Dia Yang Selama Ini Ada Di Samping #34

151 16 2
                                    

5 tahun lalu.

Mencoba melenggangkan kaki tanpa bersuara, Ghea mendekatkan satu telunjuk di depan bibir pada sosok Temi sebagai sang adik yang membukakan pintu baginya untuk bisa masuk ke dalam rumah Rama demi memberi laki-laki itu kejutan.

Rasanya memang tidak etis untuk datang tengah malam seperti ini meski keluarga Pak Prayuda juga mendukung dirinya untuk memberi kejutan baik pada anaknya sendiri, tak terkecuali Bu Prayudha yang langsung memeluknya dalam diam.

"Masih tidur kan, tante?"

"Iya, masih. Makasih loh ya sebelumnya udah effort sebegininya buat Rama."

"Sama-sama kok, tante."

"Rotinya bagus banget. Kamu hias sendiri?"

"Iya, tapi dibantu sama tukang rotinya sih. Ya gak, Temi?" ucap Ghea dibalas anggukan kecil dari adik Rama tersebut.

"Ssttt ya udah, langsung aja ke dalem," sila Bu Prayudha dengan Ghea menuruti.

Berbekal roti ulang tahun berukuran sedang yang sudah dirinya bubuhi banyak perasaan cinta sedemikian rupa, hingga kini ketika dirinya sudah sampai di depan pintu kamar milik laki-laki itu, Ghea berusaha menenangkan diri seraya menghembuskan nafas kecil.

Rasanya tidak mungkin sih jika Rama masih terjaga meski hanya untuk sekedar bermain game, tapi laki-laki itu terlalu gampang ngantuk sih.

Sampai ketika dirinya membuka pintu kamar dengan dekorasi yang amat sangat cowok banget itu, Ghea disuguhi bagaimana Rama sudah terlelap dalam tidur mengenakan kaos putihnya dan celana pendek se-lutut nampak begitu larut dalam mimpi, membuat hati kecil Ghea berseru gemas. 

Yah, setidaknya pacarnya itu masih sedikit waras untuk tidak tidur dengan setengah telanjang dada.

Ghea yang padahal merasa tak tega untuk membangunkan, tak memiliki pilihan lain kala Pak Prayudha menghidupkan saklar lampu terang dengan Temi dan dirinya berseru mengageti.

"Selamat ulang tahun... selamat ulang tahun..."

"Woy bangunnn woy!" berteriak Temi dengan kurang ajar menggunakan mainan mic anak-anak.

"...selamat ulang tahun Rama... selamat ulang tahun!"

Dengan begitu meriah mereka merayakan, Rama yang tak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini mulai terbangun dengan kaget dan mengucek mata bertanya.

"Astaga..." gumamnya menggeleng kepala dan mengusap wajah berusaha untuk sepenuhnya tersadar, membuat Ghea tak mampu untuk tak terkekeh merasa gemas melihatinya bagai anak kecil.

"Siapa yang mau sunatan ini?"

"Hahah, selamat ulang tahun ya, anakku sayang..." kecup manis Bu Prayuda pada anak sulungnya.

"Selamat ulang tahun ya Rama, sehat selalu dan jadi kakak yang baik."

"Tuh dengerin apa kata papah, jadi kakak yang baik!" konfrontasi Temi yang bukannya ikut memberi selamat.

"Iyaaa bawel," balas Rama dan menarik adiknya dalam peluk meski tak lama mereka saling serang jahil mengingatkan Ghea akan hubungannya dengan Agam.

"Happy birthday, Rama. Tiup lilin dulu dong," sodor Ghea tanpa berdoa lebih dahulu dengan laki-laki itu meniup pelan.

"Makasih ya, sayang," cubitnya gemas pada pipi Ghea.

"Ya udah, kalian puasin ngobrol deh ya. Bye! Pah-mah ayo keluar," dorong Temi pada kedua orang tuanya mengompori.

"Jangan aneh-aneh ya!"

"Mereka juga udah gede kali, pah!" rewel Bu Prayuda membela hingga menyisakan diri Ghea dan Rama saja kala mereka hilang dari pandangan.

Jatuh Hati, Aparatur Sipil NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang