Pada Tiap Alasan Untuk Bersikap Keras Kepala #56

168 20 3
                                    

Untuk kali ini, Ghea benar-benar tidak tahu apa yang harus dirinya lakukan kala mengetahui bahwa Fairel sebagai anak dari Ainun, benar-benar tidak mau satu meter pun jauh darinya.

Sejak Ghea berkenalan dan mulai melempar canda gurau pada balita umur lima tahun itu, Fairel bersikeras ingin bersama dirinya, hingga di titik Ainun merasa posisinya sebagai seorang ibu kandung mulai terancam.

Ghea senang mengetahui ada anak kecil yang menyukainya, sejak mengerti bahwa dari dulu dirinya memang tak begitu ahli pedekate dengan anak-anak. Namun tidak membuat Fairel ngambek dan enggan berangkat ke sekolah jika bukan Ghea yang mengantarkan juga kali.

Dan kini, dengan mengamati bagaimana pundung dan kesurupan diri Fairel di depan rumah, membuat Ghea terdiam kalang kabut. Mana seragam TK laki-laki kecil itu yang tadinya sudah nampak rapi, kini kembali kusut dan acak-acakan tak karuan.

Sudah beragam cara Ainun dan Hendri sebagai sang suami coba untuk meluluhkan hati anaknya, namun Fairel tetap bersikukuh untuk terus bergelayut pada diri Ghea. 

Yudhi yang tadinya sudah bersiap untuk berangkat kerja, dibuat tak habis pikir melihati adegan drama yang tersaji pagi-pagi seperti ini. Padahal diri keponakannya itu cebok saja masih belum bisa, tapi sudah tahu dan kepincut sama yang bening-bening. Dasar!

"Iyel, berangkat sekolahki. Ya? Sama mamah ayok—"

"Ndak mauuuu!" lempar Fairel pada topi yang baru saja Ainun pakaikan ke sembarang arah.

"Kok ndak mau? Biar Fairel pinter. Sama papah ayok berangkat? Kita naik mobil—"

"Ndak mau haaaa!" jurus sembur naga laki-laki kecil itu benar-benar seperti anak demit.

"Ini seragam kamu nanti lecek, Iyel aduhhh—" coba lepas Ainun pada tangan Fairel yang menarik-narik dan mencengkram jilbabnya.

"Mau sama pung berangkat sekolah? Ayo," ajak Yudhi mencoba kesempatan dengan Fairel yang tetap menangis berat.

"Ndak mauuu, sama Kak Gheaaaa!" rentang tangan Fairel meminta peluk dengan Ainun yang menoleh padanya, membuat Ghea mau tak mau berjalan menghampiri dan memenuhi permintaan fans kecilnya.

Ainun yang baru kali ini melihati anaknya hanya ingin dekat dengan orang yang padahal baru dikenalnya semalam, mulai menyesal telah mengenalkan sosok gadis yang selalu Fairel lihat di yutub.

Tentu saja anaknya itu bisa se-bucin ini dengan Ghea karena sering memutar lagu-lagu yang Ghea nyanyikan. Secara otomatis ketika Fairel bisa melihati secara langsung orang yang hanya bisa dirinya lihat dari layar, membuat anaknya benar-benar seperti terbudakkan oleh asmara.

"Utututu, jangan nangis. Fairel sekarang sekolah dulu ya?" ikut berjongkok Ghea dan membiarkan anak kecil itu berpasrah diri padanya.

"Ndak mau!"

"Kok ndak mau?" lirik Ghea pada Ainun yang menatapnya heran.

Kalau boleh jujur, Ghea tidak pernah pintar dalam hal ini. Dirinya berusaha mencari bantuan pada sang ibu kandung.

"Masih mau main sama Kak Gege," ucap Fairel pada panggilan khusus untuk dirinya.

"Kan kita berdua udah sama-sama main tadi malem. Sekarang Fairel sekolah dulu aja, biar pinter, belajar menabung, nanti bisa jadi anak yang berbakti sama nusa dan bangsa. Nanti Fairel kalo udah pulang sekolah, kita bisa main lagi."

"Mau main sekarang."

"Fairel udah janji tadi malem loh, mau tidur terus besoknya sekolah. Nanti kita bisa main lagi kok, Kak Gege sama Fairel. Yah? Sekarang Fairel sekolah dulu. Janji nanti Kak Gege jemput Fairel di sekolah. Yah? Janji dulu dong. Atau Fairel mau berangkat dianter sama Kak Gege sekarang?" coba Ghea mentautkan kedua kelingking mereka.

Jatuh Hati, Aparatur Sipil NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang