Belum ada sepuluh menit berlalu sejak dirinya mematikan layar laptop dan berjalan keluar dari ruang kantor dengan tas di pundak, hujan deras sudah mengguyur kota membuat Yudhi terjebak di halaman parkir yang menyisakan beberapa motor dan mobil saja disana.
Padahal langit sudah memberi tanda dengan beberapa gelegar suara petir, namun tak ada pilihan lain bagi Yudhi selain menunggu rintikan hujan deras dengan hawa dingin itu selesai.
Lagipula tidak mungkin juga karyawan kantor yang tersisa memilih untuk nekat menerjang, namun Yudhi juga tidak mungkin kembali ke ruangannya dan kini lebih memilih untuk menikmati pemandangan halaman luas kantor yang menampilkan banyak indah kristal air berjatuhan dari langit sore.
Yudhi akan selalu menyukai pemandangan dan suasana seperti ini, dan mungkin akan dirinya rindukan ketika benar-benar merasa sudah selesai dengan urusannya disini, dan ketika dirinya sudah yakin dengan keputusannya sendiri.
Namun tak pernah terbersit di pikiran Yudhi ketika dirinya sedang asik berdiri di ujung atap dengan merasakan beberapa gemericik air yang jatuh mengenai ujung sepatunya, Ghea datang entah dari mana dan ikut berdiri tak jauh disana.
Yudhi tidak tahu kemana gadis itu pergi seharian ini, hingga tiba-tiba muncul di hadapan begitu saja. Namun Yudhi juga menyadari sejak kejadian malam lalu dimana gadis itu mendapati dirinya bersama Arin, masih tak ada satu obrolan pun dari mereka selain membahas mengenai pekerjaan semata.
Bukan karena Yudhi tak ingin, namun entah ini hanya perasaannya saja atau memang Ghea berusaha menghindar bahkan pada tiap kali mereka berpapasan diikuti gadis itu melengos ke arah lain.
Perasaan bersalah tentu merundungi diri dan Yudhi tak tahu harus berbuat apa karena waktu mereka tak pernah pas.
Tapi lihatlah betapa cantik Ghea hari ini mengenakan kemeja batik yang membuatnya benar-benar terlihat seperti gadis jawa nan anggun. Rambutnya yang ia biarkan tergerai dengan make-up tipis tak ayal membuat Yudhi tak pernah berhenti untuk mengagumi.
Sialan, padahal beribu kalimat sudah berkeliaran di kepala namun Yudhi begitu merasa cemen dan payah karena tak pernah bisa untuk mengucapkannya meski hanya satu huruf keluar dari mulut.
"Pak Yudhi kok baru pulang?" celetuk Ghea sontak membuat Yudhi menoleh kala mendengar panggilan tak biasanya dari gadis itu.
"Iya, baru selesai."
Sebegitu tak ada nyali kah diri Yudhi sampai harus gadis itu yang memulai pembicaraan dengan dirinya?
"Oh gitu, pasti jadi kepala divisi sibuk banget ya?"
"Lumayan, tadi ada meeting seharian di ruang rapat."
"Ohh..." angguk Ghea kecil dan kembali menatap lurus.
Hening kembali mengambil alih dengan Yudhi dibuat bertanya-tanya. Hanya itu? Padahal mereka biasa saling melempar canda gurau dengan Ghea tertawa girang dan Yudhi yang merasa senang melihati gadis itu tertawa karenanya.
"Dari mana—"
"Sama siap—" ucap mereka bersamaan menumbuhkan kecanggungan.
"Hmm?" sila Ghea mendengarkan.
"Dari mana aja seharian ini?" lirik Yudhi.
Ghea yang berusaha untuk tak menampilkan niat bahwa ia sedang menjaga jarak dengan laki-laki itu, berusaha memutar otak mencari jawaban yang akan terdengar masuk akal.
"Tadi abis bantu nyari dokumentasi buat kunjungan pak walikota."
"Sama siapa?"
"Banyak sih, tadi sama Akbar, sama Pak Gun juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati, Aparatur Sipil Negara
RomansaGhea Soedartono -- harus menerima takdir dan fakta bahwa ia diarak oleh warga bersama Yudhi Irfan sebagai kepala divisi humas kantor walikota, sekaligus atasan tempatnya magang untuk dinikahkan secara paksa. Selagi dirinya berusaha untuk melupakan...