Long Distance Marriage #46

188 15 2
                                    

Setengah hari tak melihati putri semata wayangnya, Bu Saputro berusaha menilik hingga mendapati bagaimana Fina masih berkutat dengan segala keperluan dapur dan tetek bengeknya.

Memang rumah ini dan segala isinya juga terhitung masih Fina miliki, namun sadar diri bahwa ia sudah menjadi wanita dewasa seutuhnya dan masih menjadi seorang istri yang sudah memiliki rumah sendiri, Fina merasa sungkan jika tak memiliki kontribusi meskipun sekedar memasak makanan untuk kedua orang tuanya.

Fina cukup bersyukur bahwa dirinya hidup dan besar tanpa bantuan seorang asisten rumah tangga, dengan terbiasa melihat dan membantu ibunya, setidaknya Fina memiliki kemampuan selayaknya menghidangkan makanan dengan resep menarik yang baru saja dirinya temukan di salah satu akun Instagram.

Yah meskipun bentuknya beda, namun tumis seafood dalam wajannya cukup menarik untuk bisa dinikmati kok. Setidaknya itu yang selalu Fina yakini ketika memasak untuk diri Rifan.

Laki-laki itu akan selalu mengatakan masakannya enak, meskipun Fina tahu bahwa Rifan hanya sekedar berbasa-basi tak ingin mengecilkan hatinya. Benar juga, ia masih menjadi istri dari laki-laki itu.

Fina tak menyesal atau kecewa telah membuat sidang perceraian mereka tertunda, dan Fina benar meyakini apa yang dirinya tulis dalam surat untuk tak melepaskan diri Rifan sebegitu mudahnya. 

Tak apa, meski Rifan tetap bersikeras untuk melepas dirinya, setidaknya biarkan Fina memiliki waktu merasa terbiasa tanpa kehadiran diri Rifan terlebih dahulu.

Lantas, bagaimana kabar laki-laki itu sekarang ya? Ingin hati Fina sekedar mencari tahu, namun dirinya meyakini tak mampu menahan genderang rasa cemburu jika Rifan memang sedang bahagia bersama siapapun perempuan yang menjadi pilihannya, termasuk jika itu dengan Sherin.

Sialan, membayangkan diri mereka berdua saling tertawa bahagia disana sedangkan diri Fina meratapi nasib dan penyesalan sendiri, mengundang rasa sakit tertentu yang tak dapat dirinya jabarkan.

Jessss! Suara masakannya yang mulai gosong, membuat Fina tersadar dari lamunan sontak mematikan api dan refleks menuangkan beberapa tetes air dengan asap mengepul dari wajan.

"Kenapa sih bisa sampe gosong gitu, Fina? Mikirin Rifan lagi ya?" celetuk Bu Saputro sontak membuat Fina yang menggaruk samping kepalanya frustasi menoleh cepat.

"Mamah... ngapain disitu? Gak bantuin tadi masakannya gosong loh."

"Gapapa, walaupun gosong juga masakan kamu jauh lebih enak dari masakan mama," pujinya menghampiri dengan menatap lekat.

"Mama tuh masiiiih aja merendah. Jelas-jelas yang ngajarin aku masak dulu kan mamah juga, masa murid ngalahin gurunya."

"Serius loh, masakan kamu lebih enak. Buktinya dari kemarin papah kamu itu makaaannn mulu, nambahhh mulu. Itu tandanya masakan kamu jauh lebih enak."

"Makasih loh mah, jadi senang dipuji sama chef andalan."

"Hahah chef abal-abal yang ada, terus tadi kenapa? Masih mikirin Rifan ya?"

Sampai pada titik ini, Fina merasa kemampuan otaknya untuk menjawab pertanyaan sesederhana itu menguap begitu saja.

Ingin menjawab tidak, tapi Fina berbohong pada mamahnya dan dirinya sendiri. Ingin menjawab iya pun, akan sampai kapan Fina merasa dunianya akan terus berputar mengenai diri laki-laki yang jelas-jelas masih ingin berpisah darinya.

"Gak kok, tadi berusaha inget-inget resep dan cara masak makanan ini," pilih Fina untuk berbohong.

"Yang bener? Lagian kenapa harus diinget-inget, kan hape kamu dari tadi juga masih ada di tangan."

Jatuh Hati, Aparatur Sipil NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang