Last: Dia Yang Selama Ini Memperkenalkan Diri, Bernama Kebahagiaan (part 2/3)

301 18 4
                                    

Meski masih mendapat kabar dari Ghea dengan gadis itu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, namun tetap saja Yudhi masih mengkhawatirkan keadaannya, terlebih setelah apa apa yang terjadi semalam.

Ghea nampak terguncang sendiri, dengan Yudhi yang masih ingin selalu ada untuk gadis itu walau dirinya juga sadar kalau Ghea pun memerlukan waktu sendiri. 

Setidaknya untuk hal-hal yang tak ingin gadis itu bagikan dan ingin pendam sendiri demi ketenangan hatinya.

Selagi itu, di sisi lain Yudhi juga masih ingin menuntaskan janji pada dirinya sendiri untuk menyempatkan diri menyambangi teman-teman satu divisi humas lamanya.

Tak ingin mengganggu waktu Ghea terlebih beberapa pesan yang dirinya kirim untuk gadis itu masih tak kunjung dibalas, Yudhi melanjutkan langkah yang sempat terhenti pada salah satu anak tangga menuju lantai dua kantor pemerintah walikota.

Semuanya nampak masih sama dan tak berbeda, mungkin hanya beberapa sudut yang tadinya kosong kini nampak diisi oleh beberapa furniture sofa dan tempat tunggu yang langsung menghadap taman depan dimana tersaji pemandangan air mancur kecil.

Padahal baru satu bulan lamanya Yudhi pergi, namun semuanya sudah terasa sedikit asing dengan ia mulai menghampiri satu ruangan dimana semua orang terlihat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing.

Tak terasa satu senyum timbul di wajah diikuti Yudhi yang mulai mengetuk pintu.

"Permisi paket..." guyonnya disambut seruan oleh Desti yang mengundang tatap mata lainnya.

"Aaakkk Pak Yudhiii..." lari gadis itu dengan enerjik.

Saking senang Desti mendapati kembali mantan pimpinan paling baik dan hebatnya ada di depan mata, tak sadar menyalami hingga berjingkrak-jingkrak kecil di tempat.

"Pak Yudhi kok ada disini?"

"Mana Pak Yudhi? Loh, pak..." kaget Pak Gun diikuti Pak Mahfud mengintip.

"Pak Yudhi? Mana? Kok tiba-tiba ada disini, pak?"

"Iya, lagi cuti terus kesini buat main bentar."

"Yudhi mana Yudhi?!" sangat antusias Akbar datang dari ruang editing, dengan mata berbinar sontak berlari untuk memeluk erat sahabatnya itu.

"Aaaa pak bos, gimana kabarnya pak bos? Sehat kan? Anjir lama gak ketemu," tepuk mereka berdua dengan Yudhi terkekeh sendiri.

"Alhamdulilah sehat, kalian juga sehat kan? Pak Slamet sama Bu Fitri mana?"

"Bu Fitri lagi ikut rapat, kalo Pak Slamet—nah itu dateng," tunjuk Desti.

Spontan Yudhi menoleh mendapati pria yang sudah dirinya anggap sebagai ayah, paman, dan kakak sendiri untuk bisa dimintai saran dalam banyak hal, nampak terhenti di ambang pintu.

"Loh, Pak Yudhi?" kagetnya menunjuk dan menyalami dengan ekspresi masih tak percaya.

"Sehat kan, Pak Slamet? Rajin nge-gym ya kayanya? Yang tumbuh perutnya tapi, bukan ototnya."

"Astaga, masih aja ya dibahas sampe sekarang," tawa mereka semua.

"Pak Yudhi cuti sekarang? Terus kesini dalam rangka apa?" kepo Desti.

"Ya... main aja."

"Main aja apa main sama Ghea?" ungkit Akbar menutupi mulutnya cepat bertingkah sok keceplosan.

"Kalo main aja kenapa? Kalo main sama Ghea kenapa?"

"Ya kalo main aja kan nanti pas pulang lagi ke Makassar bawa rasa senang di hati, kalo main sama Ghea nanti pulang bawa dedek bayi..." sahut Pak Mahfud yang kini bisa membanyol diikuti pecah tawa dari semua.

Jatuh Hati, Aparatur Sipil NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang