikan atau tidak atas yang diberitahu. Namun Taeyang berpikir, bahwa keadaan pasti sudah kacau, dan mereka harus bertukar informasi. Tujuan Taeyang datang pun, karena dirinya butuh bergerak bersama pada alumni termuda untuk itu. "Dua atau tiga Pencetus ingin menghabisi seluruh keturunan budak, dan para budak yang menjadi pasangan. Padahal awalnya aturan baru bukan seperti itu. Aturan baru mengatakan, para anak budak akan menjadi budak pengganti jika pasangan anggota atau ketua mati. Keuntungan untuk ketua hanya berada di mereka memiliki hak untuk memilih, anak akan diserahkan menjadi budak atau tidak."

Jelas Changkyun dan Juyeon terkejut untuk itu.

Taeyang menelan ludahnya dalam rasa sakit, yang dirinya simpan secara dalam. "Ibu dari adik gue udah dibunuh--sekarang mereka incar Eunwoo. Gue rasa keputusan ini gak disetujui, tapi mereka gerak sendiri."

"There is no way..." Changkyun menggelengkan kepala mendengarnya, sebelum mendekat, dari posisinya berdiri. "Gak mungkin. Anggota atas lain dapat masalah dari--"

"Mereka buat timingnya sama--entah kerja sama atau gak." Taeyang memotong Changkyun, bukan karena tak sopan, tapi tertekan. "Informasi tentang pembunuhan Ibu dari Eunwoo sendiri sudah dipegang bokap gue sejak beberapa minggu lalu, dan semua itu berkat bokapnya Hongjoong. Kalau gak, bokap gue gak akan bisa lihat, karena bokap juga kena setir di fokus lainnya. Bokap gak bisa lihat."

Sontak Juyeon mengatupkan bibirnya menyadari sesuatu.

Selagi Changkyun mengernyit, menemukan keganjilan. "Kenapa bokapnya Hongjoong bisa gerak lebih dulu untuk masalah nyokap dari adik lo?"

"Gue lebih pengen kita fokus ke satu masalah ini." Taeyang menekan meja dengan satu telunjuknya. "Selagi ada pembantaian di atas, para pencetus malah sibuk bunuh-bunuhin anak budak, atau budak itu sendiri. Gue gak paham--benar-benar gak paham. Pernikahan dengan budak ini udah berlangsung selama puluhan tahun, kenapa pemberontakannya baru sekarang?"

Changkyun ikut memikirkannya.

Saat Juyeon melontarkan pemikirannya. "Kenapa... pemberontakannya harus di masa kepemimpinan 50?"

OCTAGON 3: THE INNER CIRCLE PT. 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang