Pesan Yang Memanggil Trauma #36

161 14 1
                                    

"Selamat siang, selamat datang di Jbeauty, mari Kak Ghea... ada yang bisa dibantu?" sapa sang resepsionis setiba Ghea dan Fina menghampiri mejanya.

Fina memang tidak salah jika mengajak gadis itu untuk bisa menghabiskan waktu sehari memanjakan diri setelah banyak drama terjadi dalam dunia mereka.

Fina juga tak salah sempat mengatakan bahwa ia akan menuruti kemana pun gadis itu mengajaknya, tapi bukan maksudnya datang ke salah satu salon kecantikan paling tersohor yang biasanya diisi oleh orang-orang penting dan artis juga.

"Iya mbak, ehm... hari ini mau apa ya? Fin, lo mau apa deh?" tunjuk Ghea pada satu buku katalog berbentuk majalah, diikuti Fina bingung kala menilik nominal harga yang notabene dua kali lipat dari tempat salon yang biasa ia kunjungi.

Tapi tak apa, hanya untuk sehari ini saja dirinya benar-benar ingin memikirkan, mementingkan, dan menghargai diri sendiri.

Tentu Fina tak ingin tampil jelek kala hari persidangan antara dirinya dan Rifan, meski bukan berarti Fina sudah ikhlas menerima, hanya saja ia ingin memberi kesan baik pada suaminya itu kala hubungan mereka berakhir nanti.

"Gue mau menicure pedicure, terus face therapy sama mini spa aja deh. Biar agak glowingan dikit."

"Oke, kalo saya sama sih... cuma ending nanti saya mau potong rambut juga, dibikin pendek se-bahu aja," ucap Ghea tanpa berpikir panjang mengundang tolehan cepat dari Fina.

"Baik kak, silakan bisa ditunggu di ruang sana ya."

"Ghe, lo seriusan? Rambut lo udah bagus banget ngapain dipotong pendek?" blak-blakan Fina melihati wajah tak bersalah Ghea.

"Ya... emangnya kenapa?"

"Lo kan tahu sendiri gue selalu seneng sama rambut lo. Bagusan gini ih, ngapain dipotong pendek sebahu?"

"Y-ya... gue lagi pengen aja."

"Gak, Ghea yang gue tahu dia gak mungkin tiba-tiba pengen potong rambut terus dibikin beda."

"Ya gimana lagi, Fin. Selain gue udah gerah, gue juga pengen cantik kali kaya cewek-cewek yang udah ambil orang-orang yang gue sayang, Dinda rambutnya pendek, Arin juga rambutnya pendek. So..."

"Ghe..." panggil Fina dengan serius mengundang rasa tertawa Ghea.

"Hahaha iya-iya, gue cuma bercanda elah."

"Kak Ghea dan Kak Fina ya? Silakan untuk Kak Ghea bisa kita potong dulu rambutnya, untuk Kak Fina bisa datang ke bagian menicure ya," datang seorang hair-dresser yang Ghea kenali.

"Mbak, jangan mau kalo disuruh potongin pendek," masih kekeuh Fina berpesan sontak mengundang tawa di antara mereka.

"Udah lama banget ya kita gak ketemu, Kak Ghea? Rambutnya juga masih bagus banget, yakin mau dipotong pendek?"

Terduduk di satu meja dengan kaca amat sangat besar terpampang di hadapan, sejenak Ghea memperhatikan penampilan sesekali menggoyang-goyangkan rambut.

Agak disayangkan sih memang, tapi pilihan Ghea hanya dua kini. Dipotong pendek atau diwarnain seperti anak ayam yang dijual di pasar. 

Tapi lebih dari itu, Ghea hanya ingin melampiaskan kekesalannya dengan mencemooh gaya rambut sendiri seperti orang yang membuat dirinya kesal kala terlintas di pikiran.

"Gapapa deh, lagi pengen aja potong pendek. Ngilangin sial. Bagusnya gimana?"

"Oke, bisa diatur kok. Mungkin nanti kita potong medium haircut, terus biar ada kesan muda nya kita pertahanin poni nya di depan. Jadi nanti bisa diatur dengan mudah sama kak Ghea kalo mau model lowbun juga. Ya?"

Jatuh Hati, Aparatur Sipil NegaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang