Jurang Kepasrahan #59

168 18 4
                                    

Dalam ruang rapat yang dihadiri oleh seluruh kepala divisi dan beberapa staff kantor utama, Yudhi berusaha fokus mendengarkan paparan laporan dari divisi keuangan sebagai penutup acara siang hari ini.

Meski tak dipungkiri dalam benaknya, Yudhi merasa penasaran akan masakan apa yang sudah Ghea siapkan dalam bekal kotak makan yang telah ia bawa dalam tas. 

Gadis itu memang tak mengijinkan dirinya untuk sekedar mengintip mencari tahu, membuat Yudhi mulai tak sabar menanti jam istirahat.

Padahal pekerjaannya sebagai pimpinan rapat lebih utama, dan layar monitor yang mempertontonkan banyak laporan data di depan lebih penting, namun pikiran Yudhi sudah melanglang buana akan diri Ghea.

Tentang rencana mereka nanti sore, tentang apa yang akan mereka lakukan di akhir pekan nanti, sampai cerita-cerita di kantor hari ini yang akan dirinya sampaikan pada gadis itu. 

Rasanya sudah cukup lama Yudhi tak mendapati sikap dirinya sendiri yang begitu tak sabar untuk bertemu seseorang.

Tapi sudah hampir seharian ini gadis itu masih tak membalas pesan darinya, bahkan pada ucapan terima kasih Yudhi kala Ghea mengantarkan dirinya tadi pagi. Tapi tidak, Yudhi tak ingin membuat Ghea merasa bosan karena harus bertukar kabar dengannya terus menerus.

Tapi tetap saja, dari sekian banyak orang di hadapan yang bisa dirinya lihati menempati masing-masing kursi, dari banyak cemilan dan jajanan tersaji di hadapan begitu menggiurkan untuk bisa dicicipi, namun Yudhi masih kekeuh untuk menengok hape melihati siapa tahu nama Ghea muncul disana.

"Mungkin itu saja, apabila ada kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian, saya dan tim memohon maaf yang sebesar-besarnya. Waktu dan tempat saya kembalikan kepada Pak Yudhi selaku pimpinan rapat..." serah terima kesempatan, dengan Yudhi menegakkan posisi duduknya.

"Terima kasih, Pak Danar... atas penjelasannya. Jadi sudah cukup jelas ya bahwa progress dari acara Expo nanti sudah sembilan puluh persen, diharap semua bapak-ibu dapat ikut berpartisipasi dan bisa mengirimkan rincian ekosistemnya secepat mungkin. Ada yang ingin ditanyakan?" singkir Yudhi pada buku di hadapan bersiap menutup rapat.

"Mohon ijin, Pak Yudhi..." angkat tangan seorang laki-laki yang sudah dirinya kenal dekat bernama Bima.

"Ya?"

"Ijin bertanya, tapi mungkin keluar dari topik pembicaraan rapat, pak."

"Kenapa? Soal acara rundown Expo?"

"Bukan, pak. Tapi... kalo boleh tahu udah berapa lama Pak Yudhi menikah sama Ghea?"

"Eaaaa hahah," seru yang lain pada pertanyaan blak-blakan Bima. 

Bukannya mereka sungkan dan malu, sorak-sorai terdengar keras dengan tepuk tangan bangga berhasil mengerjai sang atasan.

Yudhi yang tak menyangka akan mendapati pertanyaan tersebut, berusaha keras menahan senyum dan mengusap wajah tak habis pikir. Padahal dalam hati dirinya merasa senang dan bangga setengah mati.

Siapa yang tidak bangga menyadari bahwa sosok perempuan yang dirinya jadikan istri, merupakan Ghea Soedartono sebagai sosok artis terkenal yang disayang semua orang karena kecantikan dan kemerduan suaranya?

"Udah lama ya, pak? Bagi tips nya dong haha."

"Nah bener tuh, bagi tips nya dong, pak. Biar dapet istri spek bidadari hahay."

"Iya tuh. Kok gak ada undangan apa-apa, pak? Gak rame-rame?" tanya penasaran mereka yang sudah terpendam, akhirnya keluar juga meski dengan beruntun membuat Yudhi bingung sendiri harus menjawab apa.

"Baru empat bulan," ucap Yudhi lirih, diikuti tepuk tangan kemenangan membuatnya tak mampu menyembunyikan wajah yang sudah memerah padam.

"Kenapa ndak adaji itu pemberitaan di tv, Pak Yudhi?"

Jatuh Hati, Aparatur Sipil NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang