Pernyataan Cinta #38

157 16 1
                                    

Setelah selesai dengan keperluan mengurus diri sendiri, Ghea yang tak memiliki pilihan selain meminjam baju milik Yudhi yang sempat dirinya ambil dari rumahnya siang tadi, kembali berjalan memasuki pintu utama rumah sakit.

Ghea tidak memedulikan beberapa tatapan dari pengunjung yang diarahkan padanya berpikir seolah mereka pernah melihat atau mengenal dirinya.

Mau bagaimana lagi, sudah hampir dua hari Ghea yang benar-benar tak memperhatikan diri sendiri karena terus menjaga dan memerhatikan diri Yudhi, membuat penampilannya benar-benar seperti orang yang tak bisa siapapun kenali lagi.

Dan dengan sedikit bantuan dari teman-teman divisi magangnya alias karyawan Yudhi sendiri yang datang untuk berkunjung bergantian berjaga, membuat Ghea memiliki sedikit waktu untuk kembali mengenal apa itu make-up.

Meski ada sedikit berat hati darinya, mengingat kala Arin datang pagi tadi untuk melihat keadaan pacarnya sendiri. 

Tentu saja Ghea merasa cemburu buta dan kesal, namun dirinya bisa apa kala mengingati bahwa hubungan yang Yudhi dan Arin miliki ternyata lebih nyata daripada miliknya.

Bahkan mungkin ketika Yudhi sudah sadar nanti, orang pertama yang akan laki-laki itu cari adalah Arin, tak mungkin dirinya. Ghea juga berani bertaruh, bahwa detik ini pula gadis itu juga masih setia menemani Yudhi di sampingnya.

Ghea tak mampu membayangkan momen itu jika terjadi, akan seberapa besar luka yang kembali tergores padahal masih ada sisa yang menganga.

Namun Ghea yang baru saja menapaki anak tangga kesekian untuk bisa menghampiri ruang dimana Yudhi dirawat, samar-samar mampu mendengar banyak canda serta tawa dari suara yang dirinya kenali.

Bagaimana Pak Gun bercerita dengan gaya bicaranya yang khas, bagaimana puas tertawa Akbar dan Desti merespon, sampai pada bagaimana ia juga mendengar suara Yudhi yang berbicara dengan suara lembutnya.

Ini diri Ghea yang sedang berhalusinasi, atau dirinya masih larut dalam lamunan sendiri merasa mereka semua menertawakan dirinya yang cemburu pada hubungan Yudhi dan Arin, padahal merasa tak berhak?

Dengan langkah yang tak lagi ia tahan, Ghea yang baru saja membuka pintu spontan mengedarkan pandang hingga mendapati banyak dari mereka menoleh ke arahnya dengan semua ekspresi gembira. 

Sudah berapa lama dirinya pergi hingga mereka yang ketika dirinya tinggal masih terlihat saling termenung, kini saling bergembira?

Namun lebih dari itu semua, Ghea mulai paham mengapa mereka kembali sumringah kala mendapati sosok laki-laki yang tadinya selalu Ghea lihati tertidur tak sadarkan diri, kini nampak sedang setengah terduduk di ranjang memamerkan senyum manisnya.

Ghea berdiri terpaku di tempat, ia berusaha menyadarkan diri sendiri karena sungguh tidak lucu jika saking frutasi dan stres yang melanda dirinya, Ghea sampai berkhayal kalau Yudhi sudah sadar dan terlihat biasa-biasa saja.

Namun tatapan lembut dengan bola mata hitam bagai rembulan malam, alis tebal dan senyum tipis yang mampu mengalihkan dunia itu tak mampu berbohong. 

Sontak air mata yang tadinya sudah Ghea kira telah habis, kini kembali terasa hendak membludak dengan pandangannya mulai mengabur.

"Ehm... temen-temen, kalian pada mau soto depan rumah sakit sana gak sih? Kayanya tadi enak banget," celetuk Desti memutar otak membiarkan Ghea untuk bisa memiliki waktu sendiri bersama Yudhi, dengan semua orang yang ada mulai memahami situasi.

"Boleh, aku mau mampir ke warung satenya aja," balas Pak Gun diikuti semua yang ada mulai beranjak untuk pergi.

Tak terkecuali Arin yang sedari tadi berdiri di samping Yudhi, sejenak melirik bagaimana Ghea kembali datang dengan membawa seribu rasa lega kala melihati laki-laki itu sudah baik-baik saja.

Jatuh Hati, Aparatur Sipil NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang