34 - Bahan Gosip

34 3 2
                                    

Di hari berikutnya, Aurora sengaja menunggu Luan berangkat ke kantor terlebih dahulu sebelum bersiap-siap. Entah kenapa intuisinya mengatakan agar jangan tampil seperti biasanya agar tidak ada yang menyadari keberadaannya, maka ia sengaja tidak berdandan cantik. Aurora hanya mencepol rambut lalu menutupinya dengan topi, juga kaca mata hitam. Cardigan dan dalaman polos dipadan dengan jeans dan sneakers. Semoga tidak ada yang mengenali Aurora dengan dandanan seperti ini.

Begitu tiba di Summer Sky Tower, ia bingung sendiri harus dari mana memulai penyelidikan. Langsung ke kantor Tamawijaya Golden? Bagaimana jika dicegat resepsionis?

Aurora melirik arloji di pergelangannya. Sudah jam makan siang.

Mending gue makan dulu deh, biar bisa mikir. Kenapa nggak dari awal mikir dulu gimana strateginya, baru kemari. Kebiasaan! Aurora merutuki dirinya sendiri dalam hati.

Maka ia pun menuju lantai tiga di mana terdapat kantin untuk para karyawan. Sebenarnya Aurora agak malas makan sendirian di kantin, di tengah orang-orang yang kebanyakan bergerombol. Tapi ia tidak memiliki ide lain.

Ada segerombol karyawati tengah makan siang bersama sembari asyik mengobrol di ujung sana. Aurora mengenali beberapa wajah dari antara mereka sebagai karyawati kantor Tamawijaya Golden.

Eh. Mereka itu stafnya Luan, kan? Gue duduk di dekat sana aja ah, ujarnya dalam hati sembari membawa nampan berisi makan siangnya.

Belum juga Aurora sampai di tempat yang diinginkan, obrolan menjurus gosip terdengar olehnya dari kawanan karyawati itu.

"Aduhh, gue mah nggak kayak si Inka yahh, yang beraninya deketin bos."

"Eh dia tuh fenomenal loh di divisi gue! Pada ngomongin!"

"Ya sama. Di tempat gue juga."

"Jadi beneran, dia selingkuh sama bos?"

"Menurut ngana?"

"Masa iya sih? Inka itu kan keliatannya manis polos gitu ... dan lagi udah nikah! Masa bisa-bisanya ...?"

"Eh, jangan ketipu sama cover, Say! Hari gini, orang boleh tampil polos innocent lugu suci ... nggak tahunya, pelakor. Kayak si Inka itu."

"Iya sih. Emangnya lu nggak pernah denger ada gosip Inka sering banget meeting privat sama bos? Meeting. Privat. Berdua aja. Di luar kantor. Gimana yaa? Otak gue traveling kemana-mana. Pasti boci deh di hotel."

"Boci? Bobo ciang?"

"Abis lunchie terus bochie ... kelonan."

"Eh, nggak lama melendung tuh perut."

"Ih, itu sumpah ya ... gue harap itu emang anak suaminya. Jangan sampe itu anaknya si bos. Parah gila!"

"Lu udah nengokin si Inka? Dah lihat bayinya?"

"Gue sih udahh. Tapi bayinya mirip si Inka, sih. Gue juga ketemu sama lakinya .... Kelihatan yang happy banget gitu. Gue kasihan aja kalau sampe tuh lakinya tahu kalau Inka digosipin ada something sama bos kita .... Wihh. Pasti seru tuh."

"Yah. Sayang yah kalo mirip Inka. Kirain gitu, mirip si pak bos. Kan ghibahan kita jadi makin berbobot, hihihihi."

"Puas-puasin nih ghibah si Inka mumpung orangnya masih cuti."

"Anaknya laki apa cewek sih?"

"Laki."

"Si Inka lahiran kapan sih? Dua minggu lalu bukan yah? Pas gue lagi cuti."

"Ada yang minat nggak, ambil sampel rambut tuh bayi terus ambil rambut pak bos juga buat dicocokin."

"Yaelaah! Niat amat lu!"

I Hate You, HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang