Berjuta-juta Sukacita, Sepucuk Surat dan Amplop Coklat #39

159 21 3
                                    

Padahal sedari tadi Ghea terdiam saja dengan membalas semua pesan-pesan yang masuk di hape, terutama dari Asran yang menanyakan mengenai kemajuan lagu baru yang dirinya ciptakan.

Namun Yudhi yang terbaring di samping, tak sedetik pun melepas tatap membuat Ghea tak habis pikir.

Memang sih dirinya sedari tadi setia menjaga laki-laki itu dengan terduduk di kursi samping ranjang, dan Yudhi juga baru mendapat beberapa obat-obatan untuk bisa laki-laki itu minum hingga tak lama akan terlelap dalam tidur, tapi gak sebegitunya juga kali.

Bukan maksud Ghea merasa tak nyaman, namun bagaimana Yudhi menatap dirinya dengan begitu manis, membuat Ghea salah tingkah dan takut jika dirinya melakukan hal-hal konyol.

Mana laki-laki itu juga tak serta merta melepas senyum tipisnya membuat Ghea ingin kesurupan saja.

"Yudhi, kamu tuh ngapain sih dari tadi ngeliatin mulu?"

"Siapa yang ngeliatin?"

"Kamu tahu! Kamu gak ngantuk kaya biasanya gitu abis minum obat dari dokter?"

"Gak kok."

"Ya udah, gantian madep sana kek?"

"Gak mau," ngeyel sikap Yudhi tak biasa benar-benar seperti anak kecil.

Ghea tidak tahu apakah ini semua pengaruh obat, atau memang ini sifat clingy Yudhi seperti yang pernah Arin ceritakan?

"Terserah kamu deh."

"Sejak kapan kamu ganti potongan rambut kamu jadi pendek gini?"

"Tuh kan ditanyain lagi. Kemarin. Kenapa? Jelek? Iya-iya tahu, gak usah diperjelas."

"Cantik kok. Siapa yang bilang jelek?"

"Yang bener? Aku potong rambut jadi pendek gini karena terinspirasi sama Arin loh. Gimana? Cakep kaya dia gak?"

"Terinspirasi dari Arin? Tapi se-inget aku, Arin gak pernah se-cantik ini."

Padahal niat Ghea dengan mengungkit diri Arin agar laki-laki itu merasa kesal, namun mendapati jawaban berbeda Yudhi yang malah memujinya, sontak membuat Ghea tak bisa menyembunyikan rasa malu-malu salah tingkah.

"Dih, gombal banget deh ya. Gak mungkin, pasti lebih cantik dia di mata kamu sekarang. Mana waktu kamu sadar juga dia pasti jadi orang pertama yang kamu lihat, kan? Ngaku gak?"

"Gak kok, orang pertama yang aku lihat itu Akbar. Kan dia sahabat aku..."

"Ohhh—"

"...tapi orang pertama dan orang yang selalu masuk mimpi aku waktu aku gak sadar, itu kamu."

Dua kali, Ghea merasa kesal pada diri sendiri karena dua kali berturut-turut dirinya dibuat jatuh pada ucapan dari laki-laki itu.

"Ya maap, udah aku yang bikin penyakit kamu kambuh, aku yang bikin kamu keracunan, dan aku juga yang masuk di mimpi kamu waktu kamu gak sadar. Udah jahat, gak sadar diri juga."

Yudhi yang tak ingin gadis itu kembali mengungkit yang telah terjadi, meraih tangan Ghea untuk bisa dirinya genggam lembut.

"Aku juga minta maaf ya udah bikin kamu sedih ataupun ngerasa bersalah selama ini. Tapi aku gak pernah sedikit pun ngerasa menyesal kenal sama kamu seperti yang pernah kamu bilang waktu di vila kemarin, aku malah ngerasa jadi orang paling beruntung di dunia karena perempuan se-baik, se-cantik dan se-pintar kamu mau jatuhin perasaan ke orang biasa kaya aku..."

Ghea yang tak tahu harus menjawab apa pada ucapan Yudhi, hanya bisa memamerkan senyum terbaik meski mata laki-laki itu nampak mulai sayup-sayup mengantuk karena pengaruh obat.

Jatuh Hati, Aparatur Sipil NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang