Perseteruan #45

164 16 6
                                    

Dalam langkah menghampiri halaman parkir kantor Kodam, Rifan masih tak mampu menghalau berbagai rasa yang tak dapat dirinya jabarkan. 

Antara rasa keterkejutan, sekaligus rasa marah dan kesal akan bagaimana Pak Adin yang hari ini bertugas menjaga piket di portal gerbang kantor, tiba-tiba saja memberitahu dirinya bahwa ada sosok laki-laki ingin bertemu.

Tak ayal, Rifan sudah mengetahui betul siapa sosoknya kala mendengar nama yang disebutkan. Sampai ketika dirinya menjejakkan kaki pada anak tangga terakhir, mata Rifan mendapati bagaimana Asran berdiri setengah bersandar pada mobilnya.

Tak salah lagi, mobil itu masih Rifan kenali sebagai kendaraan dimana sosoknya pernah kedapatan mengantar pulang Fina dan mengaku sebagai teman SMA semata. 

Bahkan perasaan murka kala mengingat begitu bodoh dirinya mampu dikelabui dengan begitu mudah, membuat Rifan tak sadar mengepalkan tangan sendiri sedari tadi.

Rifan tak tahu apa tujuan laki-laki itu dengan nekat datang kemari, namun Rifan siap meladeni berbagai sikap yang akan Asran tunjukkan.

Menyadari kehadirannya telah datang, Asran yang tadinya sedang melirik pada arloji di pergelangan tangan menoleh sampai terkesiap kecil.

"Oh, Rifan..." panggil Asran tak menggentarkan diri Rifan yang berjalan tegap dengan ekspresi seriusnya.

"Kenapa?" balas Rifan singkat.

Rasanya tak ada sikap biasa maupun akrab darinya, setelah mengetahui bagaimana diri laki-laki itu yang menjadi penghalang antara rumah tangganya dengan Fina.

Sejenak Asran tak tahu harus memulai dari mana, namun jika tak dirinya tanyakan pada orang yang lebih dekat dengan Fina, dirinya tak akan tahu.

"Lagi sibuk?"

"Iya, masih ada kerjaan lain. Kenapa?"

"Gue cuman mau tanya, apalagi gue juga paham kalo lo udah tahu apa yang terjadi sama gue dan Fina. Tapi... sekarang Fina ada dimana? Dia sama lo kan?"

Mendengar pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutnya begitu enteng, membuat Rifan menggaruk kening samping tak habis pikir.

Setelah semua yang terjadi hingga membuat hubungan dirinya dan Fina benar-benar ada di titik kehancuran, dengan mudahnya Asran datang bertanya mengenai istrinya. Setidaktahu malu kah laki-laki itu?

"Emangnya Fina kenapa?"

"Udah dari dua hari lalu dia gak ada kabar sama sekali. Gue udah coba telfon, sms, chat, semuanya gak ada yang dibales. Gue cuma perlu tahu kalo dia baik-baik aja sama lo."

Rifan mendengus kecil. Sungguh jika dirinya sedang tak ada di lingkungan Kodam ini, mungkin bogem mentah sudah mendarat di pipi laki-laki itu dengan Rifan juga tak segan membuatnya tak sadarkan diri.

"Oh, udah dua hari? Emang terakhir lo ketemu sama dia kapan?"

"Udah lama, dia yang datang ke rumah gue... terus dia tiba-tiba pergi gitu aja."

"Ya harusnya lo tanya sama diri lo sendiri aja. Kan lo juga udah tahu kalo hubungan saya sama Fina sekarang sudah ada di tangan putusan hakim. Saya juga udah gak ada tanggung jawab buat tahu dia ada dimana sekarang."

"Maksudnya... Fina gak ada sama lo?"

"Ya kalo ada sama saya juga pastinya dia bakalan terus diem-diem ketemuan sama lo di belakang saya kan?"

Asran bisa saja merasa skeptis dan tak mempercayai bagaimana ucapan Rifan yang mungkin saja adalah bentuk kebohongan. 

Namun bagaimana santai laki-laki itu dan benar-benar tak menunjukkan satu bentuk kepedulian akan diri Fina lagi, mengundang firasat Asran untuk percaya.

Jatuh Hati, Aparatur Sipil NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang