Tak diduga tak dinyana, Ghea mengira kala Yudhi sempat bertanya tentang apa yang akan dirinya lakukan malam ini hanyalah basa-basi semata.
Namun mengerti bahwa laki-laki itu ternyata mengajak dirinya untuk mendatangi acara Met Gala, yakni malam acara puncak tahunan dari pameran Expo, membuat Ghea sempat kelabakan.
Dirinya memang datang ke Makassar tak berencana untuk mengikuti acara seperti ini, hingga semua pakaian yang Ghea bawa juga ala kadarnya saja.
Dan kini mau tak mau, dengan sedikit bantuan dari Ainun yang cekatan membantu dirinya untuk mencarikan pakaian yang pantas, Ghea bisa sedikit merasa pede untuk mengenakan dress kebaya maroon yang untungnya tak begitu mencolok.
Meskipun Ghea sadar mungkin kehadirannya nanti akan menjadi pusat tatap mata, dirinya berharap untuk bisa menjadi manusia biasa tanpa embel-embel bahwa semua orang yang ada di ruangan mengenal siapa dirinya.
Ainun yang dengan senang hati membantu semua persiapan Ghea sedari tadi, mendapati bagaimana gadis itu terus saja mengamati diri di depan cermin besar kamar dengan ekspresi tak pede.
"Masih ada yang kurang, Ghe?"
"Gak ada sih, mbak."
"Terus? Kok kaya orang bingung gitu?"
"Apa ya? Aku tuh ragu gitu."
"Ragu kenapa lagi? Udah cantik loh."
"Aku pantes gak ya mbak kalo pake baju kaya gini? Sopan gak ya?" sedikit tarik Ghea pada kebayanya bagian depan dada.
"Pantes. Ya ampun Ghe, apalagi sih yang perlu kamu pikirin? Kamu tuh udah cantik, manis, aduhhh pokoknya baju sejelek apapun, kalo dipake kamu tuh bagus banget. Sopan juga kok. Maaf ya cuman ini yang bisa aku cari di toko attire tadi, disini semuanya serbaaaa Makassar."
"Gapapa kok, mbak. Harusnya aku loh yang makasih sama kamu. Jadi ngrepotin deh. Padahal kan aku bisa pake baju adat apa aja. Gak harus yang kebaya jawa gini. Sama aja loh."
"Gapapa, aku cuma pengen ngasih kesan kalo kamu beda aja dari yang lainnya nanti," ucapnya enteng.
Padahal sedari tadi Ghea ingin mengenakan baju yang tidak ingin membuatnya jadi pusat perhatian, eh malah kakak iparnya ingin dirinya tampil nyentrik.
"Ya ampun, jadi ngrepotin deh aku nya," berbalik Ghea memasang wajah cemberut.
"Udah gapapa, bentar biar aku rapihin dan... sedikit sentuhan. Nah udah..." bantu Ainun menyematkan satu bunga indah di sela telinganya.
"...ya ampun, bener-bener gak nyangka loh kalo adik aku yang namanya Yudhi itu bisa dapetin cewe se-cakep kamu. Gila gila. Berasa mimpi bangetttt."
"Hahah apa sih, Mbak Ainun sukanya gitu," saling toel-menoel mereka berdua.
"Hahha yuk, mau sekarang?"
"Eh bentar tapi—"
"Udah gapapa, Yudhi pasti suka kok. Tambah naksir, serius deh," jawab Ainun seolah mampu membaca isi pikiran Ghea.
"Tapi aku juga belum pernah ikutan acara beginian loh, mbak. Aku takut banget nanti kalo bikin malu Yudhi."
"Gapapa, acaranya kaya kondangan biasa. Percaya deh, lagian acara ini cuma setahun sekali kok. Yang dateng juga gak banyak-banyak amat, cuma pak gubernur sama istri, terus semua karyawan juga dateng sama pasangan masing-masing. Nanti kamu tinggal makan-makan aja disana. Udah."
"Mbak Ainun mah gitu—"
"Kamu gak kasihan kalo Yudhi dateng sendiri?"
Ghea sedikit menggigit bibirnya berpikir, hingga merasa tak tega membayangkan jika laki-laki itu memang datang sendirian di kala semua teman kerjanya membawa pasangan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jatuh Hati, Aparatur Sipil Negara
RomansaGhea Soedartono -- harus menerima takdir dan fakta bahwa ia diarak oleh warga bersama Yudhi Irfan sebagai kepala divisi humas kantor walikota, sekaligus atasan tempatnya magang untuk dinikahkan secara paksa. Selagi dirinya berusaha untuk melupakan...