2 minggu yang lalu.
Dalam terduduk diam dan ketakutan, Ghea memperhatikan begitu banyak orang datang ke satu ruang tamu yang tak terlalu besar ini.
Ghea tidak tahu mereka siapa, Ghea tidak tahu ini rumah milik siapa, bahkan juga Ghea tidak tahu siapa laki-laki paruh baya di hadapan mengenakan kopiah itu. Kalau dari perawakannya seperti seorang yang terpandang di kalangan warga.
Degup jantung ketakutan tentu masih tak terbendung dengan sesekali Ghea memainkan jari-jemari. Sungguh, dari sekian banyak kecemasan dalam hidup, baru kali ini ia merasa panik setengah mati, badannya gemetar dengan nafas tak beraturan.
Pun tatapan tajam dan sedikit hina dari warga diarahkan kepadanya, membuat Ghea tak mampu berkutik. Dirinya membeku.
Bagaimana tidak? Ghea bersama Yudhi diarak beramai-ramai oleh warga di suatu daerah yang tak dirinya kenal hanya karena mereka kedapatan hampir terlihat berciuman, dan kini mau tidak mau mereka akan dinikahkan secara paksa oleh warga yang murka.
Perlu Ghea tekankan bahwa mereka tidak benar-benar berciuman, hanya karena sendal jepit yang Ghea kenakan putus dan dirinya yang hampir terpeleset tumpahan oli yang berceceran dalam keadaan gelap gulita malam, mereka terlihat seperti orang bercumbu.
Padahal mereka berdua sama-sama tahu bahwa Yudhi hanya berusaha memegangi tubuh Ghea agar tak terjerembab ke tanah.
"Pak, kita gak melakukan perbuatan mesum tadi," kekeuh laki-laki di samping yang masih mengenakan seragam krem-nya lengkap dengan logat khas Makassar.
Mungkin Ghea sudah mengenali sosok Yudhi selama beberapa hari ini, namun melihati atasannya yang seserius itu dalam hati Ghea bersorai kagum.
"Iya, pak. Soalnya saya tadi cuman kepeleset terus Pak Yudhi cuman bantuin aja kok," buka suara Ghea.
"Alah, kemarin-kemarin yang kedapetan mesum disini juga alasannya sama! Orang tadi saya lihat wajah kalian berdua deket-deketan gitu! Mana pake peluk-peluk mesra lagi!" sahut warga yang lain diikuti sorai menyetujui.
"Enggak kok, pak. Kita tadi kesini niatnya cuma mau survey buat acara kantor aja—"
"Heh Mbak Ghea, kamu kemarin di TV juga bilangnya ikut jadi penyanyi yang isi soundtrack pertandingan bola dunia itu kan? Terus dari postingan Instagram juga udah pamer kalo acaranya ada dan beneran jadi? Mana? Jangan jadi artis munafik deh! Kita udah gak percaya!" sahut suara lain.
Sontak mendengar pernyataan itu, Yudhi menoleh kilat memperhatikan bagaimana ekspresi Ghea yang menampilkan kesakit hatiannya tak dapat disembunyikan.
"Pak, kita benar-benar gak ada hubungan romantis apapun, dia juga cuma anak magang tiga bulan di kantor saya. Kebetulan saya jadi kepala divisi dan dia anak didik saya," jelas Yudhi pada sosok bapak di depan berniat mengakhiri kesalah pahaman ini semua.
"Iya saya tahu mas, saya percaya sama kalian. Tapi mohon maaf sudah jadi peraturan di kampung sini kalau ada sepasang orang benar-benar melakukan hal mesum sekalipun, pasti akan kami tindak tegas."
"Tapi peraturan itu juga gak tertulis di per undang-undangan manapun, pak," sangkal Yudhi.
"Betul mas, tapi mengingat banyak kasus yang terjadi disini sampai beberapa kali viral dan masuk berita, pemprov mengijinkan otonomi daerah untuk kami urus sendiri, termasuk peraturan ini."
"Memangnya gak ada cara lain, pak?" sahut Pak Soedartono selaku ayah Ghea ikut terduduk tak jauh.
Meski berbicara dengan nada tenang, namun ekspresi cemas masih terlihat sama kala sosok pria paruh baya itu datang lima belas menit lalu masih dengan mengenakan seragam dinas TNI berwarna biru langitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati, Aparatur Sipil Negara
DragosteGhea Soedartono -- harus menerima takdir dan fakta bahwa ia diarak oleh warga bersama Yudhi Irfan sebagai kepala divisi humas kantor walikota, sekaligus atasan tempatnya magang untuk dinikahkan secara paksa. Selagi dirinya berusaha untuk melupakan...