Dalam momen kehangatan malam yang mereka buat di bibir pantai villa ditemani suara debur ombak disertai genjrengan gitar yang tak pernah absen jadi barang bawaan Akbar, Ghea ikut terduduk mengitari api unggun yang ada dan bernyanyi pada banyak lagu tak jelas.
Mulai dari lagu cinta-cintaan, lagu daerah Makassar yang Akbar nyanyikan secara sembarang dengan maksud agar Yudhi tak merasa homesick, sampai lagu pahlawan yang laki-laki itu nyanyikan dengan penuh perasaan. Intinya semakin malam, semakin gila jalan pikiran laki-laki itu yang tak bisa Ghea tebak.
Namun sejak kedatangan mereka tadi sore, Yudhi masih bersikap sama dengan tak berbicara satu kalimat pun padanya. Ghea cukup mengerti pada hal yang membuat laki-laki itu bersikap demikian, namun yang tak Ghea mengerti yakni sampai kapan diri mereka berdua akan terus berlaku demikian.
Ketika Yudhi melihatinya bersama Rama, laki-laki itu akan merasa kesal dan cemburu. Pun dengan Ghea kala melihati laki-laki itu bersama Arin, ia akan merasakan hal serupa. Seolah mereka saling mencinta dan dijadikan satu hanya untuk saling membenci saja.
Tapi sungguh, lihatlah bagaimana Yudhi yang terduduk tak jauh darinya nampak ikut menikmati momen di antara mereka dengan sesekali tertawa dan menyahuti pembicaraan yang ada.
"Akbar, lo lucu gini tuh sebenernya ada yang punya gak sih?" celetuk Desti.
"Tau nih, diem-diem terus di kantor gak pernah cerita apa-apa."
"Kalo cerita takut kandas, udah koar-koar bucin eh ternyata gak jadi kan gak lucu."
"Gak ada yang salah juga, Bar. Cerita aja sama kita-kita, kaya sama siapa aja. Gak ada yang bakal cepu kok, kalo ada ya... lo tahu sendiri lah siapa," sahut Pak Gun langsung mengundang seruan dari mereka semua.
"Bukan gue loh yaaa..." merasa Desti dengan menolak kenyataan dan tuduhan padanya diikuti tawa.
"Gue perhatiin lo lama-lama ngelunjak ya, Des."
"Hahah gue gak ngapa-ngapain, Akbar. Suuzon mulu lo. Pak Gun nih yang mulai..." tampol Desti pada pria paruh baya di sampingnya.
"Sekarang gue mau nyanyiin lagu buat Ghea aja. Ghe, lo mau gue nyanyiin apa?"
Merasa namanya terpanggil oleh sang bintang malam ini, sontak semua mata tertuju pada dirinya membuat Ghea yang asik mengamati Yudhi dalam lamunan tersadar cepat.
"Hmm? Apa ya?"
"Oh gue tahu," insiatif Akbar mulai memetik gitar dengan fasih.
"Ohh... betapa ku saat ini ... ku benci untuk mencinta. Mencintaaiiimmuuu..."
Satu suara bass dari laki-laki itu terdengar mulai membuat batin Ghea sedikit tergugah. Bukan pada bagaimana vokal Akbar yang sebenarnya terdengar bagus, namun pada pemilihan lagunya yang serasa mampu melukis keadaan diri.
Yudhi yang juga sama merasa larut dalam momen itu, ikut melirik pada Ghea yang malah melempar pandang lurus ke depan kala sepasang mata mereka saling bertatap balas.
"Aku tak tahu apa yang terjadi... antara aku dan kau... yang kutahu pasti kubenci untuk mencintaimu."
Namun kini, Yudhi tak ingin berpaling lagi dengan mengamati bagaimana cantik diri Ghea yang tak lama, melihati bagaimana fokus gadis itu mulai teralihkan pada hape yang ada pada sakunya mulai berdering.
Awalnya Ghea tak yakin pada suara panggilan yang datang karena ia paham tak banyak sinyal telepon disini, namun melihati nama kontak yang terpampang di hape membuatnay rela beranjak dan berjalan sedikit menjauhi kerumunan.
"Iyah, Dinda? Baru kangen sekarang lo sama gue?" tembak Ghea dengan orang dari seberang tertawa renyah.
"Hahaha kalo iya kenapa? Kalo gak kenapa? Lagian lo pergi kemana sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati, Aparatur Sipil Negara
RomanceGhea Soedartono -- harus menerima takdir dan fakta bahwa ia diarak oleh warga bersama Yudhi Irfan sebagai kepala divisi humas kantor walikota, sekaligus atasan tempatnya magang untuk dinikahkan secara paksa. Selagi dirinya berusaha untuk melupakan...